Hindia hilang, kesengsaraan datang

Hindia hilang, kesengsaraan datang (Belanda: Indïe verloren, rampspoed geboren) adalah sebuah ungkapan yang muncul dalam pers Belanda pada 1940-an yang mengkhawatirkan nasib Belanda saat Hindia Belanda (sekarang Indonesia) tak lagi berada di bawah kekuasaan Belanda. Ungkapan ini berasal dari zaman Perang Dunia I yang disebarkan Onze Vloot (Armada Kita), kelompok pencinta maritim dari Belanda dari para pelaut sipil dan anggota angkatan laut yang berhalauan nasionalis-konservatif.[1] Salah satu penyokong Onze Vloot adalah W.V. Rhemrev, perwira KNIL yang juga pendukung utama aksi Indie Weerbaar (Pertahanan Hindia), sebuah milisi Hindia Belanda.[1]

Ungkapan tersebut pun dijadikan sebuah judul buku oleh Brill Sandberg[2] pada 1914.[3]

Ungkapan serupa lainnya adalah Indië is de kurk waarop Nederland drijft yang artinya "Hindia adalah gabus dimana negeri Belanda terapung-apung" yang merupakan sebuah ungkapan dari Jean Chrétien Baud.[4]

Ungkapan tersebut juga ikut turut andil yang membuat kelompok konservatif Belanda memajukan Agresi Militer Belanda dari 1945 sampai 1949 saat Nusantara lepas dari kekuasaan Jepang.[1] Meskipun demikian, ungkapan tersebut sudah dianggap sebagai mitos semenjak Rencana Marshall diterapkan di Belanda oleh Amerika Serikat usai Belanda menarik diri dari Indonesia.[1]

Referensi sunting