Korban-korban selamat dari serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki disebut hibakusha (被爆者), sebuah kata Jepang yang secara literal diterjemahkan sebagai "orang yang terkena ledakan" dan digunakan untuk merujuk kepada orang yang terkena radiasi dari serangan bom tersebut.

Seorang korban dari serangan bom atom di Hiroshima, ia mengalami luka bakar; susunan di kulitnya berasal dari kimono yang ia kenakan pada saat serangan bom tersebut.

Pengakuan resmi sunting

Hukum Pemulihan Korban Selamat Bom Atom mendefinisikan hibakusha sebagai orang-orang yang masuk dalam salah satu kategori berikut ini: berada pada beberapa kilometer dari hiposenter bom tersebut; berada pada 2 km dari hiposenter pada dua minggu serangan bom tersebut; terkena radiasi dari penjatuhan; atau belum lahir pada saat itu namun dikandung oleh wanita hamil yang termasuk dari kategori-kategori tersebut.[1] Pada 31 Maret 2015, 183,519 hibakusha diakui oleh pemerintah Jepang, kebanyakan diantaranya tinggal di Jepang.[2] Pemerintah Jepang mengakui sekitar 1% diantaranya mengalami penyakit yang disebabkan oleh radiasinya.[3]

Tempat-tempat peringatan di Hiroshima dan Nagasaki berisi daftar-daftar nama dari hibakusha yang diketahui telah meninggal sejak serangan bom tersebut. Diperbaharui setiap tahun pada hari peringatan serangan bom tersebut, Pada Agustus 2014 tempat-tempat peringatan tersebut mencatat nama lebih dari 450,000 hibakusha; 292,325 di Hiroshima[4] dan 165,409 di Nagasaki.[5]

Pemanandangan panorama dari sebuah monumen yang menandai hiposenter, atau titik nol, dari peledakan bom atom di Nagasaki.
 
Para warga Hiroshima sedang berjalan di Tempat Peringatan Perdamaian Hiroshima, sebuah bangunan yang sangat dekat dengan Titik Nol dari serangan bom atom di kota tersebut.
 
Sebuah foto dari luka punggung Sumiteru Taniguchi yang diambil pada Januari 1946 oleh seorang fotografer Marinir A.S.

Pada 1957, Parlemen Jepang membuat sebuah hukum yang memberikan pelayanan pengobatan gratis bagi hibakusha. Pada 1970an, hibakusha non-Jepang yang selamat dari serangan bom atom tersebut mulai meminta hak untuk pelayanan pengobatan gratis dan hak untuk tinggal di Jepang untuk persiapan. Pada 1978, Dewan Tinggi Jepang memberikan pula orang-orang tersebut pelayanan pengobatan gratis ketika singgah di Jepang.[6][7]

Korban selamat Korea sunting

Pada masa perang tersebut, Jepang membawa beberapa orang Korea ke Hiroshima dan Nagasaki untuk bekerja sebagai buruh paksa. Menurut perkiraan saat ini, sekitar 20,000 orang Korea tewas di Hiroshima dan sekitar 2,000 orang tewas di Nagasaki. Perkiraan tersebut memperkirakan bahwa satu dari tujuh korban Hiroshima adalah keturunan Korea.[8] Selama beberapa tahun, orang-orang Korea mengalami masa yang sulit dalam berjuang untuk dianggap sebagai korban bom atom.[9]

Korban selamat Jepang Amerika sunting

Adalah sebuah praktik umum sebelum perang bagi Issei Amerika atau imigran generasi pertama, dalam hal membawa anak-anak mereka pada kunjungan ke Jepang untuk studi atau mengunjungi kerabat. Kebanyakan orang Jepang berimigrasi ke AS dari Hiroshima ketimbang dari prefektur lainnya, dan Nagasaki juga mengirimkan sejumlah besar imigran ke Hawai'i dan daratan utama. Selain itu, terdapat pula sejumlah besar Nisei dan Kibei kelahiran Amerika tinggal di kampung halaman orangtuanya Hiroshima dan Nagasaki pada waktu serangan bom atom. Jumlah sebenarnya dari Jepang Amerika yang terkena serangan bom tidak diketahui — meskipun diperkirakan berjumlah sekitar 11,000 orang di kota Hiroshima sendiri — namun sekitar 3,000 orang diantaranya diketahui selamat dan kembali ke AS setelah perang tersebut.[10]

