Paku Alam I: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Okkisafire (bicara | kontrib)
Okkisafire (bicara | kontrib)
Baris 7:
Pada masa pemerintahan [[Hamengkubuwana II]] timbul intrik-intrik istana yang disulut oleh Patih [[Danureja II]] (semacam Sekretaris Negara) dan Van Braam, minister untuk [[Kota Surakarta|Surakarta]]. Pertentangan antara Sultan HB II dan Patihnya membawa banyak sekali akibat. Hubungan antara [[Hamengkubuwana II]] dan Pangeran Adipati Anom yang kelak menjadi [[Hamengkubuwana III]] tidak harmonis. Untuk meredam ambisi Danureja II, Sultan mengangkat RT Natadiningrat (kelak menjadi Paku Alam II) menjadi sekretaris istana dan menyerahkan hampir semua urusan Sekretariat Negara padanya. Hal ini semakin memperuncing keadaan yang ada.
 
Dengan sedikit intrik, Danureja II berhasil memancing pemberontakan Bupati [[Madiun]], R[[Ronggo Prawirodirjo III|Raden Rangga]]. BPH Natakusuma dan terutama putranya RT Natadiningrat ikut terseret dan dituduh mendalangi pemberontakan. Berkat laporan keliru yang dibuat Danureja II dan van Braam, [[Herman Willem Daendels]], Gubernur Jenderal Belanda-Perancis di [[Batavia]], memerintahkan pembebasan tugas RT Natadiningrat dari sekretaris istana.
 
Selanjutnya Daendels meminta [[Hamengkubuwana II]] untuk menyerahkan Natakusuma dan Natadiningrat ke [[Kota Semarang|Semarang]]. Akhirnya Natakusuma dan Natadiningrat diberangkatkan ke Semarang dan ditawan disana. Kemudian kedua tawanan dibawa ke Tegal dan selanjutnya ke Cirebon, dimana terjadi upaya pembunuhan terhadap mereka. Setelah dari [[Kota Cirebon|Cirebon]], Natakusuma dan Natadiningrat dipindahkan ke [[Batavia]]. Pada saat yang sama, dengan perundingan dan kekuatan 7000 pasukan Belanda-Perancis, [[Hamengkubuwana II]] dimakzulkan paksa dari tahtanya. Sebagai pengganti diangkatlah Pangeran Adipati Anom sebagai [[Hamengkubuwana III]].