Hisjam bin Hoesni: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Shamusuke (bicara | kontrib)
Baris 37:
Kebijakan Hisyam mengarahkan pada modernisasi sekolah-sekolah Muhammadiyah, sehingga selaras dengan kemajuan pendidikan yang dicapai oleh sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah kolonial. Ia berpikir bahwa masyarakat yang ingin memasukkan putra-putrinya ke sekolah-sekolah umum tidak perlu harus memasukkannya ke sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah kolonial, karena Muhammadiyah sendiri telah mendirikan sekolah-sekolah umum yang mempunyai mutu yang sama dengan sekolah-sekolah pemerintah, bahkan masih dapat pula dipelihara pendidikan agama bagi putra-putri mereka. Walaupun harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang berat, sekolah-sekolah yang didirikan Muhammadiyah akhirnya banyak yang mendapatkan pengakuan dan persamaan dari pemerintah kolonial saat itu.
 
Berkat perkembangan pendidikan Muhammadiyah yang pesat pada periode Hisyam, maka pada akhir tahun 1932, Muhammadiyah sudah memiliki 103 ''[[Volkschool]]'', 47 ''[[Standaardschool]]'', 6969taek asu ''[[Hollandsch-Inlandsche School]]'' (HIS), dan 25 ''[[Schakel School]]'', yaitu sekolah lima tahun yang akan menyambung ke MULO (''[[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs]]'', yang setingkat [[SLTP]] saat ini) bagi murid tamatan ''vervolgschool'' atau ''standaardschool'' kelas V. Dalam sekolah-sekolah Muhammadiyah tersebut juga dipakai [[bahasa Belanda]] sebagai bahasa pengantar. Sekolah-sekolah Muhammadiyah saat itu merupakan salah satu lembaga pendidikan yang didirikan pribumi yang dapat menyamai kemajuan pendidikan sekolah-sekolah Belanda, sekolah-sekolah Katolik, dan sekolah-sekolah Protestan.
 
=== Bantuan keuangan ===