Badak sumatra: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 40:
*†''D. s. lasiotis'' <small>Buckland, 1872</small>
}}
 
'''Badak sumatera''', juga dikenal sebagai '''badak berambut''' atau '''badak Asia bercula dua''' (''Dicerorhinus sumatrensis''),<ref>{{citation |url=http://www.wwf.or.id/program/spesies/badak_sumatera/ |title=Badak Sumatera |publisher=WWF |accessdate=7 Desember 2015}}</ref> merupakan [[spesies]] langka dari famili [[Rhinocerotidae]] dan termasuk salah satu dari lima spesies [[badak]] yang masih ada. Badak sumatera merupakan satu-satunya spesies [[neontologi|yang tersisa]] dari [[genus]] '''''Dicerorhinus'''''. Badak ini adalah badak terkecil, meskipun masih tergolong hewan mamalia yang besar. Tingginya 112-145 [[sentimeter|cm]] sampai bahu, dengan panjang keseluruhan tubuh dan kepala 2,36-3,18 [[meter|m]], serta panjang ekornya 35-70 cm. Beratnya dilaporkan berkisar antara 500 sampai 1.000 [[kilogram|kg]], dengan rata-rata 700-800 kg, meskipun ada suatu catatan mengenai seekor spesimen dengan berat 2.000 kg. Sebagaimana spesies badak Afrika, badak sumatera memiliki dua [[cula]]; yang lebih besar adalah cula pada hidung, biasanya 15-25 cm, sedangkan cula yang lain biasanya berbentuk seperti sebuah pangkal. Sebagian besar tubuh badak sumatera diselimuti rambut berwarna cokelat kemerahan.
 
Baris 51 ⟶ 50:
Badak sumatera yang pertama kali didokumentasikan ditembak di suatu daerah yang berjarak 16 km dari luar [[Benteng Marlborough]], dekat pesisir barat Sumatera, pada tahun 1793. Gambar hewan tersebut dan penulisan deskripsinya dikirimkan ke [[Joseph Banks]], seorang [[naturalis]] yang kelak menjadi presiden [[Royal Society]], yang menerbitkan sebuah makalah tentang spesimen tersebut pada tahun yang sama. Pada tahun 1814, spesies ini diberikan nama ilmiah oleh [[Johann Fischer von Waldheim]], seorang [[ilmuwan]] Jerman dan [[kurator]] dari [[Museum Negara Darwin]] di [[Moskow]], Rusia.<ref name="Asian sightings">{{en}} {{Cite book | author = Rookmaaker, Kees | year = 2005 | chapter = First sightings of Asian rhinos | page = 52 | editor = Fulconis, R. | title = Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6 | location = London | publisher = [[European Association of Zoos and Aquaria]] }}</ref><ref name= Morales>{{en}} {{Cite journal | year = 1997 | last = Morales | first = Juan Carlos | coauthors = Patrick Mahedi Andau, Jatna Supriatna, Zainuddin Zainal-Zahari, and Don J. Melnick | title = Mitochondrial DNA Variability and Conservation Genetics of the Sumatran Rhinoceros | journal = Conservation Biology | volume = 11 | issue = 2 | pages = 539–543 | doi = 10.1046/j.1523-1739.1997.96171.x }}</ref>
 
Nama ilmiah ''Dicerorhinus sumatrensis'' berasal dari istilah [[Bahasa Yunani Kuno|Yunani]] ''{{lang|grc-Latn|di}}'' ({{lang|grc|δι}}, yang artinya "dua"), ''{{lang|grc-Latn|cero}}'' ({{lang|grc|κέρας}} yang berarti "cula"), dan ''{{lang|grc-Latn|rhinos}}'' ({{lang|grc|ρινος}}, yang artinya "[[hidung]]").<ref>{{en}} {{cite book|last=Liddell | first=Henry G.|authorlink=Henry Liddell|coauthors= [[Robert Scott (philologist)|Scott, Robert]]|year=1980|title=Greek-English Lexicon|edition=Abridged|publisher=Oxford University Press|location=Oxford|isbn=0-19-910207-4}}</ref> ''Sumatrensis'' menandakan "dari Sumatera", sebuah pulau di Indonesia tempat di mana badak tersebut pertama kali ditemukan.<ref name="van Strien">{{en}} {{Cite book | author = van Strien, Nico | year = 2005 | chapter = Sumatran rhinoceros | pages = 70–74 | editor = Fulconis, R. | title = Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6 | location = London | publisher = [[European Association of Zoos and Aquaria]] }}</ref> [[Carolus Linnaeus]] awalnya mengklasifikasikan semua badak ke dalam genus ''Rhinoceros''; oleh karenanya spesies ini pada awalnya diidentifikasi sebagai ''Rhinoceros sumatrensis''. [[Joshua Brookes]] menganggap badak sumatera, yang mana bercula dua, merupakan suatu genus yang berbeda dengan badak bercula satu, dan memberinya nama ''Didermocerus'' pada tahun 1828. [[Constantin Wilhelm Lambert Gloger]] mengusulkan nama ''[[Dicerorhinus]]'' pada tahun 1841. Pada tahun 1868, [[John Edward Gray]] mengusulkan nama ''Ceratorhinus''. Biasanya, nama yang paling lama yang akan digunakan, namun sebuah keputusan pada tahun 1977 dari [[International Commission on Zoological Nomenclature]] menetapkan nama genusnya secara tepat sebagai ''Dicerorhinus''.<ref name=Taxhistory/><ref>{{en}} [[International Commission on Zoological Nomenclature]] (1977). "Opinion 1080. Didermocerus Brookes, 1828 (Mammalia) suppressed under the plenary powers". ''Bulletin of Zoological Nomenclature'', '''34''':21–24.</ref>
 
