G.K.R. Mangkubumi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wiryono (bicara | kontrib)
pembenahan tautan
Baris 82:
Menurutnya keraton sebagai pusat kebudayaan harus menjadi saringan dari pengaruh modernisasi yang tidak sesuai dengan budaya kita. Pada saat yang sama Keraton juga harus membuka diri dengan kemajuan zaman. Saat ditanya mengenai suksesi di lingkungan keraton, dia menjawab "tergantung Bapak Saja".<ref>http://kabare.jogja.com/?a=b1R5L0ZlWjNWRi9JblVkUmhOIHk%3D%3D</ref>
 
Salah satu bentuk dari usaha melestarikan budaya terwujud dalam keaktivankeaktifan Ratu Mangkubumi dalam olah tari. Dia adalah penari keraton andalan bersama adik-adiknya [[Ratu Condrokirono]], [[Hayu|Ratu Hayu]] dan [[Gusti Kanjeng Ratu Bendoro|Ratu Bendoro]].
 
Pada tanggal 5 Mei 2015, sesuai Sabdaraja yang dikeluarkan oleh Sri Sultan, Ratu Pembayun menerima gelar Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi, yang secara otomatis menjadikannya sebagai pewaris tahta keraton.