Abdullah bin Zubair: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Addbot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 24 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:q307665
Ibensis (bicara | kontrib)
Baris 19:
Ibnu Zubair tidak aktif dalam politik selama masa kekuasaan [[Muawiyah bin Abu Sufyan|Muawiyah]], tetapi pada masa [[Yazid bin Muawiyah|Yazid I]], ia menolak untuk berbaiat terhadap khalifah yang baru.
 
Setelah kematian [[Husain bin Ali]] di [[Pertempuran Karbala]], Ibnu Zubair kembali ke [[Hejaz]], dimana ia menyatakan dirinya sebagai [[Khulafaur Rasyidin|khalifah yang sebenarnya]], dan dia mulai membentuk pasukan. Secepatnya ia mengkonsolidasikan kekuasaannya dengan mengirim seorang gubernur ke [[Kufah]]. Segera, Ibnu Zubair memantapkan keuasaannya di [[Iraq]], Selatan [[Arabia]] dan bagian terbesar [[SyriaSyam]], serta sebagian [[Mesir]]. Ibnu Zubair memperoleh keberuntungan yang besar karena ketidakpuasan rakyat terhadap kekuasaan Bani Umayyah. Salah seorang pendukungnya adalah [[Muslim bin ShihabSyihab]], ayah dari [[Ibnu ShihabSyihab al-Zuhri]] yang kemudian menjadi cendekiawan muslim terkenal.
 
Yazid mencoba untuk menghentikan pemberontakan Ibnu Zubair dengan menyerbu [[Mekkah]] pada tahun 64 H, ia mengirim pasukan yang dipimpin oleh [[Husain bin Numair]]. Pada saat pengepungan Mekkah, Husain menggunakan ketapel, dimana peluru ketapel ini pernah menghancurkan [[Ka'bah]]. Tetapi karena mendengar kematian Yazid yang tiba-tiba, maka Husain bin Numair menghentikan pengepungan tersebut dan kembali ke [[Damaskus]]. Maka Ibnu Zubair dapat terbebaskan dan ia membangun kembali Ka'bah yang berantakan karena serbuan pasukan Umayyah. Kematian Yazid yang tiba-tiba ini mengakibatkan pula makin berantakannya kekuasaan Bani Umayyah dan perang saudara antar Bani Umayyah.<ref name="Hashem"/>