Ismoe Rianto[1] (kelahiran 21 Agustus 1942) adalah pensiunan polisi yang kemudian menjadi penulis. Salah satu karya tulis buatannya yang berjenis cerita bersambung meliputi "Katresnan Wong Tresna", "Teater Durung Dadi", "Nungkul", "Nalusur", "Mulih", dan lain-lain.

Kehidupan sunting

Ismoe Rianto lahir di Malang, Jawa Timur. Ia bersekolah di sekolah rakyat pada 1950-1956, SMP Kristen I pada 1956-1959, dan STM pada 1959-1962. Setahun setelah lulus dari STM, Ismoe masuk dalam jajaran kepolisian Surabaya (angkatan 1963). Pada 1968, Ismoe menikah dengan C. Sri Handini dan memiliki seorang putri bernama Sri Purwanti. Keluarga Ismoe menganut agama Kristen Protéstan.

Pada 1973, Ismoe mendirikan kelompok penulis yang bernama "6 Januari 73 Art". Pada 1977, ia ikut mendirikan PPSJS dan menjadi Ketua Umum PPSJS pada masa itu. Ismoe pensiun dari kepolisian pada 1991, namun ia masih tetap menulis karya-karya sastra seperti "Ing Pasar Turi", "Kesandung Dulur Tuwa", "Warijo BA", "Botol Nomer Pitu", "Omah Pojok", "Ngadep Ngalor", "Bu Guru Sudarwati", "Koruptor", dan "Layang Tanpa Prangko".

Referensi sunting

  1. ^ Prabowo, Dhanu Priyo.; Rahayu, Prapti, 1959-; Balai Bahasa Yogyakarta (Indonesia) (2010). Ensiklopedi sastra Jawa (edisi ke-Cet. 1). Yogyakarta: Kementerian Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa, Balai Bahasa Yogyakarta. ISBN 9789791852357. OCLC 801810329.