Kedokteran hewan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
AnggikVet12 (bicara | kontrib)
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: beliau → dia, dimana → di mana
Baris 1:
[[Berkas:Veterinary_SurgeonVeterinary Surgeon.jpg|300px|right|thumb|Seorang ahli bedah merawat seekor kucing]]
'''Kedokteran hewan''' merupakan salah satu jenis ilmu dan praktik [[kedokteran]], yang melakukan [[diagnosis]], [[terapi]], dan pencegahan penyakit pada [[hewan]]. Secara umum, semua jenis hewan dapat dikategorikan sebagai pasien, baik hewan domestik maupun liar.
== Istilah ==
Dalam [[bahasa Inggris]], kedokteran hewan disebut ''veterinary medicine'', sedangkan dokter hewannya sendiri disebut ''veterinary physician'' yang disingkat menjadi ''veterinarian'' (''American English'') atau ''veterinary surgeon'' (''British English'').
 
Istilah ini berasal dari bahasa Latin, ''veterinarius''. Veterinarius adalah nama yang diberikan kepada sekelompok orang yang bertugas untuk mengurusi ''veterinae'' (hewan pekerja).
== Sejarah ==
Pada masa peradaban kuno, [[hewan]] yang paling diperhatikan kesehatannya adalah [[kuda]], karena mereka banyak dimanfaatkan sebagai sarana transportasi dan peperangan (bagian dari pasukan kavaleri). Lama-kelamaan, kesehatan [[sapi]] dan hewan [[ternak]] lainnya mulai diperhatikan.
 
[[Anjing]] baru mendapatkan fokus pada zaman modern, saat perekonomian dunia mulai tumbuh dan peperangan mulai berhenti, yang kemudian disusul oleh hewan kesayangan lainnya. Saat [[anjing]] dan [[kucing]] telah menjadi kesayangan yang umum dipelihara, beberapa orang kemudian mencoba memelihara hewan eksotik di rumah.
Baris 14:
=== Zaman Prasejarah ===
 
Pada awal masa kehidupan, hewan hidup secara liar di habitatnya masing-masing, terpisah dengan manusia. Ilmu sejarah mengajarkan pada kita bahwa pada zaman batu, manusia hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan. Di era ini, hewan-hewan liar diburu oleh manusia untuk dijadikan makanan.
 
Saat zaman berubah menjadi zaman bertani dan bercocok tanam, manusia mengubah gaya hidup menjadi agraris. Mereka tak lagi menggantungkan seluruh hidupnya dengan cara berburu [[hewan]] dan memetik [[tumbuhan]]. Manusia mulai berpikir untuk merawat dan mengembangkannya sendiri di lingkungan mereka Orang-orang melihat bahwa hewan liar dapat dimanfaatkan untuk membantu kehidupan. Sejak saat itu dimulailah masa domestikasi hewan dan tumbuhan.
 
Secara sederhana, domestikasi adalah suatu usaha untuk menjadikan hewan (atau tumbuhan) dapat hidup dan tinggal bersama-sama dengan manusia.
 
Berbagai penelitian [[arkeologis]] dan [[genetis]] menyatakan bahwa [[anjing]] adalah spesies hewan pertama yang didomestikasi oleh manusia. Hewan ini didomestikasi dari [[serigala]] sejak 15.000 tahun yang lalu. Sementara itu, bangsa [[Mesir]] kuno yang sangat menjunjung tinggi [[kucing]], diperkirakan melakukan domestikasi pada kucing pada tahun 8000 SM.
Baris 42:
 
Walaupun klasifikasi [[Aristoteles]] ini tergolong tidak akurat jika dibandingkan dengan pengetahuan masa kini. Namun hasil kerjanya menjadi dasar utama teori ilmiah pada sejarah ilmu biologi. Jauh sebelum munculnya tokoh seperti [[Darwin]] dan [[Linnaeus]].
 
'''Ashoka the Great''', salah satu emperor terbesar [[India]], merupakan penguasa yang sangat peduli dengan kesejahteraan seluruh rakyatnya, baik manusia maupun hewan. Sebagai penguasa, ia menyediakan pelayanan medis pada [[manusia]] dan [[hewan]], mendirikan klinik untuk manusia dan hewan secara berdampingan, melarang pemotongan dan konsumsi sapi dan hewan-hewan lainnya, terutama bagi keluarga kerajaan.
 
