Njanji Soenji: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: Didalam → Di dalam
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 28:
'''''Njanji Soenji''''' ([[EYD]]: '''Nyanyi Sunyi''') adalah [[antologi|koleksi puisi]] [[Amir Hamzah]] tahun 1937. Koleksi ini terdiri dari 24 [[puisi]] berjudul dan bait-bait [[puisi prosa|prosa lirik]] dan ditulis kira-kira setelah ia dipaksa menikahi putri [[Kesultanan Langkat|Sultan Langkat]]. Puisi-puisinya terkenal sulit dibaca dan bentuknya lebih bebas daripada syair tradisional Melayu. Analisis terhadap koleksi ini berfokus pada tema Tuhan dan hubungan-Nya dengan umat manusia serta aspek kemanusiaan itu sendiri. [[H.B. Jassin]] memandangnya sebagai upaya untuk memaparkan masalah-masalah duniawi yang dihadapi Amir.
 
== Latar belakang ==
[[FileBerkas:Amir Hamzah wedding.JPG|thumb|alt=A couple during their wedding|[[Perjodohan]] Amir dianggap sangat memengaruhi ''Nyanyi Sunyi''.]]
[[Amir Hamzah]] (1911–46) adalah penulis [[bangsa Melayu|Melayu]] didikan Belanda keturunan bangsawan dan Muslim yang taat. Ia sangat menggemari [[sastra Melayu]] tradisional dan menyukai teks-teks bersejarah seperti ''[[Hikayat Hang Tuah]]'', ''[[Syair Siti Zubaidah Perang Cina]]'', dan ''[[Hikayat Panca Tanderan]]''. Amir juga sering membaca karya [[sastra Arab]], [[sastra Persia|Persia]], dan [[sastra Hindu|Hindu]].{{sfn|Jakarta City Government, Amir Hamzah}} Karena itu, ia menguasai banyak sekali kosa kata.{{sfn|Echols|1956|p=14}}
 
Penyair Laurens Koster Bohang memperkirakan "Padamu Jua" ditulis antara 1933 dan 1937,{{sfn|Jassin|1962|p=8}} sementara pakar sastra Indonesia dari Belanda [[A. Teeuw]] memberi perkiraan tahun 1936 dan 1937.{{sfn|Teeuw|1980|p=126}} Waktu itu adalah masa paling emosional bagi Hamzah yang dipaksa menikahi putri [[Kesultanan Langkat|Sultan Langkat]]; Sultan Langkat telah mendanai studinya di [[Jawa]]. Pada saat yang sama Hamzah kabarnya jatuh cinta dengan teman sekelasnya dari [[suku Jawa]] dan terpaksa meninggalkannya.{{sfn|Jassin|1962|p=13}}
 
== Isi ==
''Njanji Sunji'' terdiri dari 24 puisi berjudul dan satu [[kuatrain]] tanpa judul.{{sfn|Hamzah|1949|p=5–30}} Pakar sastra Indonesia [[H.B. Jassin]] menyebut delapan karyanya sebagai [[puisi prosa|prosa lirik]] dan sisanya puisi.{{sfn|Jassin|1962|p=212}} Tak satupun karya di ''Nyanyi Sunyi'' yang diberi tanggal (sebagaimana karya-karya Amir lainnya).{{sfn|Jassin|1962|p=9}} Di penghujung buku tercantum sebuah kuplet bertuliskan "''Sunting sanggul melayah rendah / sekaki sajak seni sedih''",{{sfn|Hamzah|1949|p=31}} yang penerjemah dan penyair Amerika [[Burton Raffel]] terjemahkan menjadi "A flower floating in a loose knot of hair / Gave birth to my sorrowful poems".{{sfn|Raffel|1968|p=15}}
 
Baris 40:
 
'''Puisi tak berjudul'''
# Kuatrain tak berjudul ("Sunyi Itu Duka")
 
'''Puisi berjudul'''
{{Div col|cols=2|style=width:70%|rules=yes}}
# "[[Padamu Jua]]"
# "Barangkali"
# "Hanya Satu"
# "Permainanmu"
# "Tetapi Aku"
# "Karena Kasihmu"
# "Sebab Dikau"
# "Doa"
# "Hanyut Aku"
# "Taman Dunia"
# "Terbuka Bunga"
# "Mengawan"
# "Panji Dihadapanku"
# "Memuji Dikau"
# "Kurnia"
# "Doa Poyangku"
# "Turun Kembali"
# "Batu Belah"
# "Di dalam Kelam"
# "Ibuku Dehulu"
# "Insyaf"
# "Subuh"
# "Hari Menuai"
# "Astana Rela"
{{Div col end}}
 
