Sisipan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hanamanteo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Sisipan''' atau '''infiks''' adalah [[afiks]] yang dibubuhkan pada tengah-tengah [[kata]]. Beberapa bahasa yang memiliki sisipan misalnya [[bahasa Jawa]], [[bahasa Indonesia]], dan [[bahasa Tagalog]], dan beberapa bahasa lainnya.
 
== Sisipan dalam bahasa Jawa ==
Dalam [[bahasa Jawa]] memiliki beberapa sisipan, misalkan sisipan –in– yang menyatakan bentuk [[pasif]]. Tetapi dalam bahasa Jawa baru hal ini tidak produktif lagi dan dianggap [[arkhais]] dan hanya dipergunakan dalam bahasa sastra atau pertunjukan [[wayang]].
 
Contoh:
* ''karya'' -> ''kinarya'' ("dikerjakan")
* ''carita'' -> ''cinarita'' ("diceritakan")
 
== Sisipan dalam bahasa Indonesia ==
Penurunan [[nomina]]kata dengan memakai sisipan tidaklah produktif lagi dalam bahasa Indonesia. Kita temukan kini beberapa contoh yang sudah membatu dan oleh banyak orang dianggap sebagai kata yang monomorfemis. Berikut daftar kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki/dapat diberi sisipan:
 
;Sisipan -el-
Baris 30 ⟶ 23:
* Sabut -> serabut
* Suling -> seruling
* Gendang -> gerendanggenderang
* Gigi -> gerigi
* Kudung -> kerudung
Baris 67 ⟶ 60:
* <!-- bintang -> gemintang -->
 
Bedakan dengan kata berawalan "m" yang dilekati awalan "me-" dan kata berawalan "p" yang dilekati awalan "pe-" (yang keduanyakemudian luluh menjadi "pem-"), misalnya "memasak" bukan "masak" yang diberi imbuhan "-em-", "pemimpin" bukan "pimpin" yang diberi infiks "-em-" melainkan "pimpin" yang diberi awalan "[[pe-]]"
 
;Sisipan -in-
Baris 74 ⟶ 67:
* Tambah -> tinambah
 
Dikarenakan tidak ada suatu daftar kata-kata yang dapat diimbuhi sisipan, maka diperlukan pengetahuan kosakata bahasa Indonesia untuk misalnya membedakan bahwa kata "keledai" bukanlah kata "kedai" yang diberi sisipan "-el-".
;Sisipan -ah-
 
=== Pengerutan bunyi "ha" ===
Kita sering menemukan dua bentuk kata yang bermiripan dan diguna­kan secara bersilihan. Misalnya, baru - baharu, cari - cahari, dan bagian - bahagian. Secara umum diakui bahwa bentuk yang lebih panjang me­rupakan bentuk yang lebih dahulu ada ([[bahasa Melayu]] kuno). Bentuk lama itu kemudian mengalami “pengerutan” bunyi. Pada bentuk-bentuk di atas ada kesamaan bentuk yang mengalami “pengerutan”, yakni bunyi /ha/.
 
Bentuk [[baharu]] dewasa ini hanya dipakai pada kata pembaharuan, memperbaharui atau diperbaharui. Kata pembaharuan bersaing dengan bentuk pembaruan. Karena bentuk baru Iebih luas pemakaiannya sebaiknya kita gunakan satu bentuk itu, yaitu baru, membarui, memperbarui, pembaruan. Demikian pula bentuk cahari dan bahagi. Gunakanlah bentuk cari dan bagi sebagai dasar dan dari kata dasar itu kemudian kita turunkan bentuk-bentuk seperti pencarian dan bagian. <ref>http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/212</ref>
 
* Bagian -> bahagian
* Baru -> baharu
* Basa -> bahasa
* Cari -> cahari (dalam "mata pencaharian")
* Dulu -> dahulu
* Rayu -> rahayu
* Saja -> sahaja
* Saya -> sahaya (dalam "hamba sahaya")
* Tadi -> tahadi
* Asmaradana -> asmaradahana <ref>[http://rubrikbahasa.wordpress.com/2010/03/15/kota-kata/ Kota Kata]</ref>
* Garu -> gaharu
* Mardika -> mahardika
<!--
* Rayu -> rahayu-->
 
* Dulu -> dahulu<!-- -ah-, bukan -ha- -->
Dikarenakan tidak ada suatu daftar kata-kata yang dapat diimbuhi sisipan, maka diperlukan pengetahuan kosakata bahasa Indonesia untuk misalnya membedakan bahwa kata "keledai" bukanlah kata "kedai" yang diberi sisipan "-el-".
 
== Sisipan dalam bahasa Jawa ==
Dalam [[bahasa Jawa]] memiliki beberapaempat sisipan, misalkan sisipan –in– yang menyatakan bentuk [[pasif]], sisipan -um-, -er-, dan -el-, dan jumlahnya pun cukup banyak. <!--Tetapi dalam bahasa Jawa baru hal ini tidak produktif lagi dan dianggap [[arkhais]] dan hanya dipergunakan dalam bahasa sastra atau pertunjukan [[wayang]]. {{fact}}-->
 
Contoh:
* ''karya'' -> ''kinarya'' ("dikerjakan")
* ''carita'' -> ''cinarita'' ("diceritakan")
 
== Lihat pula ==