Orang Yahudi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
inilah kebenaran yahudi
Jazle (bicara | kontrib)
Menolak perubahan teks terakhir (oleh Nashrullah aceh) dan mengembalikan revisi 10399468 oleh Septian Hadi
Baris 117:
|related=[[Bangsa Arab|Arab]] atau [[Semitik|bangsa Semitik]], terutama [[orang Palestina]], [[orang Suriah]] dan [[orang Libanon|Libanon]].
}}
'''Yahudi ''' adalah istilah yang merujuk kepada sebuah [[agama]], [[Rasisme|ras]] atau [[suku bangsa]]. Sebagai agama, istilah ini merujuk kepada umat yang beragama Yahudi.
TIDAK sedikit al-Quran berbicara tentang Bani Israel, watak dan moral mereka serta para nabi dan sejarah mereka.
 
Berdasarkan [[etnis]]itas, kata ini merujuk kepada suku bangsa yang berasal dari keturunan [[Eber]] ({{Alkitab|Kejadian 10:21}}) (yang disebut "Ibrani") atau [[Yakub]] (yang juga bernama "Israel") anak [[Ishak]] anak [[Abraham]] ([[Ibrahim]]) dan [[Sara]], atau keturunan [[Suku Yehuda]], yang berasal dari [[Yehuda]] anak [[Yakub]]. Etnis Yahudi juga termasuk Yahudi yang tidak beragama Yahudi tetapi beridentitas Yahudi dari segi tradisi.
Surah-surah Makkiyah dipenuhi dengan pemaparan historis tentang
kisah-kisah mereka, siksa Firaun terhadap mereka, dan kondisi mereka
pada masa sebelum kenabian Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
 
Agama Yahudi adalah kombinasi antara agama dan suku bangsa. Agama Yahudi dibahas lebih lanjut dalam artikel [[agama Yahudi]]; artikel ini hanya membahas dari segi suku bangsa saja. Kepercayaan semata-mata dalam agama Yahudi tidak menjadikan seseorang menjadi Yahudi. Di samping itu, dengan tidak memegang kepada prinsip-prinsip agama Yahudi tidak menjadikan seorang Yahudi kehilangan status Yahudinya. Tetapi, definisi Yahudi undang-undang kerajaan Israel tidak termasuk Yahudi yang memeluk agama yang lain.
Sedangkan surah-surah Madaniyah membicarakan tentang sikap mereka
terhadap dakwah Islam dan kenabian baru, hakikat Yahudi dan kekufuran
mereka ‘kepada Allah, serta pembunuhan mereka terhadap para nabi dan
kecintaan mereka pada kehidupan materi.
 
Ketika berbicara mengenai Bani Israel, al-Quran menghubungankan
antara watak dan moral Bani Israel yang hidup pada zaman Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan watak dan moral leluhur mereka yang
hidup pada zaman Musa a.s., Isa a.s. dan nabi-nabi lainnya.
 
Hal tersebut dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa kefasikan,
kedurhakaan, sikap memusuhi dakwah Islam dan ajakan tauhid yang dimiliki
Bani Israel adalah warisan dari watak dan perilaku buruk nenek moyang
mereka.
 
Banyak tulisan yang membicarakan tentang Yahudi dan sejarah politik,
ekonomi dan militer mereka, namun studi mengenai aspek religius dan
analisa kepribadian Yahudi dalam perspektif al-Quran dan Sunnah masih
sedikit dan perlu ditingkatkan lagi. Mempelajari model, perilaku dan
struktur kejiwaan Yahudi melalui teks-teks al-Quran akan menjelaskan
kepada kita cacat mental dan penyakit-penyakit kejiwaan yang diderita
Bani Israel, di mana kita dapat menangkap gambaran seutuhnya tentang
kepribadian Yahudi yang sering mendapatkan petaka kehinaan sepanjang
sejarah manusia. Ditambah lagi dengan Sunnah yang menjelaskan kepada
kita persinggungan Rasulullah dengan kejiwaan dan perilaku strategis
Yahudi, bagaimana beliau dapat menaklukan mereka secara politik dan
psikis di Madinah.
 
Sejarah memaparkan, orang-orang Yahudi adalah sekelompok kecil
manusia dengan mitos-mitosnya yang meresahkan dunia. Al-Quran
menggambarkan perilaku mereka dalam ayat berikut, “Dan mereka berbuat
kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat
kerusakan.” (QS. Al-Ma’idah: 64)
 
Meskipun demikian, di antara orang-orang Yahudi terdapat pula
manusia-manusia pilihan. Al-Quran memuji mereka dengan kesalehan,
ketakwaan dan sikap tauhid mereka. Al-Quran memandang mereka sebagai
kekasih-kekasih Allah. Kita pun diajak untuk mencintai mereka. Mereka
adalah orang-orang yang diberi petunjuk, yang menyeru pada kemuliaan,
kesalehan dan ketauhidan. Namun sayang, jumlah mereka sangat sedikit.
“Di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imran: 110)
 
Di antara orang-orang yang saleh itu adalah para nabi dan rasul,
seperti Yakub a.s., Yusuf a.s., Musa a.s., Harun a.s., Daud a.s.,
Sulaiman a.s., Zakaria a.s., Yahya a.s. dan Isa a.s. Di antara mereka
juga ada beberapa orang yang dikisahkan al-Quran dengan semangat
keagamaan dan jihad mereka, seperti Thalut.
 
“Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi
petunjuk (kepada manusia) dengan benar dan dengan kebenaran itulah
mereka menjalankan keadilan.” (QS. Al-A”raf: 159)
 
Surah as-Sajdah menceritakan tentang kesabaran, keteguhan dan
keimanan kelompok istimewa ini, “Dan Kami jadikan di antara mereka itu
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika
mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS.
As-Sajdah: 24) Dalam surah lain, Allah juga berfirman tentang mereka,
“Dan Kami bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di
antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak
demikian.” (QS. Al-A’raf: 168)
 
Demikianlah, al-Quran memandang sekelompok manusia Israel ini dengan
pandangan penuh hormat dan kagum. “Dan telah sempurnalah perkataan
Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israel disebabkan kesabaran
mereka.” (QS. Al-A’raf: 137) Dan kesaksian al-Quran akan hal itu cukup
banyak.
 
Sejarah manusia mukmin Bani Israel adalah sejarah terang dan terpuji.
Ia merupakan bagian dari sejarah Islam kita yang terang. Ia adalah
sumber kebaikan, peringatan dan pelajaran bagi kita, sebagai kaum
muslim. Kita lebih berhak untuk dekat dengan mereka ketimbang Bani
Israel sendiri. Karena kita dengan mereka bertemu dalam tauhid, iman dan
Islam. Mereka adalah suri teladan bagi kita selamanya.
 
Sedangkan sejarah Bani Israel yang lain adalah sejarah hitam kelam
tentang kekufuran kepada Allah, pengingkaran kepada kebenaran,
mendustakan para rasul, membunuh para nabi, melanggar perjanjian,
menolak aturan dan berlaku kriminal, zalim dan merusak. Sejarah kelam
Yahudi ini adalah sejarah yang amat panjang. Sejarah ini adalah sejarah
ketika mereka meminta Musa untuk menampakkan Allah seeara
terang-terangan, melanggar perjanjian yang mereka buat, menolak “manna”
dan “salwa”, meminta sayur-mayur, timun, bawang putih, kacang adas dan
bawang merah. Sejarah tentang kekufuran mereka kepada Allah dan
menyembah anak sapi, menyembah harta dan emas. Sejarah tentang kehinaan
dan ketakutan, menolak jihad dan perang, menolak masuk ke tanah suci.
Sejarah tentang keterlunta-luntaan yang Allah timpakan kepada mereka di
Gurun Sinai selama empat puluh tahun lamanya, melanggar hukum-hukum
Allah, mencari ikan pada hari Sabtu, dan dikutuk menjadi monyet dan
babi. 1OO)
 
Sejarah Bani Israel sebenarnya adalah sejarah tentang kenikmatan
Allah yang sangat melimpah. Allah ingin menunjukkan mereka kepada agama
yang benar dan tauhid dengan mengutus para rasul dari kalangan mereka”
Ia ingin menyelamatkan mereka dari kezaliman Firaun dan Haman. Ia
membelah laut, menyelamatkan mereka dan menenggelamkan Firaun. Kemudian
Ia memaafkan mereka setelah mereka menyembah anak sapi dan menyimpang
dari ajaran-Nya. Allah membunuh mereka dengan petir, namun kemudian
membangkitkan mereka lagi, agar mereka mempergunakan sisa usia mereka
dengan baik. Ia menyediakan bagi mereka kehidupan yang menyenangkan. Ia
menurunkan manna dan salwa. Ia memperlihatkan kepada mereka bagaimana Ia
menghidupkan makhluk-makhlukNya yang telah mati. Ia memberi mereka
minum, ketika mereka ditimpa kehausan di tengah padang pasir, dengan dua
belas mata air, 101) Allah menginginkan agar mereka hidup terus dalam
kenikmatan kebun-kebun dan mata air, serta berkedudukan mulia. Akan
tetapi mereka mengganti kenikmatan Allah ini dengan kekufuran dan dosa.
Allah menginginkan agar mereka masuk ke dalam Tanah Suci, namun mereka
menolak dan memperlihatkan kebusukan niat dan jiwa mereka. Mereka pun
kemudian mengucapkan kata-kata yang menggambarkan keangkuhan mereka
terhadap Allah, rasa takut dan pengkhianatan terhadap pemimpin. Mereka
berkata, “Karena itu, pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah
engkau berdua. Sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (QS.
Al-Ma’idah: 24) Persis yang dikatakan Firaun kepada Musa a.s., “Hai
Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan (perantaraan)
kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnyajika engkau
dapat menghilangkan azab itu dari pada kami, pasti kami akan beriman
kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israel pergi bersamamu.” (QS.
Al-A’raf: 134) Kata-kata sombong yang penuh kekufuran dan dosa terulang,
dari Firaun kepada Musa a.s. dan dari Bani Israel kepada Musa a.s.
[Sumber: akhir zaman]
 
== Etimologi ==