Festival Kotagede adalah kegiatan atau acara seni dan budaya tahunan yang diadakan di daerah Kotagede, Yogyakarta. Festival Kotagede ini pertama kali diselenggarakan pada tahun 1999. Festival ini diadakan sebagai wadah untuk pengembangan seni budaya, peningkatan ekonomi masyarakat setempat, dan peningkatan pariwisata yang ada di daerah Kotagede. Acara ini diselenggarakan sebagai sarana untuk peningkatan dan pengembangan seluruh potensi seni dan budaya yang ada di kawasan Kotagede. Selain untuk pengembangan potensi yang ada di Kotagede, festival ini juga diadakan dengan tujuan untuk melestarikan budaya dan potensi-potensi sejarah yang terletak di kawasan Kotagede, Yogyakarta. Hal itu disebabkan karena Kotagede merupakan salah satu kawasan yang kaya akan seni dan budaya. Kotagede merupakan salah satu kawasan yang banyak tempat wisata bersejarahnya. Kotagede merupakan salah satu kawasan di Yogyakarta yang ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya karena banyak aspek sejarah yang tersimpan di sana. Adanya Festival Kotagede menjadi momen penting untuk mengenalkan berbagai potensi yang dimiliki oleh Kotagede sebagai kawasan cagar budaya. Potensi-potensi tersebut dapat dilihat baik dari sisi sejarahnya maupun kekuatan ekonominya, seperti seni kerajinan perak, kuliner khas Kotagede, arsitektur dari bangunan-bangunan bersejarah, dan lingkungannya.[1]

Sejarah sunting

Festival Kotagede sudah diadakan sejak lama. Festival Kotagede pertama kali dimulai pada tahun 1999 dan diadakan untuk meningkatkan potensi dan kesadaran masyarakat Kotagede akan potensi wisata dan budaya yang ada di sana. Festival ini pertama kali diadakan dengan menjunjung konsep utama, yaitu memberdayakan kesenian Kotagede dengan menekankan pada kegiatan penggalian potensi rakyat untuk ditunjukkan ke publik sebagai salah satu dari sekian banyak kekayaan yang dimiliki Kotagede. Konsep tersebut selalu berkembang seiring berjalannya waktu. Pada festival yang diadakan tahun berikutnya, konsep tersebut berkembang menjadi pemberdayaan seni yang dimiliki oleh para pelaku seni untuk dapat mengaktualisasikan potensi kesenian mereka.[1]

Pada tahun 2005, festival ini diadakan pada akhir tahun, yaitu pada 24-31 Desember 2005. Setelah festival yang diadakan tahun 2005, Festival Kotagede vakum untuk beberapa waktu karena pada tahun 2006 terjadi gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan Festival Kotagede terpaksa ditiadakan untuk sementara waktu.Festival Kotagede yang diadakan setiap tahunnya dapat menarik para wisatawan yang berkunjung ke daerah Kotagede untuk menikmatinya. Setelah vakum selama enam tahun karena bencana gempa bumi yang mengguncang Yogyakarta, Festival Kotagede kembali diadakan pada tahun 2012. Saat dimulainya kembali, Festival Kotagede diawali dengan karnaval arak-arakan yang mengangkat tema "Bedhol Keparajan". Pada tahun 2012, setelah lama tidak diadakan, Festival Kotagede menghadirkan sejumlah 30 komunitas para pegiat seni yang ada di lingkungan Kotagede, Yogyakarta. Peserta yang mengikuti karnaval tersebut memakai busana adat Yogyakarta. Setelah enam tahun mengalami vakum, festival ini diadakan kembali setiap tahunnya dan terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun untuk memelihara warisan leluhur di Kotagede.[2]

