Gangguan obsesif kompulsif

Gangguan obsesif kompulsif (Bahasa Inggris: Obsessive–compulsive disorder, disingkat OCD) adalah gangguan mental di mana penderitanya tertekan karena pemikiran yang berulang sehingga menyebabkan penderita tersebut melakukan suatu tindakan secara berulang. Pada dasarnya penderita gangguan ini menyadari bahwa mereka terkena gangguan OCD, tetapi mereka tidak bisa mengontrol dirinya untuk berhenti melakukan tindakan tersebut. Misalnya, seorang penderita OCD akan mencuci tangannya berulang kali karena ia berpikir belum mencuci tangannya dengan bersih.[1]

Obsessive–compulsive disorder
Mencuci tangan yang sering dan berlebihan terjadi pada beberapa orang dengan OCD.
Informasi umum
SpesialisasiPsikiatri
Faktor risikoKekerasan pada anak, Stres
Aspek klinis
Gejala dan tandaMerasakan kebutuhan untuk mengecek sesuatu atau beberapa hal berulang kali, menunjukkan beberapa perilaku tertentu yang terkait perilaku kompulsif, memiliki pemikiran intrusif berulang-kali
KomplikasiGangguan Tic, gangguan kecemasan, bunuh diri
Awal munculSebelum usia 35 tahun
DiagnosisDidasarkan oleh simtom
Kondisi serupaGangguan kecemaan, gangguan depresi mayor, gangguan makan, gangguan perilaku obsesif-kompulsif
PerawatanPsikoterapi, konseling, penghambat penyerapan serotonin selektif (selective serotonin reuptake inhibitors), dan clomipramine
Prevalensi2.3%

Sejarah sunting

Pada abad ke-7 M, John Climacus mencatat contoh seorang biarawan muda yang diganggu oleh sebuah "godaan nista" secara terus-menerus dan kemudian berkonsultasi secara berlebihan dengan seorang biarawan yang lebih tua. Biarawan yang lebih tua tersebut lalu memberikan nasihat kepada biarawan yang muda untuk membiarkan atau mengabaikan seluruh godaan nista tersebut.[2]:212 The Cloud of Unknowing, sebuah teks mistik Kristen dari akhir abad ke-14, memberikan rekomendasi untuk menangani obsesi yang berulang dengan mencoba mengabaikannya. Alternatif lain jika cara sebelumnya gagal adalah melakukan sesuatu sebagaimana dalam ungkapan "meringkuk di bawah seperti orang malang dan pengecut yang dikalahkan dalam pertempuran, dan memperhitungkan itu akan menjadi sesuatu yang sia-sia". Di zaman sekarang, teknik tersebut dikenal sebagai banjir emosional.[2]:213

Dari abad ke-14 hingga abad ke-16 di Eropa, diyakini bahwa orang yang melakukan hal-hal yang bersifat nista, seksual, atau pikiran obsesif lainnya adalah orang yang dirasuki setan.[2]:213[3] Berdasarkan alasan ini, pengobatan kemudian melibatkan pembuangan "kejahatan" dari orang yang "kerasukan" melalui eksorsisme.[4][5] Sebagian besar orang yang mengira bahwa mereka kerasukan setan tidak merasa berhalusinasi atau mengalami "gejala spektakuler" lainnya, tetapi hanya "mengeluh tentang kecemasan, ketakutan akan agama, dan pikiran jahat".[2]:213 Pada tahun 1584, seorang wanita dari Kent, Inggris, bernama Mrs. Davie, yang digambarkan oleh seorang hakim sebagai "istri yang baik," hampir saja dibakar di tiang pancang setelah dia mengaku bahwa dia mengalami dorongan terus-menerus yang tidak diinginkan untuk membunuh keluarganya.[2]:213

