Herman Willem Daendels: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 30:
== Daendels di Hindia Belanda ==
[[Berkas:Posthumous Portrait of Herman Willem Daendels, Governor-General of the Dutch East Indies - Rd Saleh.jpg|200px|left|thumb|Potret anumerta Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda 1808-1810, berdasarkan miniatur tanggal 1816 oleh seniman Perancis SJ Rochard. Bagian dari seri Gubernur Jenderal.]]
Maka setelah perjalanan yang panjang melalui [[Kepulauan Canaria]], Daendels tiba di [[Batavia]] pada tanggal [[5 Januari]] [[1808]] dan menggantikan Gubernur-Jenderal [[Albertus Wiese]]. Daendels diserahi tugas terutama untuk melindungi pulau [[Jawa]] dari serangan tentara [[Inggris]]. Jawa adalah satu-satunya daerah koloni Belanda-Perancis yang belum jatuh ke tangan Inggris setelah [[Isle de France]] dan [[Mauritius]] pada tahun [[1807]]. Namun beberapa kali armada Inggris telah muncul di perairan utara laut Jawa bahkan di dekat [[Batavia]]. Pada tahun [[1800]], armada Inggris telah memblokade Batavia dan menghancurkan galangan kapal Belanda di [[Pulau Onrust]] sehingga tidak berfungsi lagi. Pada tahun [[1806]], armada kecil Inggris di bawah [[laksamana Pellew]] muncul di [[Gresik]]. Setelah blokade singkat, pimpinan militer Belanda, [[Von Franquemont]] memutuskan untuk tidak mau menyerah kepada Pellew. Ultimatum Pellew untuk mendarat di [[Surabaya]] tidak terwujud, tetapi sebelum meninggalkan Jawa Pellew menuntut Belanda agar membongkar semua pertahanan meriam di Gresik dan dikabulkan. Ketika mendengar hal ini, Daendels menyadari bahwa kekuatan Perancis-Belanda yang ada di Jawa tidak akan mampu menghadapi kekuatan armada Inggris. Maka iapun melaksanakan tugasnya dengan segera.
Tentara Belanda diisinya dengan orang-orang [[pribumi]], ia membangun [[rumah sakit]]-rumah sakit dan tangsi-[[tangsi]] militer baru. Di [[Surabaya]] ia membangun sebuah pabrik senjata, di [[Semarang]] ia membangun pabrik meriam dan di [[Batavia]] ia membangun [[sekolah militer]]. Kastil di [[Batavia]] dihancurkannya dan diganti dengan benteng di [[Meester Cornelis]] (kini [[Jatinegara]]). Di Surabaya dibangunnya [[Benteng Lodewijk]]. Proyek utamanya, yaitu [[Jalan Raya Pos]], sebenarnya dibangunnya juga karena manfaat militernya, yaitu untuk mengusahakan tentara-tentaranya bergerak dengan cepat.
 
Terhadap raja-raja di Jawa, ia bertindak keras, tetapi kurang strategis sehingga mereka menyimpan dendam kepadanya. Di mata Daendels, semua raja pribumi harus mengakui raja Belanda sebagai junjungannya dan minta perlindungan kepadanya. Bertolak dari konsep ini, Daendels mengubah jabatan pejabat Belanda di kraton Solo dan kraton Yogya dari residen menjadi minister. Minister tidak lagi bertindak sebagai pejabat Belanda melainkan sebagai wakil raja Belanda dan juga wakilnya di kraton Jawa. Oleh karena itu Daendels membuat peraturan tentang perlakuan raja-raja Jawa kepada para Minister di kratonnya. Jika pada zaman VOC para residen Belanda diperlakukan sama seperti para penguasa daerah yang menghadap raja-raja Jawa, dengan duduk di lantai dan mempersembahkan sirih sebagai tanda hormat kepada raja Jawa, Minister tidak layak lagi diperlakukan seperti itu. Minister berhak duduk sejajar dengan raja, memakai payung seperti raja, tidak perlu membuka topi atau mempersembahkan sirih kepada raja, dan harus disambut oleh raja dengan berdiri dari tahtanya ketika Minister datang di kraton. Ketika bertemu di tengah jalan dengan raja, Minister tidak perlu turun dari kereta tetapi cukup membuka jendela kereta dan boleh berpapasan dengan kereta raja. Meskipun di [[Surakarta]] [[Sunan Paku Buwono IV]] menerima ketentuan ini, di [[Yogyakarta]] [[Sultan Hamengku Buwono II]] tidak mau menerimanya. Daendels harus menggunakan tekanan agar Sultan Yogya bersedia melaksanakan aturan itu.Tetapi dalam hati kedua raja itu tetap tidak terima terhadap perlakuan Daendels ini. Jadi ketika orang-orang [[Inggris]] datang, maka mereka bersama-sama dengan para raja "mengkhianati" orang Belanda.
 
