Nuruddin Zanki: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bot: Mengganti Near_East_1135.svg dengan Map_Crusader_states_1135-en.svg
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-dimana +di mana); perubahan kosmetik
Baris 3:
 
== Kehidupan Awal ==
Ia dilahirkan pada hari Ahad 17 Syawwal 511 H yang bertepatan dengan bulan [[Februari]] tahun [[1118]] dimanadi mana ia adalah anak dari [[Zengi]], seorang ''[[atabeg]]'' [[Aleppo]] dan [[Mosul]].
 
== Menjadi pemimpin ==
Nuruddin adalah anak kedua [[Zengi|Imaduddin Zengi]], ''[[atabeg]]'' [[Tripoli]] [[Aleppo]] dan [[Mosul]], yang adalah musuh [[perang salib|tentara salib]]. Setelah ayahnya dibunuh, Nuruddin dan kakaknya [[Saifuddin Ghazi I]] membagi kerajaan tersebut di antara mereka berdua, dimanadi mana Nuruddin menguasai [[Aleppo]] Narzebha menguasai [[Tripoli]] dan Saif ad-Din menguasai [[Mosul]]. Perbatasan antara kedua kerajaan baru dibentuk oleh [[sungai Khabur]].
 
== Melawan tentara salib ==
[[Berkas:Map Crusader states 1135-en.svg|thumb|300px|Peta [[negara-negara tentara salib]] tahun [[1135]] [[AD]].]]
Segera setelah ia memimpin, Nuruddin menyerang [[Kerajaan Antiokhia]], merebut beberapa istana di utara [[Suriah]], dimanadi mana pada waktu yang sama ia menaklukan sebuah usaha oleh [[Joscelin II dari Edessa|Joscelin II]] untuk mengembalikan [[Kerajaan Edessa]] yang telah dikuasai oleh Zengi tahun [[1144]]. Nuruddin mengusir seluruh populasi [[Kristen]] di kota tersebut sebagai hukuman karena membantu Joscelin.
 
Nuruddin mencoba bersekutu dengan tetangga Muslimnya di [[Irak]] utara dan Suriah untuk memperkuat Muslim melawan musuh mereka di barat. Pada tahun [[1147]], ia menandatangani perjanjian bilateral dengan [[Mu'inuddin Unur]], gubernur [[Damaskus]], sebagai bagian persetujuan ini, ia menikahi anak perempuan Mu'inuddin. Mu'inuddin dan Nuruddin menyerang kota [[Bosra]] dan [[Sarkhand]], dimanadi mana kota itu direbut oleh pengikut Mu'in ad-Din yang memberontak yang bernama Altuntash, tetapi Mu'inuddin selalu curiga dengan tujuan Nuruddin dan tidak mau mengganggu mantan sekutu tentara salibnya di [[Yerusalem]], yang telah membantu mempertahankan Damaskus melawan Zengi. Untuk menenangkan Mu'in ad-Din, Nuruddin mengurangi dirinya di Damaskus dan berbalik menuju kerajaan Antiokhia, dimanadi mana ia dapat merebut [[Artah]], Kafar Latha, Basarfut, dan Balat.
 
Pada tahun [[1148]], [[Perang Salib Kedua]] tiba di Suriah, dipimpin oleh [[Louis VII dari Perancis|Louis VII]] dan [[Conrad III dari Jerman|Conrad III]]. Mereka memutuskan untuk menyerang Damaskus. Mu'inuddin dengan rasa malas memanggil bantuan dari Nuruddin. [[Pengepungan Damaskus]] hanya terjadi selama 4 hari sebelum Nuruddin tiba.
 
