Parakan, Temanggung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 33:
Berdasarkan catatan sejarah [[Nugroho Notosusanto]], daerah Parakan ini adalah merupakan ''sima'' atau semacam tanah hibah pada masa [[Mataram Kuno]]. Beberapa peninggalan berupa prasasti dan candi bisa ditemui di sekitar wilayah Parakan, di antaranya [[Candi Gondosuli]] yang berada di [[Bulu, Temanggung]].
 
Pada zaman perjuangan kemerdekaan, daerah ini terkenal dengan senjata [[bambu runcing]] bahkan nama [[bambu runcing]] sampai saat ini di abadikan sebagai julukan sebuah klub sepak bola kebanggaan warga kabupaten Temanggung [[Persitema]] yang berkompetisi di [[Liga Indonesia]] yakni [[Persitema]] Laskar Bambu Runcing . Salah satu tokohnya adalah [[Subchi|K.H. Subchi]] yang dijuluki "Jenderal Bambu Runcing", bersama tokoh-tokoh yang lain yaitu [[Sumo Gunardo|K.H.R. Sumo Gunardo]], [[Nawawi Ichsan|K.H. Nawawi]], [[Muhammad Ali (Bambu Runcing)|K.H. M Ali]], [[Abdurrahman (Bambu Runcing)|K.H. Abdurrahman]], dan tokoh-tokoh lainnya seperti K.H. Mandur, Sahid Baidzowi, Ahmad Suwardi, Istachori Syam'ani Al-Khafidz dan lain-lain. Parakan juga merupakan tempat lahir tokoh perjuangan nasional [[Mohamad Roem]], yang terkenal sebagai delegasi Indonesia dalam perundingan diplomasi [[Perundingan Roem-Royen|Roem-Roijen]].
 
Dikatakan Parakan karena bersemayam kyai yang disebut parak atau perek. Kyai Parak pertama berasal dari [[Yaman]] dan yang kedua dari pelarian Mataram ketika [[Amangkurat II]] memerintah dan dalam struktur pemerintahan zaman Belanda tidak pernah tercantum kelurahan Parakan melankan Jetis, Klewogan dan sebagainya namun dalam susunan berikutnya menjadi daerah kawedanan masih banyak yang harus diungkap tentang parakan termasuk perhatian pemerintah hindia belanda dengan parakan karena banyak pelarian tentara diponegoro yang mengungsi di Parakan sehingga Belanda sengaja menjadikan Parakan sebagai pusat candu agar generasi mudanya rusak dan sulit untuk bergolak menentang Belanda.
 
Parakan pernah menjadi pusat pemerintahan [[Kabupaten Menoreh]] dengan bupati terakhir KRT. Sumodilogo yang membuat heboh dan meninggal dibunuh oleh tentara Diponegoro dimakamkan di desa [[Tegalrejo, Bulu, Temanggung]] sedang kepalanya di Selarong, Yogyakarta. Menurut catatan ada beberapa ulama pengikut Pangeran Diponegoro yang bermukim di Temanggung al. Kyai Shuhada.
 
== Geografi ==
Baris 80:
* ''arek'' = mau/ akan
* ''boek'' = kaos kaki
* ''de'e'' (kasar) = kamu
* ''es grim'' = es krim
* ''gage / gekndang'' = ayo cepat / bergegas
Baris 91:
* ''ndais'' = sukurin
* ''ndak'' = apakah
* ''ndak iyo'' = apa benar
* ''rempon'' = ngrumpi
* ''samang'' (halus) = kamu
* ''saoto'' = soto
* ''to '' = to adalah akhiran kata yang ada dalam kalimat.contohnya"opo to,angel to,modar to,koplak to.
Baris 99:
 
Kata -kata berikut merupakan ungkapan kasar yang tidak baik (''ora ilok''), biasanya diungkapkan ketika sedang kesal/ marah, antara lain:
* ''jidor'' (kasar) = sukurin / rasakan akibatnya / biarin
* ''modar'' (kasar) = mati kau!,mati,sukurin
* ''ndasmu'' (kasar) = kepalamu,ah kamu ini
Baris 111:
 
== Wisata ==
=== Tempat Menarik/ Bersejarah Terdekat ===
* ' Kelenteng Hok Tek Tong' ' yang berdiri sejak th 1840 an masih sesuai dengan aslinya walaupun sudah beberapa kali rehab 1852,1882,1940,1958.2009.papan prasasti tersusun rapi diruangan sebelah utara bangunan utama,
* ''Kreteg Kali Galeh'', Jembatan peninggalan zaman Belanda di Sungai (''Kali'') Galeh lama masih digunakan sebagai penyeberangan pejalan kaki. Pada masa penjajahan Belanda, jembatan tsb pernah dibumihanguskan para Pejuang untuk menghalau penjajah masuk Kota.
* ''Kreteg Rel Sepur'', Jembatan kereta api peninggalan zaman Belanda di Sungai (''Kali'') Galeh, kondisi jembatan saat ini tinggal beberapa rangka saja.
* ''Masjid Al Barakah Monumen Bambu Runcing'', Kauman Parakan merupakan Markas perjuangan pada masa penjajahan Belanda. Sudah beberapa kali Masjid bersejarah ini dipugar namun arah kiblat masjid hanya 8 drjt titik barat keutara yang seharusnya 24drjt titik barat keutara,jadi kondisi sekarang sholat di masjid Al Barkah Kauman menghadap ke Somalia tidak ke Makkah kapan mau dibetulkan?.
* ''Monumen Stasiun Sepur'', Parakan Wetan. Pada masa perjuangan kemerdekaan, stasiun ini digunakan sebagai terminal pengangkutan para pejuang (terutama dari Jawa Timur) yang akan ''menyepuh'' (memberikan kekuatan spiritual) [[Bambu Runcing]] kepada para Kyai di Parakan.
* ''Pasar [[Legi]]'', Jetis Kauman.
Baris 138:
* ''Salabat'' di kampung kembaran desa campursalam parakan.
* ''[[Burdah]]an''. hampir sama dengan ''Ndibak'' tetapi lebih sering dilakukan oleh kaum ibu.
* '''Hadrah''' hampir sama dengan Kadaro tetapi jumlah rebana yang dipakai lebih banyak dan masih sering di lakukan di Linkungan Klewogan di rumah Alm Bpk H. Murtadho (H. Atmo) dan Desa Nglondong yang sering dilakukan di kediaman KH.Masduq Muafiqin pengasuh Ponpes Darussalam
 
=== Makanan tradisional ===
Baris 163:
* '''Endog Gludug''', secara harafiah bisa diartikan sebagai "telur (''endog'') guling (''gludug'')". Dibuat dari ketela pohon yang dilumat, dicampur gula, garam & vanili dibentuk bulat dan digoreng, kemudian dilumuri wijen.
* '''Tempe Kemul''' tempe bersalut tepung yang digoreng atau semacam mendoan gaya Parakan.
* '''Tahu Cokol''', atau tahu isi irisan wortel, kecambah dll.
* '''Ndas Borok /sikil krowak '''ketela yang ditumbuk dan dibuat bundar seperti pizza, memakai gula jawa dan taburan parutan kelapa.
* '''Rondo Sisik'''
* '''Ganjel Rel'''
* '''Semar Mendem'''