Berbeda dengan apa yang dipercaya orang selama ini, Daendels selama masa pemerintahannya memang memerintahkan pembangunan jalan di [[Jawa]] tetapi tidak dilakukan dari [[Anyer]] hingga [[Panarukan]]. Jalan antara [[Anyer]] dan [[Batavia]] sudah ada ketika Daendels tiba. Oleh karena itu menurut het [[Plakaatboek van Nederlandsch Indie]] jilid 14, Daendels mulai membangun jalan dari Buitenzorg menuju [[Cisarua]] dan seterusnya sampai ke Sumedang.Pembangunan dimulai bulan Mei 1808. Di Sumedang, proyek pembangunan jalan ini terbentur pada kondisi alam yang sulit karena terdiri atas batuan cadas, akibatnya para pekerja menolak melakukan proyek tersebut dan akhirnya pembangunan jalan macet. Akhirnya Pangeran Kornel turun tangan dan langsung menghadap Daendels untuk meminta pengertian atas penolakan para pekerja. Ketika mengetahui hal ini, Daendels memerintahkan komandan pasukan zeni Brigadir Jenderal von Lutzow untuk mengatasinya. Berkat tembakan artileri, bukit padas berhasil diratakan dan pembangunan diteruskan hingga Karangsambung. Sampai Karangsambung, proyek pembangunan itu dilakukan dengan kerja upah. Para bupati pribumi diperintahkan menyiapkan tenaga kerja dalam jumlah tertentu dan masing-masing setiap hari dibayar 10 sen per orang dan ditambah dengan beras serta jatah garam setiap minggu.
Baris 41:
Kontroversi terjadi tentang pembangunan jalan ini. Pada masa Daendels banyak pejabat Belanda yang dalam hatinya tidak menyukai Perancis tetapi tetap setia kepada dinasti Oranje yang melarikan diri ke Inggris. Namun mereka tidak bisa berbuat banyak karena penentangan terhadap Daendels berarti pemecatan dan penahanan dirinya. Hal itu menerima beberapa orang pejabat seperti Prediger (Residen Manado), Nicolaas Engelhard (Gubernur Pantai Timur Laut Jawa) dan Nederburgh (bekas pimpinan Hooge Regeering). Mereka yang dipecat ini kemudian kembali ke Eropa dan melalui informasi yang dikirim dari para pejabat lain yang diam-diam menentang Daendels (seperti Peter Engelhard Minister Yogya, F. Waterloo Prefect Cirebon, F. Rothenbuhler, Gubernur Ujung Timur Jawa), mereka menulis keburukan Daendels. Di antara tulisan mereka terdapat proyek pembangunan jalan raya yang dilakukan dengan kerja rodi dan meminta banyak korban jiwa. Sebenarnya mereka sendiri tidak berada di Jawa ketika proyek pembangunan jalan ini dibuat. Ini terbukti dari penyebutan pembangunan jalan antara Anyer dan Panarukan, padahal Daendels membuatnya dimulai dari Buitenzorg. Sayang sekali arsip-arsip mereka lebih banyak ditemukan dan disimpan di arsip Belanda, sementara data-data yang dilaporkan oleh Daendels atau para pejabat yang setia kepadanya (seperti J.A. van Braam, Minister Surakarta) tidak ditemukan kecuali tersimpan di Perancis karena Daendels melaporkan semua pelaksanaan tugasnya kepada Napoleon setelah penghapusan Kerajaan Belanda pada tahun 1810. Sejarawan Indonesia yang banyak mengandalkan informasi dari arsip Belanda ikut berbuat kesalahan dengan menerima kenyataan pembangunan jalan antara Anyer-Panarukan melalui kerja rodi.
 
Kontroversi lain yang menyangkut pembangunan jalan ini adalah tidak pernah disebutkannya manfaat yang diperoleh dari jalan tersebut oleh para sejarawan dan lawan-lawan Daendels. Setelah proyek pembuatan jalan itu selesai, hasil produk kopi dari pedalaman [[Priangan]] semakin banyak yang diangkut ke pelabuhan [[Cirebon]] dan [[Indramayu]] padahal sebelumnya tidak terjadi dan produk itu membusuk di gudang-gudang kopi [[Sumedang]], [[Limbangan]], [[Cisarua]] dan [[Sukabumi]]. Begitu juga dengan adanya jalan ini, jarak antara Surabaya-Batavia yang sebelumnya ditempuh 40 hari bisa disingkat menjadi 7 hari. Ini sangat bermanfaat bagi pengiriman surat yang oleh Daendels kemudian dikelola dalam dinas [[pos]].
 
Di sisi lain dikatakan bahwa Daendels mebuat [[birokrasi]] menjadi lebih efisien dan mengurangi [[korupsi]]. Tetapi ia sendiri dituduh korupsi dan memperkaya diri sendiri. Akhirnya ia dipanggil pulang oleh [[Perancis]] dan kekuasaan harus diserahkan kepada [[Jan Willem Janssens]], seperti diputuskan oleh [[Napoleon Bonaparte]].Pemanggilan pulang ini dipertimbangkan oleh Napoleon sendiri. Dalam rangka penyerbuan ke Rusia, Napoleon memerlukan seorang jenderal yang handal dan pilihannya jatuh kepada Daendels. Dalam korps tentara kebanggaan Perancis (Grande Armee), ada kesatuan Legiun Asing (Legion Estranger) yang terdiri atas kesatuan bantuan dari raja-raja sekutu Perancis. Di antaranya adalah pasukan dari Duke of Wurtemberg yang terdiri atas tiga divisi (kira-kira 30 ribu tentara). Tentara Wurtemberg ini sangat terkenal sebagai pasukan yang berani, pandai bertempur tetapi sulit dikontrol karena latar belakang mereka sebagai tentara bayaran pada masa sebelum penaklukan oleh Perancis. Napoleon mempercayakan kesatuan ini kepada Daendels dan dianugerahi pangkat Kolonel Jenderal.
Baris 65:
 
{{lifetime|1762|1818|Daendels, Herman Willem}}
{{Penguasa Hindia}}
{{Belanda-bio-stub}}
 
[[Kategori:Gubernur Jenderal Hindia Belanda]]
[[Kategori:Tokoh militer Belanda]]
 
 
{{Penguasa Hindia}}
{{Belanda-bio-stub}}