Nuruddin mengambil kesempatan dari kegagalan tentara salib dengan mempersiapkan serangan lainnya atas [[Antiokhia]]. Pada tahun [[1149]], ia melancarkan serangan melawan teritori yang didominasi oleh istana Harim yang terletak di tepi timur [[Orontes]], setelah dimanadi mana ia menyerang istana [[Inab]]. Pangeran Antiokhia, [[Raymond dari Poitiers]], dengan cepat datang untuk membantu istana yang diserang. Pasukan Muslim menghancurkan tentara salib [[Pengepungan Inab|di Inab]], dimanadi mana Raymond terbunuh. Kepala Raymond dikirim ke Nuruddin, yang mengirimnya ke [[khalifah]] di [[Baghdad]]. Ia selanjutnya merebut semua teritori Antiokhia di timur Orontes, dimanadi mana segera daerah tersebut jatuh ke tangan [[Kekaisaran Bizantium]]. Pada tahun [[1150]], ia menaklukan Joscelin II untuk terakhir kalinya, setelah bersekutu dengan [[Kesultanan Rüm|sultan Rüm]], [[Mas'ud of Rüm|Mas'ud]] (dimanadi mana anak perempuan Mas'ud juga dinikahi oleh Nuruddin). Joscelin meninggal di penjaranya di Aleppo tahun [[1159]]. Pada tahun [[1152]] Nuruddin merebut [[Tortosa]] setelah dibunuhnya [[Raymond II dari Tripoli]].
 
== Menyatukan kerajaan Muslim ==
Baris 29:
=== Permasalahan Mesir ===
 
Karena tidak ada yang dapat dilakukan tentara salib di Suriah, mereka terpaksa beralih ke selatan jika mereka ingin memperluas kekuasaannya. Jatuhnya Ascalon pada tahun 1153 ke tangan Raja Baldwin III dari penguasaan Kekhalifahan Fatimiyah sudah berhasil memutuskan Mesir dari Suriah. Sementara itu Mesir pun secara politik melemah karena diperintah barbagai khalifah fatimiyah yang masih sangat muda bahkan terkadang masih anak-anak. Pada tahun 1163, khalifah Fatimiyah adalah al-Adid (memerintah 1160-1171) yang masih muda (14 tahun), tetapi pemerintahan dijalankan oleh wazir Shawar. Pada tahun itu, Shawar disingkirkan oleh Dirgham. Dirgham menawan 3 anaknya yang bernama Thayib, Sulaiman dan Khalil. Thayib dan Sulaiman dibunuh sedangkan Khalil dipenjara. Setelah itu, Raja Yerusalem, Amalric I memulai serangan terhadap Mesir, dengan dalih bahwa Fatimiyah tidak membayar upeti yang telah mereka janjikan untuk dibayar selama pemerintahan Baldwin III. Penyerangan ini gagal dan ia terpaksa kembali ke Yerusalem, tetapi hal ini telah memprovokasi Nuruddin untuk mengawali kampanyenya melawan tentara salib di Suriah untuk mengalihkan perhatian mereka dari Mesir. Serangannya atas Tripoli tidak berhasil, tetapi ia dikunjungi oleh Shawar, sang wazir yang terusir, yang memohon padanya untuk mengirim pasukan untuk memulihkan kedudukannya sebagai wazir di Mesir dengan kompensasi akan memberikan sepertiga hasil bumi Mesir kepada Nurudin. Pada mulanya, Nuruddin tidak mau membagi pasukannya untuk pertahanan Mesir, tetapi pangglimanya yang berasal dari suku kurdi, Shirkuh, meyakinkannya untuk menyerang Mesir pada tahun 1164. Sebagai balasan, Dirgham bersekutu dengan Amalric, tetapi sang raja tersebut tidak dapat menggerakkan pasukannya tepat waktu untuk menyelamatkannya. Dirgham terbunuh selama invasi Shirkuh dan kepalanya dipenggal dan dipamerkan keseluruh pelosok negeri. Shawar pun dipulihkan kembali sebagai wazir. Namun ia melanggar janjinya dan bersekongkol dengan khalifah Al Adhid meminta Shirkuh segera angkat kaki dari Mesir.
 
Permintaan tersebut tidak ditanggapi oleh Shirkuh, malahan ia berkeliling ke pelosok Mesir, menaklukan banyak wilayah di timur dan menghimpun kekayaan yang banyak.
 
