Hatthaka Āḷavaka (Pali; Sanskerta: Hastaka Āṭavaka), juga dikenal sebagai Hatthaka dari Āḷavī (Pali; Sanskerta: Hastaka dari Āṭavī), adalah salah satu murid awam laki-laki (upasaka) utama Sang Buddha, bersama dengan Citta. Ia tercerahkan sebagai seorang anāgāmi (Yang Tidak Kembali). Hatthaka dianggap sebagai murid awam Sang Buddha yang terdepan dalam mengumpulkan pengikut dengan menggunakan "empat dasar simpati", dan dikenal karena kemampuannya dalam mengenalkan orang lain ke Buddhisme.[1][2]

Hatthaka Āḷavaka (Pali);
Hastaka Āṭavika (Sanskerta)
Kehidupan pribadi
Lahir
Orang Tua Raja Āḷavaka (Ayah)
Pekerjaan Upāsaka
Kehidupan beragama
Agama Buddhisme
Kesenioran
Guru Buddha Gotama
Terjemahan dari
Hatthaka Āḷavaka
PaliHatthaka Āḷavaka
SanskertaHastaka Āṭavaka
Tionghoa曠野手; 手阿羅婆長者; 呵侈阿羅婆
(PinyinKuàngyěshǒu; Shǒu'āluópó Chángzhě; Hēchǐ'āluópó)
Jepang曠野手こうやしゅ; 手阿羅婆長者てあらばちょうしゃ; 呵侈阿羅婆かしあらば
(rōmaji: Kōyashu; Tearaba-chōsha; Kashiaraba)
Korea광야수; 수아라바; 가치아라바
(RR: Gwangyasu; Suaraba; Gachiaraba)
Thaiหัตถกอุบาสก
(RTGS: Hatthako Ubasok)
Daftar Istilah Buddhis

Etimologi

sunting

Nama Hastaka berasal dari kata bahasa Sanskerta hasta yang berarti "tangan." Hal ini mengacu pada murid yang diserahkan kepada Sang Buddha oleh yaksa bernama Āṭavaka, dan kemudian oleh Sang Buddha diserahkan kepada utusan raja.[butuh rujukan]

Kualitas individu

sunting

Menurut kitab komentar Pali untuk Saṁyuttanikāya (SA.iii.223), Hatthaka adalah salah satu dari tujuh umat awam yang selalu ditemani oleh lima ratus umat awam. Beliau disebutkan dalam kitab Buddhavaṁsa xxvi.19 bersama dengan Citta sebagai seorang kepala umat awam dan dianggap sebagai yang terdepan dalam mengumpulkan pengikut dengan menggunakan "empat dasar simpati" yang dijelaskan sebagai berikut:

1) memberi hadiah
2) berbicara dengan kata-kata yang baik
3) melakukan kebajikan
4) memperlakukan orang secara setara

Sang Buddha memujinya karena memiliki delapan kualitas tambahan:

1) keyakinan
2) sila/moralitas
3) rasa malu berbuat jahat
4) rasa takut berbuat jahat
5) kemampuan mendengarkan dengan baik
6) kemurahan hati
7) kebijaksanaan
8) kesederhanaan

Kewafatan dan prestasi

sunting

Hatthaka akhirnya mencapai tingkat anāgāmi dan terlahir kembali di surga Aviha di alam brahma Kediaman Murni (suddhāvāsa). Sebagai makhluk surgawi, ia pernah mencoba mengunjungi Sang Buddha, tetapi pingsan dan tidak dapat berdiri tegak. Sang Buddha menyarankan agar ia mengambil bentuk fisik yang lebih kasar. Setelahnya, ia dapat memperoleh kembali ketenangannya.

Hatthaka memberitahu Sang Buddha bahwa di dunia ini, dirinya selalu dikelilingi oleh para dewa yang ingin mempelajari Dhamma darinya. Dia juga menyatakan bahwa dia meninggal dunia dengan tiga penyesalan:

1) belum cukup melihat Sang Buddha
2) belum cukup mendengar tentang Dharma
3) belum cukup berbakti pada Sangha[3]

Kisah dalam teks Mahāyāna

sunting

Versi bahasa Tionghoa dari Vinayavibhaṅga (T1442 dalam Tripitaka Taisho) menceritakan kisah Jataka tentang salah satu kehidupan lampau dari Hatthaka (Hastaka).

Alkisah ada dua bersaudara yang tinggal di hutan. Kakak laki-lakinya bernama Hastapādajālin (手足網鞔, pinyin: Shǒuzúwǎngmán; bahasa Tibet: rKang lag dra ba can) dan adik laki-lakinya bernama Nirhastapādajālin (無網鞔, pinyin: Wúwǎngmán; rKang lag dra bas ma 'brel ba; atau sederhananya Jālika). Yang lebih tua adalah seorang petapa, sementara yang lebih muda berlatih di bawah bimbingan seorang guru.

Pada suatu kesempatan, salah satu putri guru tersebut menyatakan minatnya untuk menikahi Nirhastapādajālin. Dia menolak dan dia menjadi marah. Oleh karena kemampuannya merentangkan lengannya hingga jarak yang jauh dan ia tinggal serumah dengan setan, saudara laki-lakinya memutuskan untuk melarikan diri. Dia mengejarnya dan dalam amarahnya, mencoba membunuhnya dengan pedangnya. Pada saat-saat terakhir, Nirhastapādajālin berseru dalam pengabdian kepada kakak laki-lakinya, Hastapādajālin, yang membawanya pergi ke pertapaannya. Di sana, ia menjadi seorang petapa dan mengembangkan lima kekuatan supernormal seperti saudaranya.

Teks tersebut menjelaskan bahwa Hastapādajālin adalah Sang Buddha, Nirhastapādajālin adalah Hastaka Āṭavaka, dan wanita tersebut adalah Ratu Śyāmavatī.[4]

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Malalasekera, Gunapala Piyasena (2007). Dictionary of Pāli Proper Names: A-Dh (dalam bahasa Inggris). Motilal Banarsidass. ISBN 9788120830219.
  2. ^ Dhammika, Shravasti (2005-12-01). The Buddha and His Disciples (dalam bahasa Inggris). Buddhist Publication Society. hlm. 85. ISBN 978-955-24-0280-7.
  3. ^ "Hatthaka, called Alavaka". Buddhist Dictionary of Pali Proper Names. Diakses tanggal 2019-07-15.
  4. ^ Karashima, Seishi; Vorobyova-Desyatovskaya, Margarita I. (2015). "The St. Petersburg Sanskrit Fragments" (PDF). 1. The Institute of Oriental Manuscripts of the Russian Academy of Sciences and the International Research Institute for Advanced Buddhology, Soka University: 229. Diakses tanggal 2019-07-15.

Pranala luar

sunting