Rabindranath Tagore: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di Abad +pada Abad, -di abad +pada abad, -Di abad +Pada abad, -Di Abad +Pada Abad)
Baris 91:
=== Puisi ===
[[Berkas:394 baul-singers-sml.jpg|thumb|right|200px|Penyanyi lagu-lagu tradisional {{Unicode|[[Baul|Bāul]]}} di [[Santiniketan]] dalam acara festival tahunan]]
Sajak dan puisi karya Tagore — sangat bervariasi dalam gaya, dari gaya klasik formal hingga gaya jenaka, penuh khayalan maupun riang gembira — meneruskan aliran yang didirikan pujangga [[Vaiṣṇava]] (|Bujangga Waisnawa) pada abad 15-16. Tagore juga mendapat pengaruh unsur kebatinan dari para Rsi-Pujangga — termasuk dari Vyasa — yang menulis Upanisad, Bhakta-Sufi mistik Kabir dan Pamprasad.<ref name="Roy_1977_201">{{Harvnb|Roy|1977|p=201}}.</ref> Malahan karya puisinya menjadi penuh inovasi dan dewasa setelah ia membongkar musik tradisional Bengali, termasuk lagu balada yang dinyanyikan oleh para penyanyi tradisional dari Bāul — khususnya penyair Lālan Śāh.<ref name="Stewart_2003_94">{{Harvnb|Stewart|Twichell|2003|p=94}}.</ref><ref name="Urban_2001_18">{{Harvnb|Urban|2001|p=18}}.</ref> Ini — yang digali kembali dan kemudian dipopulerkan oleh Tagore — menyerupai kidung pujian Kartābhajā (populer dipada abad 19) yang menekankan pada Ketuhanan dan berontak pada keyakinan dan kehidupan sosial ortodok.<ref name="Urban_2001_6-7">{{Harvnb|Urban|2001|pp=6-7}}.</ref><ref name="Urban_2001_16">{{Harvnb|Urban|2001|p=16}}.</ref> Pada masa menetap di Shelidah, karya puisinya menekankan pada kekuatan lirik, berbicara lewat ''maner manus'' (''man within the heart'') atau meditasi dalam ''jivan devata'' (Tuhan di dalam jiwa). Figur ini kemudian membentuk hubungan dengan ketuhanan melalui permohonan kepada semesta alam dan keadaan emosional yang saling memengaruhi dalam drama kehidupan umat manusia. Tagore menggunakan beberapa teknik dalam puisi Bhānusiṃha (yang menguraikan rentetan romantisme antara [[Radha]] dan [[Krishna]]), dimana ia berulangkali melakukan perbaikan-perbaikan melalui pembelajaran selama kurun waktu tujuh puluh tahun.<ref name="Stewart_2003_95">{{Harvnb|Stewart|Twichell|2003|p=95}}.</ref><ref name="Stewart_2003_7">{{Harvnb|Stewart|Twichell|2003|p=7}}.</ref>
Belakangan, Tagore memberi respon atas kemunculan dari modernisasi dan realisme dalam kesusastraan Bengali dengan menulis karya eksperimental pada tahun 1930-an.<ref name="Dutta_1995_281">{{Harvnb|Dutta|Robinson|1995|p=281}}.</ref> Contoh karyanya seperti: ''Africa and Camalia''. Ia juga kadang menulis puisi memakai ''Shadu Bhasha'' (salah satu dialek [[Bahasa Sanskerta]] di Bengala); kemudian belakangan ia mulai menggunakan ''Cholti Bhasha'' (dialek yang lebih populer). Karya lain yang patut dicatat adalah ''Manasi'', ''Sonar Tori'' (''Golden Boat''), Balaka (''Wild Geese'' —judulnya merupakan metafora untuk perpindahan jiwa)<ref name="Dutta_1995_192">{{Harvnb|Dutta|Robinson|1995|p=192}}.</ref>, dan ''Purobi''. Sonar Tori merupakan karya puisi yang paling terkenal. "শূন্য নদীর তীরে রহিনু পড়ি / যাহা ছিল লয়ে গেল সোনার তরী" ("''Shunno nodir tire rohinu poŗi / Jaha chhilo loe gêlo shonar tori''" — semua yang telah kucapai, telah dibawa keatas perahu emas — tinggal aku yang berada di belakang). Bagaimanapun juga, ''Gitanjali'' ({{Lang-bn|গীতাঞ্জলি}}) merupakan karya yang paling dikenal, membawa Tagore meraih [[Penghargaan Nobel dalam Sastra]].<ref name="Stewart_2003_95-96">{{Harvnb|Stewart|Twichell|2003|pp=95-96}}.</ref> Song VII (গীতাঞ্জলি 127) of ''Gitanjali'':