Di bawah pemerintahan Ashoka, ''Mauryan Empire'' dikenal sebagai “Salah satu dari sedikit pemerintahan di dunia yang memperlakukan hewan sebagai rakyatnya, dengan memberi mereka perlindungan yang sama terhadap manusia”.
=== Zaman Modern ===
 
Walaupun berbagai buku tentang [[anatomi]], [[fisiologi]], dan [[taksonomi]] hewan telah ditulis dan dipelajari, namun usaha untuk menjadikan kedokteran hewan sebagai bidang ilmu formal dan profesi yang legal, baru dimulai sejak abad ke-18. Usaha ini dirintis oleh seorang bangsawan [[Prancis]] yang bernama Bourgelat.
 
'''Claude Bourgelat (1712-1779)''' adalah orang yang mendirikan sekolah kedokteran hewan pertama di dunia, yang terletak di [[Lyon]], [[Prancis]]. Bourgelat adalah seorang ahli [[kuda]]. Karena ketertarikan dan pengetahuannya yang mendalam mengenai kuda, ia diangkat menjadi direktur akademi berkuda Lyon. Bourgelat juga belajar tentang metodologi ilmiah untuk melakukan pembedahan, meneliti anatomi kuda. Bekerja sama dengan para dokter bedah di Lyon.
 
'''Claude Bourgelat (1712-1779)''' adalah orang yang mendirikan sekolah kedokteran hewan pertama di dunia, yang terletak di [[Lyon]], [[Prancis]]. Bourgelat adalah seorang ahli [[kuda]]. Karena ketertarikan dan pengetahuannya yang mendalam mengenai kuda, ia diangkat menjadi direktur akademi berkuda Lyon. Bourgelat juga belajar tentang metodologi ilmiah untuk melakukan pembedahan, meneliti anatomi kuda. Bekerja sama dengan para dokter bedah di Lyon.
 
Dari sini, ia melihat bahwa terdapat banyak kesamaan antara tubuh manusia dan hewan, sehingga ia mempertimbangkan kemungkinan adanya profesi dokter hewan. Ia akhirnya aktif dalam kegiatan ilmuwan. Menjadi penulis artikel-artikel tentang kuda di ensiklopedia Prancis.
Baris 75 ⟶ 73:
Baru pada tahun 1907 ada perkembangan yang melincinkan jalan menuju pendidikan kedokteran hewan yang mantap. Atas usul Prof. Melchior Treub, Direktur Departemen Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan (Landbouw, Nijverheid en Handel) Pemerintah mendirikan Laboratorium Veteriner (Veeartsenijkundig Laboratorium) yang telah lama direncanakan oleh Dr. de Does. Pada Laboratorium ini kemudian digabungkan kursus untuk mendidik dokter hewan bumiputra. Kursus ini dibuka pada bulan Mei 1907 (seingat Prof. Soeparwi, Dekan FKHP UGM, tanggalnya adalah 22 Mei) dengan nama : ”Cursus tot Opleiding van Inlandsche Veearstsen”. Lama pendidikan ditetapkan empat tahun, dan siswanya adalah lulusan HBS 3 tahun atau MULO (setingkat SMP sekarang) dan sekolah-sekolah lain pada waktu itu yang dianggap sederajat. Dua orang siswa pertamanya ternyata lulusan MLS (Middelbare Landbouwschool = Sekolah Pertanian Menengah Atas) yang sebenarnya setingkat dengan SMU. Oleh karenanya mereka langsung diterima ditingkat III.
 
Kursus ini mulanya ada di bawah pengawasan (superintendentie) Dr. Koningsberger, Kepala Kebun Raya dan Museum Zoologi Bogor. Pada tahun 1908 Dr. L de Blieck didatangkan dari Belanda untuk memimpim Laboratorium Veteriner, dan setahun kemudian (1909) beliaudia diserahi pula memimpin kursus.
 