Shawar kemudian bersekutu dengan Amalric, yang kemudian tiba dengan pasukan yang banyak untuk mengepung Shirkuh di Bilbeis. Shirkuh bertahan di benteng tersebut selama 8 bulan. Ia dalam keadaan aman dibentengnya itu.
Kepergian pasukan salib ke Mesir itu, dimanfaatkan oleh Nurudin untuk menyerang wilayah-wilayah yang dikuasai kerajaan salib. Nuruddin menyerang Antiokhia dan mengepung istana Harenc meskipun saat itu Antiokia menjadi daerah protektorat Bizantium (ketika kejadian tersebut Manuel, Raja Bizantium berada di Balkan). Disana, Nuruddin memukul mengalahkan pasukan gabungan Antiokhia dan Tripoli bahkan Bohemond III of Antioch dan Raymond III of Tripoli berhasil ditawan. Meskipun begitu ia tidak menyerang kota Antiokhia itu sendiri, kuatir tindakan balasan dari Bizantium. Sebagai gantinya ia mengepung dan merebut Banias (kota Banias berhasil direbut pada bulan Zulhizah 560 H/ Oktober 1165 M), dan selama 2 tahun berikutnya tetap melanjutkan menyerang perbatasan Negara-negara salib.
Keberhasilan Nurudin Mahmud menembus jantung wilayah-wilayah salibis dan menawan raja-rajanya termasuk Bohemond III of Antioch, Raymond III of Tripoli dan Dauq dari Byzantium menyebabkan pasukan Salib yang sedang berjuang mengusir Shirkuh di Mesir benar-benar terpukul. Raja Amaric mengajak Shirkuh berdamai. Asadudin Shirkuh menerima tawarannya dengan syarat Shawar bin Mujirudin membayar 60.000 dinar sebagai hukuman penghianatannya.
 
Baris 42:
 
Setelah berhasil mengalahkan pasukan Salib, Asadudin Shirkuh bergerak ke kota Alexandria dan menaklukannya. Ia angkat keponakannya, Shalahudin Yusuf sebagai gubernur Alexandria, sedang ia sendiri pulang ke Sha’id. Rupanya Shawar menyusun kekuatan baru dan bersekutu dengan pasukan Salib untuk mengepung kota Alexandria dan merebutnya dari tangan Shalahudin Yusuf. Shalahudin mempertahankan kota tersebut dengan gigih meskipun ia dan pasukannya mengalami kesulitan dan kekurangan stok makanan. Tidak lama kemudian Asadudin Shirkuh datang dari Sha’at memberi bala bantuan. Kedatangan pasukan Shirkuh ini diketahui Shawar dan iapun merasa takut kalau kedua pasukan itu bergabung mengalahkan pasukannya. Ia menawarkan perdamaian kepada Shalahudin dengan kompensasi menyerahkan uang 50.000 dinar. Asadudin Shirkuh menerima tawaran ini. Lalu ia keluar dari kota Alexandria dan menyerahkan urusan kota Alexandria pada orang-orang mesir itu sendiri. Ia pun kembali ke Syria.
Sementara itu Shawar memperbaharui perjanjian dengan pasukan Salib dengan memberi tentara perancis sebesar seratus ribu dinar agar kekuatan mereka tetap bermarkas di Mesir. Pasukan Salib menerima tawaran Shawar. Dengan demikian Tentara salib menduduki Alexandria dan Kairo serta menjadikan Mesir sebagai negara pembayar upeti bagi negara salibis. Akan tetapi Amalric tidak dapat menguasai Mesir secara penuh, selama Nuruddin masih menguasai Suriah. Akhirnya ia pun terpaksa kembali ke Yerusalem., dan menjadi kaget karena Nurudin telah menaklukan benteng daerah-daerah yang dikuasai salibis sebelumnya dan menawan banyak sekali wanita dan anak-anak mereka serta mendapat rampasan perang yang banyak seperti perhiasan dan harta mereka.
 