Istilah bahasa Inggris (Obsessive–compulsive disorder) dan juga bahasa Indonesia dari gangguan obsesif-kompulsif muncul sebagai terjemahan dari bahasa Jerman, yaitu Zwangsvorstellung (obsesi) yang digunakan dalam konsepsi pertama OCD oleh Carl Westphal.[6] Deskripsi Westphal kemudian mempengaruhi Pierre Janet yang selanjutnya mendokumentasikan mengenai sifat-sifat dari OCD.[7] Pada awal 1910-an, Sigmund Freud menghubungkan perilaku obsesif-kompulsif dengan konflik yang ada pada alam bawah sadar yang kemudian bermanifestasi sebagai gejala dari gangguan obsesif-kompulsif itu sendiri.[8] Freud menggambarkan sejarah klinis dari salah satu kasus yang unik, yaitu "fobia menyentuh". Fobia ini dimulai pada anak usia dini, tepat ketika anak tersebut memiliki keinginan yang kuat untuk menyentuh suatu benda. Sebagai tanggapan, beberapa orang di sekitar anak tersebut menciptakan "larangan eksternal" terhadap beberapa jenis sentuhan. Namun, "larangan ini tidak berhasil menghapus" keinginan untuk menyentuh si anak, yang bisa dilakukan anak itu kemudian hanyalah menekan hasrat dan "memaksanya ke alam bawah sadar".[9] Psikoanalisis Freudian kemudian tetap menjadi metode pengobatan dominan untuk OCD sampai pertengahan 1980-an, meskipun pengobatan dan perawatan terapis saat itu sudah dikenal dan tersedia, karena ada anggapan secara luas bahwa pengobatan dan perawatan terapis itu akan merusak efektivitas psikoterapi.[2]:210-211 Pada pertengahan 1980-an, pendekatan untuk pengobatan OCD ini kemudian berubah. Para praktisi saat itu mulai mengobati OCD terutama dengan obat-obatan dan terapi praktis daripada melalui psikoanalisis.[2]:210

Kasus terkenal sunting

John Bunyan (1628–1688), penulis The Pilgrim's Progress adalah salah satu orang pada zaman dulu yang mengidap gejala OCD (yang saat itu masih belum dinamai). Selama periode paling parah dari kondisinya, dia akan menggumamkan kalimat yang sama berulang-ulang untuk dirinya sendiri sambil berguling maju mundur.[2]:53-54 Dia kemudian menggambarkan obsesinya dalam otobiografinya yang berjudul Grace Abounding to the Chief of Sinners. Dalam bukunya, ia menyatakan, "Hal-hal ini mungkin tampak konyol bagi orang lain, bahkan sama konyolnya dengan orang yang mengalaminya sendiri, tetapi bagi saya itu adalah gangguan yang paling menyiksa."[2]:53-54 Dia lalu menulis dua pamflet yang bertujuan untuk menasihati mereka yang menderita gangguan yang sama.[2]:217-218 Di salah satu dari pamflet tersebut, ia memperingatkan agar orang yang menderita OCD tidak memaksa diri mereka dengan menulis: "Berhati-hatilah dalam menunda masalah semangat Anda dengan cara yang salah, yaitu berjanji untuk mereformasi diri dan menjalani hidup baru dengan cara mengubah penampilan atau pekerjaan Anda".[2]:217-218

Penyair, esais dan leksikografer asal Inggris yang bernama Samuel Johnson (1709-1784) juga merupakan salah seorang yang menderita OCD. Dia seringkali melakukan ritual yang rumit ketika melintasi pintu, dan berulang kali berjalan naik turun tangga dengan menghitung anak tangga.[2]:54-55[10] Dia akan menyentuh setiap tiang di jalan saat dia berjalan melewatinya. Dia juga hanya melangkah di tengah-tengah batu paving, dan berulang kali melakukan sebuah pekerjaan seolah-olah itu belum dilakukan dengan benar untuk pertama kalinya.[2]:55

Penerbang dan pembuat film Amerika Howard Hughes juga diketahui menderita OCD.[11] Teman-teman Hughes juga menyebutkan obsesinya pada kekurangan kecil dalam pakaian.[11] Hal itu disampaikan dalam The Aviator (2004), sebuah film biografi Hughes.[12]

Penyanyi dan penulis lagu Iaringgris George Ezra telah secara terbuka berbicara tentang perjuangan seumur hidupnya dengan OCD, khususnya "OCD Murni."[13]

