Hosokawa Shigekata

Hosokawa Shigekata (細川 重賢, 23 Januari 1721 – 27 November 1785) adalah seorang samurai Jepang dan seorang daimyō pada Zaman Edo.[1]

Hosokawa Shigekata
Hosokawa Shigekata, daimyō di pertengahan zaman Edo dari Wilayah Kumamoto
Masa jabatan
1747–1785
Informasi pribadi
Lahir23 Januari 1721
Edo, Jepang
Meninggal27 November 1785
Edo, Jepang
KebangsaanJepang
Suami/istriabak perempuan Koga Michie
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Masa muda sunting

Ayah Shigekata, Hosokawa Nobunori, adalah daimyō ke-4 dari klan Hosokawa. Patut disayangkan bahwa kakaknya, daimyō ke-5, terbunuh karena lambang keluarga seseorang lain mirip dengan lambang keluarga klan Hosokawa.

Keluarga sunting

  • Ayah: Hosokawa Nobunori (1676–1732)
  • Istri: anak perempuan Koga Michie
  • Selir: Yokoshi, kemudian berubah nama menjadi Entei-in
  • Anak-anak:
    • Hosokawa Harutoshi (1758–1787) dari Yokoshi
    • Norihime, kemudian berubah nama menjadi Korin'in, menikah dengan Hosokawa Okinori
    • Hidejiro

Daimyo sunting

Shigekata daimyō ke-6 atas Kumamoto dari klan Hosokawa. Ia dikenal karena reformasi finansial yang berhasil atas Wilayah Kumamoto, mendirikan sekolah Han Jishūkan, mendirikan Sekolah Pengobatan Saishunkan (school), serta membawa gagasan baru tentang hukum pidana.

Pada saat itu terdapat permasalahan finansial pada sistem Han Kumamoto . Defisit anggaran pada saat pemerintahan ayahnya mencapai 400.000 Ryō. Situasi finansial Han-nya memburuk karena kebijakan sankin-kōtai yang diterapkan bakufu Edo, serta adanya bencana kelaparan. Shigekata sendiri menyimpan satu kartu dari pegadaian untuk mengingatkan dirinya sendiri atas masa mudanya yang sukar, karena ia adalah salah satu dari 21 anak Hosokawa Nobunori.

Reformasi Horeki sunting

Pada tahun 1752, ia menunjuk Hori Katuna sebagai Bugyō agung, yang sering kali diterjemahkan sebagai "komisaris", "hakim" atau "gubernur", suatu gelar yang diberikan pada pejabat pemerintahan pada zaman pramodern Jepang. Hori segera pergi ke Osaka untuk bernegosiasi dengan keluarga Kohnoike dan beberapa keluarga lain untuk memperoleh pinjaman, akan tetapi keluarga-keluarga kaya Osaka tersebut menolak permintaan han Kumamoto. Hori kemudian berhasil meminjam uang dengan jumlah besar dari Kajimaya dengan 100,000 koku beras sebagai gantinya. Kajimaya meminta bunga yang benar-benar kecil dari han Kumamoto.

Awalnya, untuk tiap 100 koku, jatah para samurai 40 koku beras, atau para samurai mendapatkan 40%. Setelah reformasi, hanya 20 koku dari tiap 100 koku menjadi jatah samurai, kemudian berkurang menjadi 13 koku, yang artinya adalah pengurangan sebesar 65%.[2] Kokudaka (石高) atau sistem koku berarti suatu sistem untuk menentukan nilai suatu tanah untuk keperluan upeti pada zaman Edo Jepang, sistem ini menyebutkan nilai suatu tanah dengan bentuk satuan koku beras. Jumlah upeti tidak lagi berdasarkan persentase dari jumlah beras yang dipanen, melainkan dinilai dari kualitas dan dan luas tanah. Sistem tersebut dipakai untuk menilai pendapatan para daimyō, atau para samurai di bawah para daimyō. Han Kumamoto menginginkan para samurai untuk puas akan reformasi Horeki, dan sekaligus, mereka juga mau melatih diri mereka sebagai samurai. Maka diperlukan pembuatan sekolah han bagi para samurai dan keahlian lain. Satu gagasan lagi adalah untuk merehabilitasi orang yang melawan peraturan, maka Shigekata membuat suatu hukum pidana han yang benar-benar baru.

Selain itu, Shigekata dan Hori memulai produksi washi (kertas Japanese), sutera, dan memonopoli pembuatan lilin. Sesekali mereka memeriksa tanah mereka dan produksinya (Kenchi, dalam Bahasa Jepang). Di akhir tahun-tahun Hōreki (1751–1763), keadaan finansial Han Kumamoto telah sangat membaik.

Penyimpanan beras dan padi-padian membantu han Kumamoto dalam bencana kelaparan zaman Tenmei.

