Gunung Lawu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: diantara → di antara, removed stub tag
Baris 28:
'''Gunung Lawu''' (3.265 m) terletak di [[Pulau Jawa]], [[Indonesia]], tepatnya di perbatasan Provinsi [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]]. Gunung Lawu terletak di antara dua kabupaten yaitu [[Kabupaten Karanganyar]], Jawa Tengah dan [[Kabupaten Magetan]], Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api "istirahat" (diperkirakan terahkir meletus pada tanggal [[28 November]] [[1885]]<ref>[http://sutrisno-budiharto.blogspot.com/2014/02/usai-erupsi-28-november-1885-gunung.html "Usai Erupsi 1885, Gunung Lawu Masih Bisa Meletus"]</ref><ref>[http://news.okezone.com/read/2014/03/13/511/954670/ini-bukti-gunung-lawu-dahulu-berada-di-dasar-laut "Ini Bukti Gunung Lawu Dahulu Berada di Dasar Laut"]</ref>) dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi serta puncaknya yang tererosi. Di lerengnya terdapat kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air (fumarol) dan belerang (solfatara). Gunung Lawu mempunyai kawasan [[hutan Dipterokarp Bukit]], [[hutan Dipterokarp Atas]], [[hutan Montane]], dan [[hutan Ericaceous]]. Gunung Lawu adalah sumber inspirasi dari nama kereta api [[Kereta api Argo Lawu|Argo Lawu]], kereta api eksekutif yang melayani Solo Balapan-Gambir.
 
Gunung Lawu memiliki tiga puncak, Puncak Hargo Dalem, Hargo Dumiling dan Hargo Dumilah. Yang terakhir ini adalah puncak tertinggi.
 
Di lereng gunung ini terdapat sejumlah tempat yang populer sebagai tujuan wisata, terutama di daerah Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan. Agak ke bawah, di sisi barat terdapat dua komplek percandian dari masa akhir Majapahit: [[Candi Sukuh]] dan [[Candi Cetho]]. Di kaki gunung ini juga terletak komplek pemakaman kerabat [[Praja Mangkunagaran]]: [[Astana Girilayu]] dan [[Astana Mangadeg]]. Di dekat komplek ini terletak [[Astana Giribangun]], [[mausoleum]] untuk keluarga presiden kedua Indonesia, [[Suharto]].
Baris 35:
Gunung Lawu sangat populer untuk kegiatan pendakian. Setiap malam 1 [[Sura]] banyak orang berziarah dengan mendaki hingga ke puncak. Karena populernya, di puncak gunung bahkan dapat dijumpai pedagang makanan.
 
Pendakian standar dapat dimulai dari dua tempat (''basecamp''): Cemorokandang di [[Tawangmangu, Karanganyar|Tawangmangu]], [[Jawa Tengah]], serta Cemorosewu, di [[Sarangan, Plaosan, Magetan|Sarangan]], [[Jawa Timur]]. Gerbang masuk keduanya terpisah hanya 200 m.
 
Pendakian dari Cemorosewu melalui dua sumber mata air: Sendang (kolam) Panguripan terletak antara Cemorosewu dan Pos 1 dan Sendang Drajat di antara Pos 4 dan Pos 5.
 
Pendakian melalui Cemorokandang akan melewati 5 selter dengan jalur yang relatif telah tertata dengan baik.
 
Pendakian melalui cemorosewu akan melewati 5 pos. Jalur melalui Cemorosewu lebih nge-track. Akan tetapi jika kita lewat jalur ini kita akan sampai puncak lebih cepat daripada lewat jalur Cemorokandang. Pendakian melalui Cemorosewu jalannya cukup tertata dengan baik. Jalannya terbuat dari batu-batuan yang sudah ditata.
 
Jalur dari pos 3 menuju pos 4 berupa tangga yang terbuat dari batu alam. Pos ke 4 baru direnovasi, jadi untuk saat ini di pos 4 tidak ada bangunan untuk berteduh. Biasanya kita tidak sadar telah sampai di pos 4.
Baris 56:
Gunung Lawu menyimpan misteri pada masing-masing dari tiga puncak utamanya dan menjadi tempat yang dimitoskan sebagai tempat sakral di Tanah [[Jawa]]. Harga Dalem diyakini sebagai tempat pamoksan Prabu Bhrawijaya Pamungkas, Harga Dumiling diyakini sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon, dan Harga Dumilah merupakan tempat yang penuh misteri yang sering dipergunakan sebagai ajang menjadi kemampuan olah batin dan meditasi.
 
Konon gunung Lawu merupakan pusat kegiatan spiritual di Tanah Jawa dan berhubungan erat dengan tradisi dan budaya [[Praja Mangkunegaran]].
 
Setiap orang yang hendak pergi ke puncaknya harus memahami berbagai larangan tidak tertulis untuk tidak melakukan sesuatu, baik bersifat perbuatan maupun perkataan. Bila pantangan itu dilanggar si pelaku diyakini bakal bernasib naas.
Baris 65:
Cerita dimulai dari masa akhir kerajaan [[Majapahit]] (1400 M) pada masa pemerintahan Sinuwun Bumi Nata Bhrawijaya Ingkang Jumeneng kaping 5 (Pamungkas). Dua istrinya yang terkenal ialah [[Dara Petak]] putri dari daratan [[Tiongkok]] dan [[Dara Jingga]]. Dari Dara Petak lahir putra [[Raden Fatah]], dari Dara Jingga lahir putra Pangeran Katong.
 
Raden Fatah setelah dewasa beragama [[islam]], berbeda dengan ayahandanya yang beragama Budha. Dan bersamaan dengan pudarnya Majapahit, Raden Fatah mendirikan Kerajaan [[Kerajaan Demak|Demak]] dengan pusatnya di Glagah Wangi ([[Alun-Alun Demak]]).
 
Melihat kondisi yang demikian itu , masygullah hati Sang Prabu. Sebagai raja yang bijak, pada suatu malam, dia pun akhirnya bermeditasi memohon petunjuk Sang Maha Kuasa. Dalam semedinya didapatkannya wangsit yang menyatakan bahwa sudah saatnya cahaya Majapahit memudar dan ''wahyu kedaton'' akan berpindah ke kerajaan Demak.
Baris 125:
7. Sampai dengan Pkl 18.00 WIB Tim gabungan TNI, Polri, Perhutani, BPBD, AGL ( Anak Gunung Lawu) dibantu Masyarakat Cemoro Sewu dan Singolangu masih melaksanakan penyisiran dan evakuasi.
 
8. Hasil penyisiran sementara sampai dengan saat ini diperoleh infomasi korban kebakaran hutan yang terjadi diantaradi antara Pos 3 dan Pos 4 adalah 8 orang dengan rincian 6 orang meninggal, 2 orang dalam kondisi kritis dan masih dalam proses evakuasi.
 
== Galeri ==
Baris 146:
 
{{Gunung di Indonesia}}
{{DEFAULTSORT:Lawu, Gunung}}
{{gunung-di-indonesia-stub}}
 
{{DEFAULTSORT:Lawu, Gunung}}
[[Kategori:Gunung di Jawa Tengah]]
[[Kategori:Gunung di Jawa Timur]]