Sastra Tiongkok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Cun Cun (bicara | kontrib)
Cun Cun (bicara | kontrib)
merapikan
Baris 2:
 
Namun sastra Tiongkok mengalami peningkatan pesat mulai pada zaman [[Dinasti Zhou]] tepatnya di [[Zaman Musim Semi dan Gugur]]. Di zaman ini, mulai banyak ditulis karya-karya sastra baik bertema [[filsafat]] maupun tema-tema lain berbentuk [[puisi]] atau [[esai]].
 
==Sejarah==
Sejarah Sastra Tiongkok telah dimulai sejak zaman purba. Menurut sastrawan [[Lu Hsun]] sastra Tionghoa dalam bentuk paling sederhana dimulai ketika kata-kata digunakan untuk menyuarakan perasaan atau menyampaikan kejadian atau peristiwa. Kata-kata itu beredar dari mulut ke mulut sepanjang masa. Menurut [[Hu Huai Chen]], bentuk-bentuk sastra Tionghoa versi sederhana yang tidak tercatat telah ada ketika manusia belum mengenal tulisan.
 
==Ujian Kesustraan dalam sejarah Tiongkok==
Bangsa Tionghoa sampai tahun 1904 dipengaruhi dengan ujian kesustraan atau disebut juga [[Ujian Nasional Tiongkok|Ujian Nasional]]/Ujian Kenegaraan.<ref Berhasil lulus Ujian Nasional adalah kunci agar bisa mendapat pekerjaan yang baik dalam pemerintahan. Dalam Ujian Nasional, soalname="tiongkok-soal ujian adalah kesusastraan Tionghoa, yaitu filsafat, sejarah, sajak serta perundingan yang beratsastrationgkok-berat. Dengan runtuhnya dinasti tradisional Tiongkok, pada tahun 1905 Ujian Nasionalsepintas-lalu">{{cite dihapuskan.book
| last=Nio
 
| first=Joe-lan
==Dongeng, mitologi, legenda==
| coauthors=
{{Main|Mitologi Tiongkok}}
| year=1966
| month=
| title=Sastra Tiongkok Sepintas Lalu
| publisher=Gunung Agung
| location=Jakarta
| isbn=
| pages=}}</ref> Berhasil lulus Ujian Nasional adalah kunci agar bisa mendapat pekerjaan yang baik dalam pemerintahan. Dalam Ujian Nasional, soal-soal ujian adalah kesusastraan Tionghoa, yaitu filsafat, sejarah, sajak serta perundingan yang berat-berat. Dengan runtuhnya dinasti tradisional Tiongkok, pada tahun 1905 Ujian Nasional dihapuskan.
 
==Kategori sastra fiksi dan nonfiksi==
 
Menurut [[Lin Yu-tang]] terdapat dua jenis sastra, sastra berisi pengajaran dan sastra yang berisi hiburan. Sastra yang berisi ajaran-ajaran lebih dihargai oleh bangsa Tionghoa karena ada unsur-unsur yang dapat memajukan pikiran dan akhlak rakyat. Sastra jenis ini antara lain filsafat sejarah dan sajak. Sastra golongan hiburan adalah karangan berupa novel dan cerita fiksi.
 
===Kategori non-fiksi===
*[[Sajak Tionghoa|Sajak]]
*Catatan sejarah
*Perundingan-perundingan tentang sejarah
 
===Novel dan karangan yang bersifat fiksi===
Walaupun novel dan fiksi adalah sumber-sumber sastra yang terutama bagi banyak bangsa di dunia, namun sebaliknya sebelum abad ke-20, bagi bangsa Tionghoa karya-karya seperti ini bernilai rendah dan dianggap tidak bermutu. Dalam Bahasa Tionghoa novel disebut Xiaoshuo (Bahasa Hokkian: "Siau-suat") yang berarti “omong kecil”. Karya ini sifatnya tidak serius, bahkan tidak dipandang sebagai bentuk sastra.
 
