Takijiro Onishi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Thijs!bot (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 7:
Oktober [[1944]], Onishi menjadi komandan Armada Udara I di [[Filipina]] utara. Walaupun namanya sering dihubungkan dengan perencanaan taktik serangan pesawat bunuh diri terhadap kapal-kapal induk [[Sekutu]], proyek ini sebenarnya sudah ada sebelum dia menjabat dan Onishi sendiri sebenarnya tidak menyetujui cara ini. Menyusul jatuhnya [[Kepulauan Mariana]], Onishi mengubah pandangannya dan memerintahkan penyerangan dengan cara demikian. Rencana ini adalah dengan pemakaian pesawat-pesawat Mitsubishi [[A6M Zero]] yang diisi dengan bom seberat 250 kg, pesawat-pesawat ini akan menukik dan menabrak kapal-kapal Sekutu lalu meledak bersama pilotnya.
 
Dalam rapat di [[Bandar Utara Internasional Diosdado Macapagal|Lapangan Udara MagracutMabacalat]] ([[Clark Air Base]]) dekat [[Manila]], dia mengumpulkan para perwira staffnya di lapangan terbang itu dan mengatakan dengan suara terharu bahwa takdir Dai Nippon terletak di tangan pilot-pilot yang merupakan anak buahnya. Disini dia mengusulkan suatu operasi yang sungguh luar biasa nekad. Dia berkata, “Saya pikir tiada cara lain lagi untuk mempertahankan Filipina selain memasang 250 kg bom pada pesawat-pesawat zero dan menabrakkannya ke kapal induk [[Amerika]], ini adalah untuk menahan mereka selama seminggu”
 
Usul ini diterima opsir-opsir Jepang dalam suasana tegang. Setelah Onishi selesai dengan pidatonya, Komandan [[Asaichi Tamai]], opsir tertinggi di Magracut meminta waktu untuk memikirkan dan bertukar pikiran dengan para komandan skuadronnya. Namun dari sorot mata mereka terlihat jelas bahwa mereka bersedia gugur bagi Tenno Heika, bagi kaisar, bagi negaranya. Bahkan seorang letnan bernama [[Yukio Seki]] yang baru saja menikah sebelum berangkat ke medan perang juga bersedia melakukan misi suci untuk membela negara ini.