Pada tahun 1168 Amalric bersekutu dengan Kaisar Manuel dan menyerang Mesir sekali lagi. Ia menyiapkan pasukan besar dan melengkapinya dengan senjata yang komplit untuk meraih kemenangan. Dengan kekuatan tersebut mereka menyerang Mesir dan menguasai Bilbeis (Balbis) dan menjadikannya markas pasukannya. Dari Balbis mereka bertolak ke Kairo. Hal ini diketahui oleh Shawar dan ia menyadari bahwa hal ini di luar kontrolnya. Dan tidak sesuai dengan kesepakatan yang ia buat dengan Raja Yerusalem. Maka ia bakar kotanya yaitu Fustat (Shawar tinggal di Fustat) dan menyuruh penduduknya pindah ke Kairo. Api menyala dan membakar tanaman selama 54 hari. (1168)
Pasukan salib banyak membunuh kaum muslimin, menguasai negara dan menjarah kekayaannya serta mengancam Khalifah al Adhid. Ancaman pasukan Salib ini memaksa khalifah meminta bantuan kepada Nurudin.
Khalifah berjanji dan menyatakan siap memberikan sepertiga pajak mesir kepada Sultan Nurudin Mahmud dan meminta Sultan mau tinggal bersamanya di Kairo guna melindungi Kairo dari serangan salib. Selain itu ia berjanji memberikan tambahan pajak kepada militer Nurudin di luar sepertiga pajak yang ia janjikan.
 
Awal tahun 1169 Asadudin Shirkuh dikirim ke Mesir dan mengalahkan pasukan Salib serta mengusir pasukan salib dan membunuh menteri penghianat, Shawar.
 
Bulan Rabiul Akhir (8 Januari 1169), Asadudin Shirkuh menemui Khalifah Al Adhid dan ia diangkat sebagai wazir menggantikan Shawar. Khalifah melepaskan baju dinas Shawar dan memberikannya kepada Shirkuh. Setelah itu Shirkuh pulang kekemahnya di Dzahirul Balad.
Ternyata Khalifah Al Adhid tidak menepati janjinya kepada Sultan Nurudin. Sementara Shirkuh sepertinya tidak peduki dengan sikap khalifah itu. Ia mulai merealisir rencananya, mengangkat para gubernur, mengirim duta dan memungut pajak. Ia menjabat sebagai wazir selama 2 bulan 5 hari. Ia meninggal tanggal 12 Jumadil Akhir 564 H (14 Maret 1169). Ia digantikan oleh keponakannya, Shalahudin Yusuf bin Ayub sebagai wazir Kekhalifahan Fatimiyah dan sang Khalifah menggelarinya Al Malik An Nasir.
 
Baris 62:
Jum’at pertama bulan Muharam 567H
 
(September 1171), Al Amir Al Amin naik mimbar Jum’at mendahului khatib resmi kemudian berdoa untuk Khalifah Abbasiah, Al Mustanjid Billah, dan ternyata tidak satu pun yang menentangnya. Dan pada hari jum’at kedua Salahudin memerintahkan seluruh khatib Jumat untuk memutus doanya bagi khalifah Fatimiyah, al Adid dan mengalihkannya kepada Khalifah Abasiyah, Al Mustanjid Billah.
Shalahudin juga memecat seluruh hakim Mesir karena mereka berasal dari aliran Syi’ah, dan menggantuinya dengan hakim yang baru dari kalangan Sunni bermazhap Syafi’i.
 
Baris 77:
Nuruddin mendirikan [[universitas]] dan [[masjid]] di seluruh kota yang ia kuasai. Universitas-universitas tersebut penting bagi pengajaran [[Quran]] dan [[Hadits]]. Nuruddin sendiri menikmati untuk memiliki spesialis yang membacakannya dari Hadith, dan profesornya memberinya diploma dalam narasi Hadits. Ia juga mendirikan rumah sakit gratis dikotanya, dan mendirikan [[karavanserai]] di jalan untuk penjelajah dan peziarah. Pada dunia Muslim ia menjadi figur legendaris dalam keberanian militer, kesalehan, dan kesopanan.
 