Kelompok kedua dari hibakusha yang menjadi korban selamat Jepang Amerika adalah orang-orang yang datang ke AS pada arus imigrasi Jepang berikutnya pada 1950an dan 1960an. Kebanyakan orang dari kelompok ini lahir di Jepang dan berpindah ke AS untuk tujuan pendidikan dan pekerjaan pada masa pasca perang Jepang. Beberapa diantaranya adalah "tunangan perang," atau wanita Jepang yang dinikahi pria Amerika berkaitan dengan pekerjaan militer AS di Jepang.[10]

Pada 2014, terdapat sekitar 1,000 hibakusha Jepang Amerika yang tercatat tinggal di Amerika Serikat. Mereka diberi dukungan keuangan dari pemerintah Jepang dan pemeriksaan kesehatan dwitahunan dengan para dokter Hiroshima dan Nagasaki yang familiar dengan masalah yang dialami korban selamat serangan bom atom. Pemerintah AS tidak memberikan dukungan kepada hibakusha Jepang Amerika.[10]

Korban selamat asing lainnya sunting

Meskipun satu warga negara Persemakmuran Inggris[11][12][13][14][15] dan tujuh tahanan perang Belanda (dua nama diketahui)[16] tewas dalam serangan bom di Nagasaki, setidaknya dua tahanan perang dikabarkan tewas pada masa pasca perang karena kanker yang disebabkan oleh bom atom tersebut.[17][18] Satu tahanan perang Amerika, Joe Kieyoomia, yang berada di Nagasaki pada waktu serangan bom tersebut namun selamat, dikabarkan mendapatkan efek dari bom tersebut.[19]

Korban selamat berganda sunting

Orang-orang yang mengalami efek dari kedua serangan bom tersebut dikenal sebagai nijū hibakusha di Jepang.

Sebuah dokumenter yang berjudul Twice Survived: The Doubly Atomic Bombed of Hiroshima and Nagasaki diproduksi pada 2006. Para produser menemukan 165 orang yang merupakan korban dari kedua pengeboman tersebut, dan produksi tersebut ditayangkan di Perserikatan Bangsa-Bangsa.[20]

Pada 24 Maret 2009, pemerintah Jepang secara resmi mengakui Tsutomu Yamaguchi (1916–2010) sebagai hibakusha berganda. Tsutomu Yamaguchi dikonfirmasikan berada di jarak 3 kilometer dari titik nol di Hiroshima pada saat kunjungan bisnis ketika sebuah bom dijatuhkan. Ia terbakar secara serius pada sisi kirinya dan menjalani semalaman di Hiroshima. Ia kembali ke kota tempat tinggalnya Nagasaki pada 8 Agustus, sehari sebelum sebuah bom dijatuhkan di Nagasaki, dan ia terkena radiasi residu ketika mencari kerabat-kerabatnya. Ia adalah korban selamat dari kedua pengeboman tersebut pertama yang diakui secara resmi.[21] Tsutomu Yamaguchi meninggal pada usia 93 tahun pada 4 Januari 2010 karena kanker lambung.[22]

Diskriminasi sunting

 
Seorang hibakusha, orang selamat dari pengeboman atom Nagasaki, mengisahkan kaum muda tentang pengalamannya dan menampilkan gambar-gambar di gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa di Wina, pada saat NPT PrepCom 2007.

Hibakusha dan anak-anaknya merupakan (dan masih menjadi) korban-korban diskriminasi yang terjadi dalam pernikahan dan pekerjaan[23] karena ketakutan masyarakat terhadap akibat penyakit radiasi. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa penyakit tersebut terwariskan atau menular.[24] Pada kenyataannya, tidak ada peningkatan gangguan kelahiran yang ditemukan pada anak-anak yang lahir dari korban-korban senjata nuklir yang digunakan di Hiroshima dan Nagasaki, atau menemukannya pada anak-anak korban selamat kanker yang sebelumnya diberi radioterapi.[25][26][27][28]

Buku Studs Terkel The Good War mencantumkan kisah dari dua hibakusha. Salah satu kutipannya tertulis:

Terdapat diskriminasi di Jepang terhadap hibakusha. Diskriminasi tersebut kemudian juga ditujukan kepada anak-anak mereka: secara sosial serta ekonomi. "Tak hanya hibakusha, namun anak-anak mereka, menolak bekerja," kata Mr. Kito. "Beberapa diantaranya tidak ingin masyarakat mengetahui bahwa mereka adalah hibakusha."