Walaupun novel dan fiksi adalah sumber-sumber sastra yang terutama bagi banyak bangsa di dunia, namun sebaliknya sebelum abad ke-20, bagi bangsa Tionghoa karya-karya seperti ini bernilai rendah dan dianggap tidak bermutu. Dalam Bahasa Tionghoa novel disebut Xiaoshuo (Bahasa Hokkian: "Siau-suat") yang berarti “omong kecil”.<ref name="tiongkok-sastrationgkok-sepintas-lalu"/> Karya ini sifatnya tidak serius, bahkan tidak dipandang sebagai bentuk sastra.
Walau demikian, jumlah novel dan fiksi Tiongkok terhitung sangat banyak jumlahnya, dan semenjak abad ke-20 telah banyak perhatian terhadap bentuk karya sastra ini terutama dari orang-orang asing. Karya novel dan fiksi dahulu tidak dibaca secara terbuka, melainkan dengan sembunyi-sembunyi. Karena masyarakat umum memandang rendah novel dan cerita fiksi menyebabkan seringkali di dalam karya-karya semacam itu tidak tertulis siapa pengarangnya.
 
Walau demikian, jumlah novel dan fiksi Tiongkok terhitung sangat banyak jumlahnya, dan semenjak abad ke-20 telah banyak perhatian terhadap bentuk karya sastra ini terutama dari orang-orang asing. Karya novel dan fiksi dahulu tidak dibaca secara terbuka, melainkan dengan sembunyi-sembunyi. Karena masyarakat umum memandang rendah novel dan cerita fiksi menyebabkan seringkali di dalam karya-karya semacam itu tidak tertulis siapa pengarangnya.<ref name="tiongkok-sastrationgkok-sepintas-lalu"/>
 
==Sejarah==
Sejarah Sastra Tiongkok telah dimulai sejak zaman purba. Menurut sastrawan [[Lu Hsun]] sastra Tionghoa dalam bentuk paling sederhana dimulai ketika kata-kata digunakan untuk menyuarakan perasaan atau menyampaikan kejadian atau peristiwa. Kata-kata itu beredar dari mulut ke mulut sepanjang masa. Menurut [[Hu Huai Chen]], bentuk-bentuk sastra Tionghoa versi sederhana yang tidak tercatat telah ada ketika manusia belum mengenal tulisan.
 
===Zaman purba sampai Dinasti Shang (1600—1046 SM)===
Orang Tionghoa pada zaman purba sebelum menemukan tulisan hanya dapat mengutarakan sajak dan nyanyian dengan mulut yang diceritakan dari satu orang kepada orang lain.
 
===Penemuan tulisan===
Aksara Tionghoa dalam bentuk yang paling awal diketahui dari penemuan ideogram yang diukir di atas tulang atau tempurung. Ideogram itu menuliskan simbol-simbol yang melambangkan matahari, bulan, bintang, manusia, pohon, api dan sebagainya.
 
Orang Tionghoa pada zaman purba sebelum menemukan tulisan hanya dapat mengutarakan sajak dan nyanyian dengan mulut yang diceritakan dari satu orang kepada orang lain. Setelah sajak dan nyanyian ini dicatat menggunakan simbol berupa huruf-huruf barulah dituliskan hal-hal tersebut menjadi karya sastra. Inspirasi awal yang menjadi sastra di samping perasaan dan berbagai peristiwa dalam kehidupan rakyat juga ada pula kepercayaan terhadap dewa-dewi yang menjadi dongeng-dongeng penciptaan.
===Zaman purba sampai Dinasti Shang===
Orang Tionghoa pada zaman purba sebelum menemukan tulisan hanya dapat mengutarakan sajak dan nyanyian dengan mulut yang diceritakan dari satu orang kepada orang lain. Setelah sajak dan nyanyian ini dicatat menggunakan simbol berupa huruf-huruf barulah dituliskan hal-hal tersebut menjadi karya sastra. Inspirasi awal yang menjadi sastra di samping perasaan dan berbagai peristiwa dalam kehidupan rakyat juga ada pula kepercayaan terhadap dewa-dewi yang menjadi dongeng-dongeng penciptaan.
 
Sastra berupa sajak-sajak orang dari Zaman Shang (1600—1046 SM) adalah [[Kitab Nyanyian]] (''Shijing''). Kitab ini berisi sajak yang banyak menceritakan kehidupan tentang petani dan pekerjaan di sawah, selain itu ada pula lagu untuk tari-tarian dan upacara.
 
===Dinasti Zhou (1066 SM - 221 SM)===
Rakyat zaman Dinasti Zhou dikenal menghargai sastra, berbeda dengan rakyat di zaman sebelumnya. Untuk mengetahui keadaan rakyat, kaisar di zaman ini mengangkat beberapa orang sebagai “pemetik sajak”, yang tugasnya mengumpulkan sajak dan mencatat lagu-lagu rakyat. Melalui sajak-sajak dan lagu rakyat, kaisar Zhou dapat mengetahui kebahagiaan dan kesusahan yang dialami oleh rakyatnya. Koleksi sajak dan lagu ini pada saat [[Kong Zi]] hidup, telah melebihi 3000 buah. Sajak-sajak tersebut disunting dan dibukukan oleh Kong Zi dalam judul "Shijing".
 