Pada tahun 1910 nama kursus diubah menjadi ”Inlandsche Veeartsenschool” (Sekolah Dokter Hewan Bumiputra) dan sebutan Kepala Sekolahnya menjadi Direktur, yang masih tetap dijabat oleh Dr. de Blieck merangkap sebagai Kepala Labotatorium. Kemudian pada tahun 1914 nama sekolah itu diubah lagi menjadi ”Nederlands Indische Veeartsenschool” (NIVS) atau Sekolah Dokter Hewan (SDH) dengan ketentuan bahwa sekolah ini tidak hanya untuk siswa-siswa bumiputra melainkan juga terbuka bagi golongan lain. Perkembangan selanjutnya ternyata malah ”mundur”, dengan disatukannya lagi Sekolah dengan Laboratorium, menjadi ”Veeartsenijkundig Instituut” (VI) atau Lembaga Veteriner. Namun akhirnya pada tahun 1919 Sekolah dipisahkan dari Lembaga sehingga berdiri sendiri dan dapat berkembang sebaik-baiknya. Di bawah kepemimpinan de Blieck NIVS ditingkatkan mutunya, antara lain dengan memasukkan pelajaran bahasa Jerman agar para siswa dapat menggunakan buku-buku kedokteran hewan berbahasa Jerman. Perlu pula dicatat bahwa sejak tahun 1920 lulusan NIVS diterima di Fakultas Kedokteran Hewan di Utrecht, negeri Belanda, langsung di tingkat III.
Baris 81 ⟶ 79:
Pada awal tahun 1942 bala tentara Jepang menyerbu Hindia Belanda. Segenap daerah Indonesia dikuasai tentara Jepang. Roda pemerintahan militer berjalan di bawah kekaisaran Jepang. Sekolah Dokter Hewan di Bogor dibuka kembali dengan nama Bogor Semon Zui Gakko. Keadaan ini berlangsung hingga pertengahan tahun 1945, ketika Jepang menyerah kepada Sekutu setelah kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom.
 
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sekolah Dokter Hewan Bogor dibuka kembali dan kemudian dinaikkan statusnya menjadi lembaga pendidikan tinggi dengan nama Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kemakmuran No. 1280 a/Per. tanggal 20 September 1946. Lama pendidikan ditetapkan lima tahun. Kenaikan status itu dipersiapkan dan diusulkan oleh Panitia Pendirian Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan yang diangkat oleh Menteri Kemakmuran. Sebagai Pimpinan diangkat Dr. Mohede dengan sebutan Rektor Magnifikus. PTKH dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Moh. Hatta bulan November 1946. (teks pidato Bung Hatta tersimpan oleh almarhum Prof. Mukhlis, yang pada waktu peresmian itu masih duduk di tingkat I. Sewaktu saya menjabat Dekan tahun 1990 teks itu diberikan kepada saya, namun pada saat ini saya tidak tahu teks itu ada dimanadi mana-Penulis).
 
Pada tahun 1947 krisis diplomatik antara pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda mencapai puncaknya. Tentara Belanda menyerbu daerah-daerah Republik yang kemudian dikenal sebagai ”negara” termasuk ”negara Jawa Barat”, yang dimaksudkan agar kelak akan merupakan bagian dari ”Negara Federal”. Maka dihentikanlah aktivitas PTKH, dan beberapa orang mahasiswanya mengungsi ke daerah Republik di Jawa Tengah. Ada pendapat bahwa sebenarnyalah PTKH tidak pernah secara resmi dinyatakan ditutup pada waktu itu. Bahkan atas persetujuan Rektor PTKH dan Kementerian Kemakmuran, di Klaten pada tahun 1947 dibuka ”kelas dalam pengasingan” untuk tingkat pertama dari Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan Republik Indonesia (PTKH-RI). Ketika pecah ”clash” kedua dan Ibu Kota RI Yogyakarta diserbu oleh pasukan para (pasukan payung) Belanda pada tanggal 19 Desember 1948, PTKH-RI ditutup. Setelah Yogyakarta diserahkan kembali kepada Pemerintah RI maka pada 1 November 1949 PTKH dibuka kembali tetapi pindah dari Klaten ke Yogyakarta. Pada tanggal 19 Desember 1949 semua perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta bergabung menjadi Universitit Gajah Mada, dan PTKH-RI menjelma menjadi Fakultit Kedokteran Hewan UGM.