— Studs Terkel (1984), The Good War.[29]

Konfederasi Jepang untuk Korban Bom (日本被団協, Nihon Hidankyō) adalah sebuah kelompok yang dibentuk oleh hibakusha pada 1956 dengan tujuan membujuk pemerintah Jepang untuk memberi dukungan kepada para korban dan melobi pemerintah untuk meniadakan senjata nuklir.[30]

Kesehatan sunting

Tokoh sunting

Representasi sunting

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ "Overseas Atomic Bomb Survivors Support Program". Atomic Bomb Survivors Affairs Division Health And Welfare Department Nagasaki prefectural Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-30. Diakses tanggal 2007-08-25. 
  2. ^ "Hiroshima marks 70th anniversary of A-bombing". Yomiuri Shimbun. 6 Agustus 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-08-08. Diakses tanggal 2015-08-09. 
  3. ^ "Relief for A-bomb victims". The Japan Times. 2007-08-15. Diakses tanggal 2007-10-02. 
  4. ^ Sindhu, Jamshed (8 Agustus 2014). "Hiroshima commemorates 69th anniversary of nuclear bomb". NewsPakistan. Diakses tanggal 2014-08-09. 
  5. ^ Yamamoto, Kyosuke (9 Agustus 2014). "Nagasaki marks 69th anniversary of its atomic bombing". Asahi Shimbun. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-10. Diakses tanggal 2014-08-09. 
  6. ^ US diplomatic cable reporting the ruling
  7. ^ My Life: Interview with former Hiroshima Mayor Takashi Hiraoka, Part 10, Chugoku Shimbun
  8. ^ Mikiso Hane (2001). Modern Japan: A Historical Survey. Westview Press. ISBN 0-8133-3756-9. 
  9. ^ Hibakusha: A Korean's fight to end discrimination toward foreign A-bomb victims Diarsipkan 2013-02-19 di Archive.is, Mainichi Daily News. 9 Mei 2008.
  10. ^ a b c Wake, Naoko. "Japanese American Hibakusha," Densho Encyclopedia. Diakses pada 5 Agustus 2014.
  11. ^ "Nagasaki memorial adds British POW as A-bomb victim". The Japan Times. August 9, 1945. Diakses tanggal 9 Jan 2009. 
  12. ^ [1] Referensi ini juga merupakan daftar dari setidaknya tiga tahanan perang lainnya yang meninggal pada 9-8-1945
  13. ^ "CWGC :: Casualty Details". Cwgc.org. Diakses tanggal 9 Jan 2009. 
  14. ^ "CWGC :: Casualty Details". Cwgc.org. Diakses tanggal 9 Jan 2009. 
  15. ^ [2] does not tell if these were Nagasaki casualties
  16. ^ "Two Dutch POWs join Nagasaki bomb victim list". The Japan Times. 9 Agustus 1945. Diakses tanggal 9 Jan 2009. 
  17. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-12-28. Diakses tanggal 2007-12-28. 
  18. ^ It Gave Him Life—It Took It, Too Diarsipkan 2017-08-16 di Wayback Machine. Situs web Marinir Perdagangan Amerika Serikat.org
  19. ^ "How Effective Was Navajo Code? One Former Captive Knows", News from Indian Country, Agustus 1997.
  20. ^ "Twice Bombed, Twice Survived: Film Explores Untold Stories from Hiroshima & Nagasaki". Columbia University. 2 Agustus 2006. Diakses tanggal 2009-03-31. 
  21. ^ Japan Confirms First Double A-Bomb Survivor
  22. ^ "Man who survived two atom bombs dies". CNN. 8 Januari 2010. Diakses tanggal 2010-01-08. 
  23. ^ Simons, Lewis M. (June 7, 1984). "Children of Hiroshima, Nagasaki survivors facing prejudice, discrimination in Japan". Ottawa Citizen. Knight-Rider News. Diakses tanggal 29 January 2016. 
  24. ^ "Prejudice haunts atomic bomb survivors". Japan Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-08-10. Diakses tanggal 2007-08-25. 
  25. ^ http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/78218/1/9789241505130_eng.pdf World Health Organization report. page 23 & 24 internal
  26. ^ http://jama.ama-assn.org/content/268/5/661.short The Children of Atomic Bomb Survivors: A Genetic Study. 1992. No differences were found (in frequencies of birth defects, stillbirths, etc), thus allaying the immediate public concern that atomic radiation might spawn an epidemic of malformed children.
  27. ^ Teratology in the Twentieth Century Plus Ten
  28. ^ http://www.nature.com/bjc/journal/v88/n3/full/6600748a.html
  29. ^ Terkel, Studs (1984). The Good War. Random House. hlm. 542. 
  30. ^ "Welcome to HIDANKYO". Japan Confederation of A- and H-Bomb Sufferers Organization (Nihon Hidankyo) website. Diakses tanggal 2007-08-31. 
  31. ^ Hibakusha Portraits, The Daiwa Anglo-Japanese Foundation, London, 2012 
  32. ^ Carl Randall Bio, www.carlrandall.com, London, 2012 

Bacaan tambahan sunting

Pranala luar sunting