Jazz Goes To Campus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Ricky Setiawan (bicara | kontrib)
tanda - untuk menutupi tanda - sebelumnya. Kutipan tidak boleh diubah
Baris 4:
 
==Sejarah==
Ide awal JGTC dicetuskan oleh [[Candra Darusman]] pada tahun [[1970]]-an, yang ketika itu masih menjadi mahasiswa di FE. Kebetulan musik jazz saat itu sedang diminati oleh masyarakat dan [[mahasiswa]].<ref>http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/kampus/2005/011205/utama01.htm</ref> Pada awalnya, JGTC dilangsungkan di sebuah Taman 02 Kampus FEUI Salemba, Jakarta, dengan fasilitas seadanya.<ref>http://deathrockstar.info/the-28th-jazz-goes-to-campus-feui-depok/</ref> Namun saat ini, JGTC diadakan di pelataran parkir kampus FEUI Depok—seiring dengan kepindahan FE ke [[Depok]] dengan—dengan dua panggung seluas 12x9x10m dan dukungan listrik 200.000 volt.
 
Selama bertahun-tahun, JGTC telah berkembang menjadi salah satu festival kampus yang paling dinanti dengan jumlah pengunjung di tahun [[2006]] lalu mencapai 20.000 orang. Bintang-bintang jazz yang pernah tampil dalam acara ini antara lain [[Bubi Chen]], [[Bill Saragih]], [[Benny Likumahua]], [[Ireng Maulana]], [[the late Jack Lesmana]], [[Indra Lesmana|Indra Lesmana Reborn]], [[Riza Arshad]], [[Tohpati]], [[Syaharani]], [[Elfa Secioria]], [[Gilang Ramadhan]], [[Bob James]], [[Dave Koz]], [[Ron Reeves]], [[Coco York]], [[Cabaleros]], [[Claire Martin Quintet]], [[Tompi]], dan [[Andien]].<ref>http://jazzgoestocampus.net/index.php?option=com_content&task=view&id=13&Itemid=1</ref> Tahun ini, FEUI kembali mengadakan event ke-30 JGTC dengan tema "''Celebration of Inspirations.''"
 
==Kritik==
Sebuah kritik mengatakan bahwa JGTC sulit berkembang menjadi sebuah festival bertaraf internasional karena tidak dikelola oleh panitia profesional. Panitia JGTC dianggap sebagai "panitia instan" karena selalu berganti setiap tahunnya. Hal ini menyebabkan JGTC seolah hanya menjadi ajang belajar atau mengenal bagaimana mengelola sebuah [[festival]] atau pertunjukan.<ref>http://www.wartajazz.com/opijazz/opijazz021005.html</ref> Karena hal itu pula . Menanggapi pendapat itu, tokoh jazz Indonesia [[Idang Rasidji]] memberikan komentarnya, "JGTC bukan even profesional untuk mencari keuntungan tetapi merupakan peran psikologis dari [[mahasiswa]] yang ternyata memberi warna pada musik jazz di Indonesia. Malah bisa disebut tonggak pergelaran jazz. Yang dilihat bukan peningkatan, tetapi stamina. JGTC itu kerjakerjaan seni bukan masalah yang ini lebih bagus dari angkatan sebelumnya."<ref>http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/kampus/2005/011205/utama01.htm</ref>
 
Kritik lainnya menyebutkan bahwa tujuan JGTC, yaitu melestarikan dan mensosialisasikan musik jazz, tidak tercapai. Banyak penonton hanya datang sebagai sebuah gengsi. Mengenal jazz sesaat, setelah itu hilang. Pada festival selanjutnya begitu terus dan penonton tidak memiliki pemahaman atas jazz.<ref>http://www.wartajazz.com/opijazz/opijazz021005.html</ref> Ada pula yang menyebutkan bahwa JGTC dijadikan ajang pergaulan anak muda. Banyak penonton yang memilih untuk berbincang daripada menikmati komposisi jazz yang memiliki tingkat apresiasi yang relatif tinggi.<ref>http://www.horizon-line.com/jazztoday/jgtc2006.html</ref>