Perang Aceh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
perang blanda aceh |
l;lk[l; |
||
Baris 1:
'''Perang Aceh–Belanda''' atau disingkat '''Perang Aceh''' adalah perang Kesultanan Aceh melawan [[Belanda]] dimulai pada [[1873]] hingga [[1903|1904]]. Kesultanan Aceh menyerah pada januari 1904, tapi perlawanan rakyat Aceh dengan perang gerilya terus berlanjut.
Pada tanggal [[26 Maret]] [[1873]] Belanda menyatakan perang kepada Aceh, dan mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang ''Citadel van Antwerpen''. Pada 5 April 1873, Belanda mendarat di Pante Ceureumen di bawah pimpinan [[Johan Harmen Rudolf Köhler]], dan langsung bisa menguasai [[Masjid Raya Baiturrahman]]. [[J.H. Köhler|Köhler]] saat itu membawa 3.198 tentara. Sebanyak 168 di antaranya para perwira
Akibat dari [[Perjanjian Siak 1858]], Sultan Ismail menyerahkan wilayah [[Deli]], [[Kabupaten Langkat|Langkat]], [[Kabupaten Asahan|Asahan]] dan [[Serdang]] kepada Belanda, padahal daerah-daerah itu sejak [[Sultan Iskandar Muda]], berada di bawah kekuasaan Aceh. Belanda melanggar perjanjian Siak, maka berakhirlah [[perjanjian London tahun 1824]]. Isi perjanjian London adalah Belanda dan [[Britania Raya]] membuat ketentuan tentang batas-batas kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara yaitu dengan garis lintang Singapura. Keduanya mengakui kedaulatan Aceh. Aceh menuduh Belanda tidak menepati janjinya, sehingga kapal-kapal Belanda yang lewat perairan Aceh ditenggelamkan oleh pasukan Aceh. Perbuatan Aceh ini didukung Britania.
Baris 49 ⟶ 8:
Akibat perjanjian Sumatera 1871, Aceh mengadakan hubungan diplomatik dengan Konsul [[Amerika Serikat]], [[Kerajaan Italia (1861-1946)|Kerajaan Italia]] dan [[Kesultanan Usmaniyah]] di [[Singapura]]. Aceh juga mengirimkan utusan ke [[Turki Usmani]] pada tahun [[1871]]. Akibat upaya diplomatik Aceh tersebut, Belanda menjadikannya sebagai alasan untuk menyerang Aceh. Wakil Presiden Dewan Hindia [[Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen]] dengan 2 kapal perangnya datang ke Aceh dan meminta keterangan dari Sultan Machmud Syah tentang apa yang sudah dibicarakan di Singapura itu, tetapi Sultan Machmud menolak untuk memberikan keterangan.
[[Perang Aceh Pertama]] (1873-1874) dipimpin oleh [[Panglima Polim]] dan [[Sultan Mahmud Syah]] melawan Belanda yang dipimpin [[Johan Harmen Rudolf Kohler|Köhler]]. [[J.H. Kohler|Köhler]] dengan 3000 serdadunya dapat dipatahkan, [[di mana]] Köhler sendiri tewas pada tanggal [[14 April]] [[1873]]. Sepuluh hari kemudian, perang berkecamuk di mana-mana. Yang paling besar saat merebut kembali Masjid Raya Baiturrahman, yang dibantu oleh beberapa kelompok pasukan. Ada di Peukan Aceh, [[Lambhuk, Ulee Kareng, Banda Aceh|Lambhuk]], Lampu'uk, [[Peukan Bada, Aceh Besar|Peukan Bada]], sampai Lambada, Krueng Raya. Beberapa ribu orang juga berdatangan dari [[Teunom, Aceh Jaya|Teunom]], Pidie, Peusangan, dan beberapa wilayah lain.
Baris 60 ⟶ 16:
Perang keempat (1896-1910) adalah perang gerilya kelompok dan perorangan dengan perlawanan, penyerbuan, penghadangan dan pembunuhan tanpa komando dari pusat pemerintahan Kesultanan.
Untuk mengalahkan pertahanan dan perlawan Aceh, Belanda memakai tenaga ahli Dr. [[Christiaan Snouck Hurgronje]] yang menyamar selama 2 tahun di pedalaman Aceh untuk meneliti kemasyarakatan dan ketatanegaraan Aceh. Hasil kerjanya itu dibukukan dengan judul ''Rakyat Aceh'' (''De Acehers''). Dalam buku itu disebutkan strategi bagaimana untuk menaklukkan Aceh.
Baris 68 ⟶ 21:
Usulan strategi Snouck Hurgronje kepada Gubernur Militer Belanda [[Joannes Benedictus van Heutsz]] adalah, supaya golongan [[Keumala]] (yaitu Sultan yang berkedudukan di Keumala) dengan pengikutnya dikesampingkan dahulu. Tetap menyerang terus dan menghantam terus kaum [[ulama]]. Jangan mau berunding dengan pimpinan-pimpinan gerilya. Mendirikan pangkalan tetap di Aceh Raya. Menunjukkan niat baik Belanda kepada rakyat Aceh, dengan cara mendirikan [[langgar]], [[masjid]], memperbaiki jalan-jalan irigasi dan membantu pekerjaan sosial rakyat Aceh.
Ternyata siasat Dr Snouck Hurgronje diterima oleh Van Heutz yang menjadi Gubernur militer dan sipil di Aceh (1898-1904). Kemudian Dr Snouck Hurgronje diangkat sebagai
Taktik perang gerilya Aceh ditiru oleh Van Heutz, [[di mana]] dibentuk [[pasukan]] [[maréchaussée]] yang dipimpin oleh [[Hans Christoffel]] dengan pasukan [[Colone Macan]] yang telah mampu dan menguasai pegunungan-pegunungan, hutan-hutan rimba raya Aceh untuk mencari dan mengejar gerilyawan-gerilyawan Aceh.
Baris 80 ⟶ 30:
Taktik terakhir menangkap [[Cut Nyak Dhien]] istri Teuku Umar yang masih melakukan perlawanan secara gerilya, [[di mana]] akhirnya Cut Nya Dien dapat ditangkap dan diasingkan ke [[Sumedang]].
Selama perang Aceh, Van Heutz telah menciptakan surat pendek (''korte verklaring'', Traktat Pendek) tentang penyerahan yang harus ditandatangani oleh para pemimpin Aceh yang telah tertangkap dan menyerah. Di mana isi dari surat pendek penyerahan diri itu berisikan, Raja (Sultan) mengakui daerahnya sebagai bagian dari daerah Hindia Belanda, Raja berjanji tidak akan mengadakan hubungan dengan kekuasaan di luar negeri, berjanji akan mematuhi seluruh perintah-perintah yang ditetapkan Belanda. Perjanjian pendek ini menggantikan perjanjian-perjanjian terdahulu yang rumit dan panjang dengan para pemimpin setempat.
|