Kritik atas reformasi tersebut sunting

  • Karena reformasi ini sangat radikal, maka pastinya terdapat keberatan, terutama dari para samurai.
    • Pada tahun 1772, Matsuno Hichizou, seorang metsuke, menyampaikan tiga hal buruk reformasi Hori.
    • Pada tahun 1774, Masuda Yaichiuemon, mengkritik Reformasi tersebut melalui 18 surat rahasia.
    • Iguchi Souemon, seorang bugyō yang mendukung Reformasi, melakukan seppuku karena ia dihina oleh Nagaoka Mondo, yang menentang Hori.
    • Ariyoshi Daizen, seorang karō, melakuan sihir (paranormal) melawan Shigekata dan Hori.[3]
    • Furukawa Koshoken, seorang jurnalis pengelana, mengunjungi Kumamoto pada kisaran akhir tahun-tahun Shigekata; ia menemukan banyak ketidaksesuaian antara kehidupan rakyat jelata dan popularitas Shigekata, dan menulis bahwa ia yakin di Kumamoto tidak ada apa pun yang baik dalam segi politik.[4]
    • Pada tahun-tahun akhir reformasi, Yokoi Shōnan mengkritik keadaan han Kumamoto, dalam Jimu Shian karyanya.[5]

Sekolah-sekolah sunting

Shigekata mendirikan sebuah sekolah Han yang terkenal, Jishūkan, dalam lingkungan kampus Istana Kumamoto pada tahun 1755. Sekolah ini dikenal menghasilkan banyak orang terpelajar pada tahun-tahun akhirnya, seperti: Yokoi Shōnan, Inoue Kowashi dan Kitasato Shibasaburō. Sekolah ini terbuka untuk orang dari semua golongan. Siapa pun yang masuk akan diakui. Tidak hanya bagi orang Kumamoto, akan tetapi juga bagi orang dari provinsi lain. Mereka memberikan beasiswa bagi murid yang cemerlang. Sekolah dari Han-han lain tidak memiliki sistem seperti ini pada saat itu.

Pada masa paling populernya, 255 sekolah didirikan pada Zaman Edo di Jepang, satu sekolah di tiap Han atau wilayah. Sekolah Han selain Jishūkan yang terkenal adalah Nisshinkan di Aizu, Kōjōkan di Yonezawa, Kohdohkan di Mito, Meirinkan di Chōshū, Shin-yukan di Nakatsu, Kohdohkan di Saga, serta Zōshikan di Satsuma.

Sekolah pengobatan sunting

Shigekata mendirikan sekolah han umum untuk pengobatan pertama, Saishunkan (school) di Miyaderamura, Akitagun (saat ini Nihongi), Kumamoto, pada tahun 1756. Sekolah tersebut dibuka pada tahun berikutnya. Taman botani untuk sekolah ini dibuat di Yakuencho, Kumamoto.[6][7]

Reformasi hukum sunting

Reformasi penting lain yang dilakukan Shigekata adalah atas hukum pidana. Sebelumnya, hukuman yang ada hanyalah hukuman mati dan eksil . Hukuman eksil digantikan menjadi hukuman pukulan dan hukuman kerja paksa. Hukuman rajah digantikan dengan pencukuran alis setiap 5 hari sekali. Gagasannya adalah memberi kesempatan para kriminal untuk bekerja bagi Han, dan merehabilitasi mereka kembali ke masyarakat. Reformasi ini dijadikan contoh dalam Restorasi Meiji. Mereka yang bekerja diberikan uang sebagai persiapan bagi mereka untuk kehidupan setelah masa hukuman mereka usai.

Upaya akademik tambahan sunting

Di masa akhir hidupnya, Shigekata tertarik dalam ilmu biologi, yaitu melakukan pencatatan atas tumbuhan dan hewan; yang konon dilakukannya dengan profesional. Terdapat sebuah lukisan yang bagus, menggambarkan Serigala Honshū yang sekarang sudah punah, yang lebih mungkin digambar oleh seorang profesional (meskipun ia sendiri juga sering menggambar). Lukisan tersebut berada dalam sebuah buku. Ada 16 album berisikan gambar terperinci hewan-hewan dan tanaman kering di dalam Eisei Bunko, kumpulan pusaka keluarga Hosokawa.[8]

Dalam masanya, ketertarikan daimyō terhadap hal-hal Kebarat-baratan adalah langka. Ia dikenal sebagai seorang ran-heki daimyō. Ran-heki daimyō lainnya adalah Shimazu Shigehide dari Domain Satsuma (1745–1833), dan Shimazu Nariakira juga dari Domain Satsuma (1809–1858). Para daimyō ini berusaha untuk memperoleh buku-buku atau para pakar pembelajaran Barat.

Keturunan sunting

Lihat juga sunting

Referensi sunting

 
Emblem (mon) klan Hosokawa
  1. ^ Nussbaum, Louis-Frédéric. (2005). "Hosokawa Shigekata" in Japan Encyclopedia, p. 359; 細川重賢 at Nihon jinmei daijiten; retrieved 2013-5-29.
  2. ^ Higogaku Koza" The reform of Horeki, its present-day significance. Yoshimura T. p108–131,
  3. ^ History of Kumamoto viewed from topis, edit. Iwamoto C. The Merits and Demerits of the Reform of Horeki, p134, Gen Shobou, Fukuoka, 2007 ISBN 978-4-902116-85-4
  4. ^ Higogaku Koza p127
  5. ^ Hogogaku Koza p75
  6. ^ Anecdotes of Hosokawa Shigekata Kawaguchi K. Kumamoto Nichinichi Shimbun, 2008
  7. ^ Higo Iikushi Yamasaki M. p.6, 1929, Saikai Jihōsha, Kumamoto.
  8. ^ Hosokawa[2008:84–85]

Bacaan lanjutan sunting