Ibn Al Kastir mendeskrip-sikan Nurudin Mahmud dengan berkata : ‘Seluruh yang saya baca tentang raja, baik pada masa periode pra Islam dan pada masa Islam hingga sekarang, saya tidak pernah melihat seorang raja yang lebih adil dan baik kepada bawahannya setelah Khulafa Arrasyidin dan Umar bin Abdul Aziz yang punya sejarah baik dari Nuruddin, raja yang adil. Ia merupakan sosok yang pintar, cerdas dan sangat melek akan situasi kontemporer. Ia tidak pernah menghargai seseorang karena status sosial dan hartanya. Ia hanya menghargai orang-orang yang jujur dan bekerja keras.’
 
Ia juga terkenal karena ketakwaannya dan ke-wara-annya (kecintaannya kepada Allah). Ia sangat berkemauan keras untuk menunaikan semua ibadah salat dan merayakan perayaan-perayaan Islam. Ia melakukan salat Isya dan bangun di tengah malam untuk salat malam hingga terbit fajar. Ia juga banyak berpuasa.
Baris 85:
Ia adalah seorang zuhud dan merendah diri (mutawaadhi). Konsumsi orang paling miskin pada zaman itu masih lebih tinggi dari konsumsi yang ia makan setiap hari tanpa simpanan dan tidak pula menentukan dunia untuk dirinya sendiri. Dan ketika isterinya mengeluh kepadanya akan beratnya penderitaan dan kesusahan hidup yang dikondisikan oleh suaminya, Mahmud memberinya tiga toko pribadi di kota Homs dan berkata : “Itu semua yang aku miliki. Dan jangan berharap kepadaku untuk meletakkan jariku pada uang umat yang diamanatkan kepadaku, saya tidak akan mengkhianatinya. Dan saya tidak mau menceburkan diri dalam siksa Allah hanya karenamu.”
 
Nuruddin juga mendirikan universitas dan masjid di seluruh kota yang ia kuasai. Universitas-universitas tersebut berkonsentrasi dalam bagi pengajaran Quran dan Hadits. Nuruddin sendiri menyukai mendengar Hadist dari Ulama Hadist yang membacakannya Hadits, dan ahli hadist memberinya ijazah untuk meriwayatkan Hadits. Ia juga mendirikan rumah sakit gratis dikotanya, dan mendirikan karavanserai di jalan untuk penjelajah dan peziarah. Di dunia Muslim ia menjadi figur legendaris dalam keberanian militer, kesalehan, dan kesopanan.
Suatu hari, seorang Faqih yang bernama Qutbuddin Annisaburi berkata kepadanya : “Saya mohon kepadamu untuk tidak menghancurkan dirimu dan Islam. Kalau seandainya kamu terserang di tengah pertempuran maka tidak akan ada umat ini yang tersisa, semuanya terbunuh”. Maka ia menjawab : “Wahai Qutbuddin!! Siapa yang terpuji sehingga disanjung seperti ini? Sebelum saya ada yang memelihara negara dan Islam? Itu Allah yang tidak ada Tuhan selain-Nya”.
 
Ia punya komitmen yang tinggi untuk mewujudkan seluruh hukum Islam. Ia menjadi teladan yang baik bagi para petinggi negara dan pimpinannya dalam berkomitmen kepada hukum yang ada. Sebagaimana ia juga berupaya keras untuk dapat mengembalikan hak-hak yang terampas kepada mereka yang teraniaya. Dan berkata : “Tidak boleh (haram) bagi orang yang bersahabat denganku untuk tidak menyampaikan kisah orang yang teraniaya yang tidak sampai kepada ku.” Dalam derap langkahnya mempersatukan negara-negara Islam, ia sangat menjaga komitmen untuk tidak menyebabkan adanya pertumpahan darah muslim. Maka dari itu ia sangat penyabar dan memiliki bijaksana. Nuruddin (rahimarullah) sangat komit dengan syariah dan melaksanakan hukum-hukumnya.
Baris 109:
* [[Aleppo]]
* [[Damaskus]]
* [[Fatimid]]
* [[Pertempuran Ascalon]]