Tiga [[subspesies]] badak sumatera yaitu:
Baris 61 ⟶ 60:
'''''D. s. lasiotis''''', dikenal sebagai '''[[badak sumatera utara]]''' atau '''badak chittagong''', pernah menghuni [[India]] dan [[Bangladesh]], tetapi telah dinyatakan [[punah]] di negara-negara tersebut. Laporan-laporan yang belum dikonfirmasi menunjukkan sejumlah populasi kecil yang mungkin masih bertahan hidup di [[Birma]], namun situasi politik di negara tersebut telah mencegah dilakukannya pemeriksaan.<ref name=IUCN/> Nama ''lasiotis'' berasal dari bahasa Yunani untuk "telinga berambut". Penelitian di kemudian hari menunjukkan bahwa telinga berambut yang dimiliki subspesies ini tidak lebih panjang daripada badak sumatera lainnya, tetapi ''D. s. lasiotis'' tetap menjadi suatu subspesies karena secara signifikan lebih besar dibandingkan dengan subspesies lainnya.<ref name=Taxhistory/>
 
=== Evolusi ===
{{utama|Badak#Evolusi}}
[[File:Sumatran Rhino skeleton.jpg|thumb|Kerangka badak sumatera.]]
 
Leluhur badak dahulu kala menyimpang dari [[hewan berkuku ganjil]] lainnya pada masa [[Ypresian|Eosen Awal]]. Perbandingan [[DNA mitokondria]] menunjukkan kesan bahwa leluhur dari badak modern terpisah dari leluhur [[Equidae]] sekitar 50 juta tahun yang lalu.<ref name = Tougard>{{en}} {{cite journal | author = Tougard, C. |author2=T. Delefosse |author3=C. Hoenni |author4=C. Montgelard | year = 2001 | title = Phylogenetic relationships of the five extant rhinoceros species (Rhinocerotidae, Perissodactyla) based on mitochondrial cytochrome ''b'' and 12s rRNA genes | journal = Molecular Phylogenetics and Evolution | volume = 19 | issue = 1 | pages = 34–44 | doi = 10.1006/mpev.2000.0903 | pmid = 11286489}}</ref><ref name=DNA>{{en}} {{cite journal | title = The Complete Mitochondrial DNA Sequence of the Greater Indian Rhinoceros, ''Rhinoceros unicornis'', and the Phylogenetic Relationship Among Carnivora, Perissodactyla, and Artiodactyla (+ Cetacea) | author = Xu, Xiufeng |author2=Axel Janke |author3=Ulfur Arnason | date=1 November 1996| journal = Molecular Biology and Evolution | volume = 13 | issue = 9 | pages = 1167–1173 | url = http://www.rhinoresourcecenter.com/index.php?s=1&act=refs&CODE=ref_detail&id=1165239622 | pmid = 8896369 | doi=10.1093/oxfordjournals.molbev.a025681}}</ref> [[Familia|Famili]] yang sekarang masih ada, [[Rhinocerotidae]], pertama kali muncul pada masa Eosen Akhir di [[Eurasia]], dan leluhur spesies badak yang masih ada sekarang mulai tersebar dari Asia pada masa [[Miosen]].<ref name=Lacombat>{{en}} {{cite book |last=Lacombat |first=Frédéric |editor-last=Fulconis |editor-first=R. |title=Save the rhinos: EAZA Rhino Campaign 2005/6 |date=2005 |chapter=The evolution of the rhinoceros |pages=46–49 |location=London |publisher=[[European Association of Zoos and Aquaria]]}}</ref>
 