Epidemiologi sunting

Gangguan obsesif-kompulsif mempengaruhi sekitar 2,3% orang di beberapa titik dalam hidup mereka, dengan tingkat tahunan sekitar 1,2%.[14] Bisa dikatakan bahwa OCD terjadi di seluruh dunia.[15] Gejala tidak biasa umumnya dimulai setelah usia 35 dan setengah dari orang yang menderita OCD sudah mengalami gejalanya sebelum 20 tahun.[16] Laki-laki dan perempuan hampir memiliki potensi pengaruh yang sama terhadap gangguan ini.[16]

Penyebab sunting

Penyebab gangguan obsesif kompulsif di antaranya yaitu faktor genetik dan kerusakan otak. Penyebab kerusakan otak antara lain akibat trauma kelahiran, radang otak dan trauma kepala. Penyebab lain yang juga diperkirakan sebagai penyebab gangguan obsesif impulsif yaitu disfungsi basal ganglia, gyrus cinguli dan korteks prefontal.[17]

Gejala pada gangguan obsesif kompulsif dapat diketahui menggunakan banyak peralatan. Salah satu yang paling umum digunakan adalag berbagai alat, tetapi alat yang lebih sering digunakan adalah Short OCD Screener. Sementara itu, pedoman untuk diagnosis gangguan obsesif kompulsif mengacu kepada ICD-10 dan DSM-5.[18]

Gangguan perilaku kompulsif terkait sunting

Dalam DSM-5, kategori Gangguan Obsesif Kompulsif dan Gangguan Terkait mencakup berbagai macam gangguan yang sama-sama memiliki pola perilaku kompulsif. Pola perilaku kompulsif adalah perilaku yang berulang (repetitif) yang tidak dapat atau susah untuk dikendalikan serta diasosiasikan dengan suatu distres yang mengganggu fungsi seseorang di kehidupan sehari-hari.

Gangguan kebersihan sunting

Penderita gangguan obsesif kompulsif umumnya memiliki masalah mengenai kebersihan. Gangguan kebersihan ini membuat individu yang mengalami gangguan obsesif kompulsif memiliki obsesi terhadap kemungkinan kontaminasi. Dalam pemikiran penderita gangguan obsesif kompulsif, kontaminasi dilakukan oleh kuman, virus, kotoran, atau substansi asing lainnya. Penderita gangguan obsesif kompulsif akibat gangguan kebersihan, mengalami ketakutan akan menimbullkan bahaya bagi dirinya sendiri maupun orang lain akibat dari kontaminasi agen-agen penyakit tersebut.[19]

Penatalaksanaan sunting

Penatalaksanaan pasien obsesif kompulsif dilakukan dengan farmakoterapi dan psikoterapi. Strategi penatalaksanan gangguan obsesif kompulsif ditentukan utamanya berdasarkan tingkat keparahan penyakit dan usia pasien. Faktor lain yang juga diperhatikan yaitu efikasi, ekcepatan, durabilitas, tolerabilitas, dan penerimaan. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, penatalaksanaan yang paling awal bagi pasien obsesif kompulsif yaitu gabungan antara inhibitor ambilan-kembali serotonin dan terapi kognitif perilaku.[20]