Baris 43 ⟶ 57:
Pada periode ini juga pertama kali lahirnya cerita-cerita karangan dan novel. Selain pemetik sajak yang bertugas mengumpulkan sajak dan lagu rakyat, pemerintah Zhou juga menugaskan pencatat cerita yang datang ke tengah-tengah rakyat untuk melaporkan kepada pemerintah mengenai cerita-cerita populer. Cerita-cerita rakyat itu berupa dongeng atau mitos. [[Hsu Cheng]] menyusun [[San-wu Li Chi]] yang berisi tentang penciptaan dunia. dongeng penciptaan lain tertulis dalam [[Lieh tze]]. Karya berisi dongeng yang paling terkenal adalah [[Shan Hai Jing]] (''Kitab Gunung dan Laut''), yang sampai sekarang dianggap sebagai karya novel Tiongkok tertua. Berdasarkan judulnya, orang mengira Shan Hai Jing adalah buku geografi. Walaupun banyak menuliskan tentang gunung-gunung dan sungai, nyatanya tempat-tempat itu dikaitkan dengan berbagai dongeng dan cerita yang tidak nyata. Cerita-cerita ini merupakan gambaran akan niat kuat nenek moyang bangsa Tionghoa dalam menaklukkan alam dan menghadapi rintangan.
 
===Dinasti Qin (221 SM - 206 SM)===
[[Dinasti Qin]] yang berkuasa 15 tahun sangat terkenal dalam periode sejarah Tiongkok sebagai pemerintahan yang membakar buku-buku sastra. Kaisar [[Shi Huang Ti]] yang takut akan pengaruh kaum terpelajar melakukan eksekusi terhadap 440 orang sarjana. Hanya satu tokoh sastra yang dikenal dari periode ini, yakni Li Sze, perdana menteri kaisar. Pembakaran buku dan eksekusi sastrawan konon dibisikkan oleh Li Sze.
 
Baris 51 ⟶ 65:
Sima Qian dianggap sebagai ''Bapak Sejarah'', dilahirkan pada tahun 145 SM. Pada usia yang sangat muda lulus sebagai sarjana. Di usia yang ke-20 ia mulai berkelana ke seluruh negeri. Setelah ayahnya meninggal, ia mulai bekerja sebagai ahli astronomi. Hal-hal yang ia lakukan antara lain memperbaiki sistem penanggalan, kemudian melanjutkan penelitian sejarah yang sebelumnya dilakukan ayahnya. Penelitian sejarah itu kemudian ia tuliskan ke dalam buku [[Catatan Sejarah Agung]]. Buku ini berisi sejarah Tiongkok yang dimulai dari zaman purba sampai sekitar saat ia hidup, seratus tahun sebelum Masehi. Terbagi ke dalam 130 bab dan mengulas 5 intisari penting sejarah Tiongkok.
 
===Dinasti Tang (618–907)===
[[Dinasti Tang]] yang menguasai Tiongkok sekitar 300 tahun, sampai sekarang paling dikenal akan keindahan sajak-sajaknya. Sajak Tang diwariskan sebagai bacaan sajak terbaik bagi rakyat Tionghoa dari zaman ke zaman. Menurut [[Herbert Giles]], [[sajak Tionghoa]] meski telah ditulis sejak lama, ia baru mengalami penyempurnaan pada zaman Tang. Sajak merupakan tema sosial budaya yang penting dalam kehidupan masyarakat Tang.<ref>{{id}}[http://indonesian.cri.cn/chinaabc/chapter15/chapter150104.htm Sajak Dinasti Tang yang Cemerlang], ''indonesian.cri.cn''. 2015-09-08</ref>
 
[[Kumpulan Lengkap Sajak Dinasti Tang]] yang diterbitkan pada tahun 1707, berisi 48.900 sajak berbagai jenis, ditulis ke dalam 900 buah buku, 30 volume. Sajak sajak Tang dapat dikategorikan ke dalam 3 periode berdasarkan waktu ditulisnya, “Awal”, “Kejayaan”, dan “Akhir”. Masing-masing periode juga ditandai dengan kualitas sajak yang dihasilkannya. Secara kualitas periode tengah dianggap sebagai era keemasan, lalu pada akhirnya secara bertahap menurun.
 