Badak sumatera dianggap paling sedikit [[sinapomorfi|karakter turunannya]] dari spesies badak yang masih ada saat ini, karena ciri-cirinya lebih mirip dengan leluhur Miosennya.<ref name=Dinerstein>{{en}} {{cite book |last=Dinerstein |first=Eric |title=The Return of the Unicorns; The Natural History and Conservation of the Greater One-Horned Rhinoceros |date=2003 |publisher=[[Columbia University Press]] |location=New York |isbn=0-231-08450-1}}</ref>{{rp|13}} Bukti [[paleontologi]]s dalam catatan fosil menunjukkan asal genus ''Dicerorhinus'' ini dari masa Miosen Awal, antara 23–16 juta tahun yang lalu. Banyak fosil yang telah diklasifikasikan sebagai genus ''Dicerorhinus'', namun tidak ada spesies baru lainnya dalam genus ini.<ref name=Groves1972/> Penanggalan [[Jam molekuler|molekuler]] menunjukkan terjadinya perpecahan ''Dicerorhinus'' dari keempat spesies lain yang masih ada pada 25.9 ± 1.9 juta tahun yang lalu. Tiga hipotesis telah diajukan terkait hubungan antara badak sumatera dengan spesies lainnya yang masih ada. Satu hipotesis menyatakan bahwa badak sumatera berkaitan erat dengan badak putih dan hitam di [[Afrika]], yang dibuktikan dengan adanya spesies yang memiliki dua cula, bukannya satu.<ref name = Tougard/> Ahli taksonomi lainnya menganggap badak sumatera adalah kerabat dekat (''sister [[takson|taxon]]'') badak jawa dan India, karena sebaran mereka bertumpang tindih sedemikian eratnya.<ref name = Tougard/><ref name=Groves1983>{{en}} {{cite journal |last=Groves |first=C. P. |date=1983 |title=Phylogeny of the living species of rhinoceros |journal=Zeitschrift fuer Zoologische Systematik und Evolutionsforschung |volume=21 |pages=293–313 |url=http://www.rhinoresourcecenter.com/pdf_files/117/1178933911.pdf |format=PDF}}</ref> Hipotesis ketiga, yang mana berdasarkan pada analisis yang lebih baru, menyatakan bahwa dua badak Afrika, dua badak Asia, dan badak sumatera mewakili tiga garis keturunan yang pada dasarnya berbeda dan terpisah sejak sekitar 25,9 juta tahun yang lalu; masih belum jelas kelompok mana yang pertama kali menyimpang.<ref name=Tougard/><ref name=Cerdeno>{{en}} {{cite journal |last=Cerdeño |first=Esperanza |date=1995 |title=Cladistic Analysis of the Family Rhinocerotidae (Perissodactyla) |journal=Novitates |issn=0003-0082 |publisher=[[American Museum of Natural History]] |issue=3143 |url=http://digitallibrary.amnh.org/dspace/bitstream/2246/3566/1/N3143.pdf |format=PDF}}</ref>
 
Karena kemiripan [[morfologi]], badak sumatera diyakini terkait erat dengan [[badak berbulu wol]] (''Coelodonta antiquitatis'') yang sudah punah. Badak berbulu wol, dinamakan demikian karena lapisan rambut yang dimilikinya seperti pada badak sumatera, pertama kali muncul di Tiongkok; pada [[kala (geologi)|kala]] [[Pleistosen Akhir]], badak ini tersebar di seluruh benua Eurasia dari Korea hingga Spanyol. Badak berbulu wol berhasil selamat dari [[zaman es]] terakhir, namun sama seperti [[mamut berbulu]], sebagian besar ataupun semuanya punah sekitar 10.000 tahun yang lalu. Meskipun beberapa kajian morfologi mempertanyakan hubungan antara kedua spesies tersebut,<ref name=Cerdeno/> analisis molekuler baru-baru ini mendukung anggapan bahwa keduanya berasal merupakan kerabat dekat (''sister taxa'').<ref name=Orlando>{{en}} {{cite journal |last1=Orlando |first1=Ludovic |last2=Leonard |first2=Jennifer A. |last3=Thenot |first3=Aurélie |last4=Laudet |first4=Vincent |last5=Guerin |first5=Claude |last6=Hänni |first6=Catherine |date=September 2003 |title=Ancient DNA analysis reveals woolly rhino evolutionary relationships |journal=Molecular Phylogenetics and Evolution |doi=10.1016/S1055-7903(03)00023-X |pmid=12927133 |volume=28 |issue=2 |pages=485–499 |url=http://www.rhinoresourcecenter.com/pdf_files/117/1175861453.pdf |format=PDF}}</ref>
 
==Deskripsi==