Referensi sunting

  1. ^ Syafaatul, L., dan Hamidah (2017). "Hubungan antara Dukungan Sosial dan Obsessive Compulsive Disorder pada Remaja Putri dengan Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder" (PDF). Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. 6: 72–73. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-03-30. Diakses tanggal 2022-03-21. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m Osborn, Ian (1998). Tormenting Thoughts and Secret Rituals: The Hidden Epidemic of Obsessive-Compulsive Disorder. New York City, New York: Dell Publishing. ISBN 978-0-440-50847-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-31. Diakses tanggal 2022-03-26. 
  3. ^ Aardema, Frederick; O’Connor, Kieron (2007-09-01). "The Menace Within: Obsessions and the Self". Journal of Cognitive Psychotherapy (dalam bahasa Inggris). 21 (3): 182–197. doi:10.1891/088983907781494573. ISSN 0889-8391. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-31. Diakses tanggal 2022-03-26. 
  4. ^ Berrios, G. E. (1989-07-01). "Obsessive-compulsive disorder: Its conceptual history in France during the 19th century". Comprehensive Psychiatry (dalam bahasa Inggris). 30 (4): 283–295. doi:10.1016/0010-440X(89)90052-7. ISSN 0010-440X. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-02. Diakses tanggal 2022-03-26. 
  5. ^ Giordan, Giuseppe; Possamai, Adam (2016-09-22). "The over-policing of the devil: A sociology of exorcism". Social Compass. 63 (4): 444–460. doi:10.1177/0037768616663982. ISSN 0037-7686. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-30. Diakses tanggal 2022-03-26. 
  6. ^ "History". Obsessive-Compulsive and Related Disorders (dalam bahasa Samoa). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-08. Diakses tanggal 2022-03-26. 
  7. ^ "The history of OCD | OCD-UK" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-12. Diakses tanggal 2022-03-26. 
  8. ^ Editor), Jose A. Fadul (General (2014-06-21). Encyclopedia of Theory & Practice in Psychotherapy & Counseling (dalam bahasa Inggris). Lulu.com. hlm. 258–260. ISBN 978-1-312-07836-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-28. Diakses tanggal 2022-03-26. 
  9. ^ Freud, Sigmund (2012-07-18). Totem and Taboo (dalam bahasa Inggris). Routledge. hlm. 34–36. ISBN 978-1-134-52475-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-28. Diakses tanggal 2022-03-26. 
  10. ^ "SAMUEL JOHNSON (1709-1784) A Patron Saint of OCD?". Western Suffolk Psychological Services (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-01. Diakses tanggal 2022-03-26. 
  11. ^ a b "Hughes's germ phobia revealed in psychological autopsy". web.archive.org. 2015-01-05. Archived from the original on 2015-01-05. Diakses tanggal 2022-03-26. 
  12. ^ "The Aviator: A real-life portrayal of OCD in the media « Massachusetts General Hospital OCD and Related Disorders Program". web.archive.org. 2015-02-22. Archived from the original on 2015-02-22. Diakses tanggal 2022-03-26. 
  13. ^ "George Ezra opens up about OCD struggle". BBC News (dalam bahasa Inggris). 2020-08-31. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-17. Diakses tanggal 2022-03-26. 
  14. ^ Goodman, Wayne K.; Grice, Dorothy E.; Lapidus, Kyle A. B.; Coffey, Barbara J. (2014-09). "Obsessive-compulsive disorder". The Psychiatric Clinics of North America. 37 (3): 257–267. doi:10.1016/j.psc.2014.06.004. ISSN 1558-3147. PMID 25150561. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-31. Diakses tanggal 2022-03-26. 
  15. ^ "OCD statistics 2020: Facts about obsessive-compulsive disorder". The Checkup (dalam bahasa Inggris). 2020-06-07. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-26. Diakses tanggal 2022-03-26. 
  16. ^ a b "NIMH » Obsessive-Compulsive Disorder". web.archive.org. 2016-07-23. Archived from the original on 2016-07-23. Diakses tanggal 2022-03-26. 
  17. ^ Rahmawati, dkk. (2019). "Studi Deskrpitif Orang dengan Obsesive Compulsive Disorder dan Hubungan Interpersonal dalam Keluarga". Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2 (1): 694–706. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-06. Diakses tanggal 2021-08-06. 
  18. ^ Inastyarikusuma, Tarrinni (2021). "Gangguan Obsesif Kompulsif Pediatrik". bapin-ismki.e-journal.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-31. Diakses tanggal 21 Maret 2022. 
  19. ^ Dwisaptani, R., dkk. (2011). "Dinamika Penderita Gangguan Obsesif Kompulsif Kebersihan" (PDF). Jurnal Ilmiah Sosial dan Humaniora. 5 (1): 7. ISSN 0216-1532. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-12-08. Diakses tanggal 2022-03-21. 
  20. ^ Puspitosari, Warih Andan (2009). "Terapi Kognitif dan Perilaku pada Gangguan Obsesif Kompulsif". Mutiara Medika. 9 (2): 74. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-25. Diakses tanggal 2022-03-21.