Keraton Surakarta Hadiningrat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baskoro Aji (bicara | kontrib)
Baskoro Aji (bicara | kontrib)
Baris 118:
Malam [[Satu Suro|1 Sura]] ([[Muharram|1 Muharram]]) dalam masyarakat [[Suku Jawa|Jawa]] adalah suatu perayaan tahun baru menurut [[kalender Jawa]]. Malam 1 Sura jatuh mulai terbenam matahari pada hari terakhir bulan terakhir [[kalender Jawa]] (30/29 Besar) sampai terbitnya matahari pada hari pertama bulan pertama tahun berikutnya. Di Keraton Surakarta upacara ini diperingati dengan ''Kirab Mubeng Beteng'' (Perarakan Mengelilingi Benteng Keraton). Upacara ini dimulai dari kompleks ''Kamandungan Lor'' melalui ''Kori Brajanala Lor'' kemudian mengitari seluruh kawasan keraton dengan arah berkebalikan arah putaran jarum jam dan berakhir di halaman ''Kamandungan Lor''. Dalam prosesi ini pusaka keraton menjadi bagian utama dan diposisikan di barisan depan kemudian baru diikuti para pembesar keraton, para pegawai dan akhirnya masyarakat. Suatu yang unik adalah di barisan terdepan ditempatkan pusaka yang berupa sekawanan kerbau albino keturunan kerbau pusaka kesayangan [[Pakubuwana II|Susuhunan Pakubuwana II]], ''Kyai Slamet'', yang selalu menjadi pusat perhatian masyarakat.
 
=== Pusaka (heirloom''Royal Heirloom'') dan Tari-Tarian Sakral ===
Keraton Surakarta memiliki sejumlah koleksi pusaka kerajaan diantaranya berupa singgasana Sri Sunan, kereta kencana, perabotan sehari-hari, kitab dan naskah kuno, perangkat musik gamelan, danserta berbagai koleksi senjata. Di antara koleksi gamelan adalah ''Kyai Guntursari'' dan ''Kyai Gunturmadu'' yang hanya dimainkan/dibunyikan pada saat upacara ''sekaten''. Selain memiliki pusaka bendawi, Keraton Surakarta juga memiliki pusaka non-bendawi seperti tari-tarian khas yang hanya dipentaskan pada upacara-upacara tertentu. Sebagai contoh tarian sakral adalah ''Bedhaya Ketawang'' yang hanya dipentaskan pada saat pemahkotaan dan hari peringatan kenaikan tahta Sri Sunan.
 
== Pemangku Adat Jawa Surakarta ==