===Dinasti Song (960-1279)===
Sastra dan persajakan mengalami kemajuan karena kepopulerannya yang terus meningkat dan dikembangkannya [[ci (puisi)|gaya puisi ci]]. Volume-volume ensiklopedia disusun, seperti [[historiografi]] dan risalah teknik. Contohnya adalah teks [[sejarah universal]] ''[[Zizhi Tongjian]]'' yang disusun menjadi 1.000 volume yang mengandung 9,4 juta [[aksara Cina]]. Aliran [[sastra perjalanan]] juga menjadi populer berkat tulisan [[Fan Chengda]] (1126–1193) dan Su Shi. Su Shi sendiri unik karena menulis esai perjalanan harian dengan gaya penulisan persuasif untuk mendukung suatu argumen filosofis. Meskipun gaya direktori geografis lokal sudah ada di Tiongkok semenjak abad ke-1, pada masa Dinasti Song gaya baru yang telah matang yang disebut "risalah perihal suatu tempat" atau ''fangzhi'' menggantikan gaya lama "panduan peta" atau ''tujing''.
 
===Dinasti Yuan (1279–1368)===
Kesusastraan Tiongkok dalam bentuk novel, sajak dan sandiwara mengalami perkembangan pesat sejak periode dinasti Yuan (1279-1368). Status sosial berubah drastis pada periode ini karena [[Sistem Ujian Nasional Tiongkok|Ujian Nasional]] yang berguna untuk mendapatkan orang-orang yang cakap duduk di pemerintahan dihapuskan oleh pemerintah. Saat ini para sarjana, sastrawan dan orang-orang pandai telah jatuh status sosialnya, bahkan hampir disamakan dengan pelacur atau gelandangan. Kaum terpelajar tidak bisa lagi ikut serta dalam bidang pemerintahan negara. Banyak di antara mereka yang frustrasi beralih ke bidang seni, khususnya opera atau sandiwara.
 
===Dinasti Ming (1368–1644)===
Sejak awal pendirian dinasti, Kaisar Ming telah memulai kembali upaya mengembalikan kejayaan sastra dan pendidikan Tionghoa yang hancur pada zaman Yuan. Ia menyusun sistem ujian nasional dengan baik yang kemudian menjadi dasar sistem ujian sampai awal 1900-an. Pada tahun 1369 ia menunjuk Sung Lien sebagai pemimpin proyek penulisan sejarah Dinasti Mongol. Novel ditulis dalam yang cukup banyak di periode Ming, namun nama-nama pengarangnya banyak yang tak diketahui. Bentuk opera Tionghoa telah mantap pada periode Ming. Tema-tema opera dapat berkisar dari cerita Tiongkok maupun dari luar negeri. Tidak hanya kaum bangsawan, sarjana dan rakyat jelata pun menyukai opera.
 
 
Pada saat Dinasti Ming, novel menjadi sangat populer. Dari periode Ming muncul 4 sastra yang terkenal, yakni "[[Empat Karya Sastra Termasyhur Tionghoa]] yaitu; [[Kisah Tiga Negara]], [[Batas Air]], [[Perjalanan ke Barat]] dan [[Jin Ping Mei]]. Pada versi lain ''Empat Karya Sastra Termasyhur'' Jin Ping Mei digantikan dengan [[Impian Paviliun Merah]].
 
===Dinasti Qing (1644–1911)===
Dinasti Ming runtuh tahun 1644 dan digantikan oleh penguasa Manchu yang mendirikan [[Dinasti Qing]]. Bagaimana pun juga sastra rakyat Tionghoa yang telah bertahan selama 20 abad tersebut tidak mengalami kemunduran walau Tiongkok diperintah oleh penguasa dengan bahasa dan tulisan yang berbeda. Pada awalnya memang tidak terlihat ada kemajuan. Baru pada masa pemerintahan dua orang Kaisar Qing sastra Tionghoa mengalami kemajuan yang sangat pesat, antara lain dalam bidang penulisan sejarah.
 
==Lihat pula==
{{Main|*[[Mitologi Tiongkok}}]]
*[[Sastra Republik Rakyat Tiongkok]]
*[[Sastra Republik Tiongkok]]
 
==Pranala luar==
==Referensi==
{{reflist}}
 
[[Kategori:Sastra Tionghoa]]