== Bentuk ==
Tidak seperti kebanyakan karya pertama Amir, puisi-puisi di ''Nyanyi Sunyi'' umumnya tidak mengikuti format empat baris empat kata [[pantun]] dan [[syair]].{{sfn|Jassin|1962|p=12}} Teeuw mencatat bahwa beberapa puisi seperti "Batu Belah" menggunakan format Eropa tradisional seperti [[balada]].{{sfn|Teeuw|1955|p=117}} Puisi lainnya cenderung bebas dan lebih mengarah ke prosa.{{sfn|Siregar|1964|p=116}}
 
Baris 79:
Anwar beropini bahwa Amir, melalui ''Nyanyi Sunyi'', memperkenalkan gaya baru ke bahasa Indonesia dengan kalimatnya yang "padat tegas, tajam, dan singkat". Dalam artikel tahun 1945, ia menulis bahwa "sebelum Amir (Hamzah), seseorang akan menganggap puisi lama sebagai kekuatan yang menghancurkan, namun ia membawa cahaya terang ke bahasa baru ini".{{sfn|Raffel|1970|p=175}}
 
== Tema ==
Agama dan Tuhan selalu muncul di koleksi puisi ini. Hal ini terbukti di puisi pertamanya, "Padamu Jua".{{sfn|Balfas|1976|p=64}} Amir sering memakai kata "Tuhan". Tidak seperti puisi-puisi pertamanya yang memakai kata "Dewa", Tuhan di sini adalah Tuhan yang dipahami dalam [[agama-agama Abrahamik]] seperti [[Islam]] yang dianutnya.{{sfn|Jassin|1962|p=13}} Amir memperlihatkan dirinya dipengaruhi [[Sufisme]].{{sfn|Jassin|1962|p=30}} Menurut Teeuw, kadang-kadang Amir memperlakukan Tuhan seperti seorang kekasih dengan menggunakan kata "engkau" untuk menyebut Tuhan.{{sfn|Teeuw|1955|p=116}} Akan tetapi, Amir mengakui bahwa ia tidak akan bisa bersatu dengan Tuhan.{{sfn|Teeuw|1955|p=116}} Jassin menulis bahwa Amir tampaknya sadar akan kecilnya dirinya di hadapan Tuhan yang bertingkah seperti boneka Tuhan.{{sfn|Jassin|1962|p=26}} Teeuw mencatat bahwa Amir mengakui ia tidak akan ada jika Tuhan juga tidak ada.{{sfn|Teeuw|1955|p=116}}
 
Baris 88:
Jassin mencatat bahwa Amir memakai kata "sunyi" sebagai cara untuk menyampaikan masalah-masalah duniawinya dengan waktu, identitas diri, Tuhan, dan cinta. Menurut Jassin, di akhir koleksi puisi ini cinta fisik beralih menjadi cinta spiritual dan jawaban atas permasalahannya berasal dari hal supernatural.{{sfn|Jassin|1962|p=13}} Pada akhirnya, Jassin menyimpulkan bahwa jiwa Amir belum mencapai kedewasaan. Ia menganggap puisi terakhir di koleksi ini, "Astana Rela", bertujuan melarikan diri untuk sementara.{{sfn|Jassin|1962|p=14}} Jassin menemukan bahwa tema agama juga berarti pelarian dari kesedihan duniawi Amir,{{sfn|Jassin|1962|p=31}} sebuah pendapat yang juga diiyakan oleh Usman.<!--Usman essentially discusses half the poems in-depth-->{{sfn|Usman|1959|pp=231–50}}
 
== Penerbitan ==
''Nyanyi Sunyi'' pertama diterbitkan di ''[[Poedjangga Baroe]]'' edisi November 1937, majalah sastra yang ikut didirikan Amir.{{sfn|Jassin|1962|p=212}} Koleksi puisi ini kelak diterbitkan kembali sebagai buku terpisah. Buku ini dicetak untuk ketiga kalinya pada tahun 1949.{{sfn|Hamzah|1949|p=1}}
 
Baris 102:
=== Kutipan ===
{{refbegin|40em}}
* {{cite web
|title=Amir Hamzah
|trans_title=
Baris 135:
| ref = harv
}}
* {{cite book
|title=Indonesian Writing in Translation
|last=Echols
Baris 157:
| ref = harv
}}
* {{Cite book
|last=Jassin
|first=H.B.
Baris 239:
| ref = harv
}}
* {{cite book
| last =Usman
| first =Zuber
Baris 254:
{{refend}}
 
== Bacaan lanjutan ==
* {{Cite book|title=Nyanyi Sunyi (Amir Hamzah): Ulasan dan Kajian |language=Melayu |year=1968 |author= Umar Junus |publisher= Pustaka Melayu Baru |location=Kuala Lumpur |oclc=63260744}}
{{artikel pilihan}}