Tujuan sunting

Festival Kotagede diadakan untuk melestarikan budaya agar generasi penerus bangsa memiliki rasa untuk melestarikan budaya atau dalam istilah bahasa jawa, nguri-uri kabudayan. Selain ditujukan untuk generasi muda, acara Festival Kotagede ini juga diselenggarakan untuk memberi edukasi kepada masyarakat luas agar masyarakat dapat terus mencintai budaya yang ada di sekitarnya. Festival Kotagede juga mengedukasi para masyarakat tentang pentingnya menjaga warisan dan cagar budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur. Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta menyampaikan bahwa acara festival tersebut merupakan implementasi dari niat yang dimiliki oleh masyarakat untuk mewariskan ilmu pengetahuan mengenai budaya dan cagar budaya kepada generasi-generasi selanjutnya.[3] Fokus dalam Festival Kotagede ini untuk melestarikan budaya dan cagar budaya karena dalam sejarahnya, Kotagede merupakan salah satu lokasi kerajaan Islam yang terletak di Pulau Jawa. Sebelum lahir Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta, Kotagede merupakan pusat kerjaan Islam sebelum dipindahkan ke Pleret dan pada akhirnya melahirkan Keraton Kasultanan Yogyakarta dan Keraton Kasunanan Surakarta. Oleh karena itu, banyak terdapat benda-benda dan warisan budaya hasil peninggalan para leluhur Kerajaan Islam yang harus dilestarikan saat ini hingga masa yang akan datang. Adanya Festival Kotagede masyarakat dapat menikmati kejayaan Kotagede dan menikmati potensi yang dimiliki Kotagede sehingga tumbuh rasa ingin memiliki yang besar terhadap warisan budaya dan nilai-nilai yang ada di dalamnya. Festival ini tidak hanya bertujuan untuk melestarikan budaya, tetapi juga untuk meningkatkan potensi pariwisata yang ada di Kotagede. Festival Kotagede yang selalu mengangkat budaya sebagai tema utamanya diharapkan mampu menarik minat para wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke kawasan Kotagede. Pariwisata meningkat karena Festival Kotagede dapat membuat kesejahteraan masyarakat yang tinggal di kawasan Kotagede juga turut meningkat. Ekonomi masyarakat turut sejahtera dengan adanya Festival Kotagede.[3]

Acara sunting

Festival Kotagede ini diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat yang ada di kawasan Kotagede.[4] Dalam festival ini, masyarakat menampilkan berbagai macam seni dan budaya yang ada di sana. Rangkaian acara yang diadakan di Festival Kotagede ini sangat beragam. Salah satu acaranya adalah karnaval budaya. Karnaval tersebut diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat yang bertempat tingal di daerah Kotagede. Mereka merupakan orang-orang yang berasal dari Rukun Warga (RW) di kawasan Kotagede dan memiliki kreativitas dengan membentuk perkumpulan selayaknya prajurit Kraton Yogyakarta atau yang dikenal dengan nama bregada. Bregada-bregada yang mengikuti karnaval tersebut berasal dari semua penduduk RW yang ada di kawasan Kotagede. Bregada-bregada yang mengikuti karnaval memiliki namanya masing-masing. Bregada-bregada tersebut, antara lain Bregada Ngeksigondo, Bregada Pembawa Martoloyo, Bregada Tumenggung Wiroguna, Bregada Tumenggung Sorontani, Bregada Martopura, bregada Mataram, Bregada Tumenggung Singoranu, Bregada Tumenggung Ki Junu Khinting. Penampilan bregada yang menyerupai prajurit Keraton Yogyakarta itu berhubungan dengan filosofi daerah Kotagede. Bregada-bregada tersebut menjadi bukti bahwa masyarakat Kotagede memiliki potensi budaya dan representasi bahwa Kotagede merupakan cikal bakal lahirnya Ngayogyakarta Hadiningrat. Selain karnaval budaya, rangkaian acara Festival Kotagede yang diselenggarakan setiap tahun, antara lain seminar, pentas seni, sarasehan, parade gamelan Bende Mataram, pemutaran film, lomba lukis, pameran bazaar potensi masing-masing wilayah, permainan tradisional, dan atraksi-atraksi budaya lain. Seminar diselenggarakan dengan tujuan agar tidak ada lagi permasalahan mengenai perbedaan persepsi yang ada di kalangan masyarakat Kotagede.[1][3]

Lokasi sunting

 
Masjid Gedhe Mataram Kotagede

Festival Kotagede diadakan di kawasan Kotagede. Setiap tahunnya, pelaksanaan festival mengambil lokasi di pusat Kotagede. Lokasi-lokasi tersebut, antara lain di Jalan Kemasan, Jalan Mondorakan, Kompleks Pasar Kotagede, Kompleks Masjid Gedhe Mataram Kotagede, dan di nDalem-ndalem yang terletak di beberaa kampung Kotagede. Panggung utama festival didirikan di Pacak Suji yang terletak di timur laut Pasar Kotagede. Pacak Suji merupakan Tugu Peringatan Takhta Sri Sultan Hamengkubuwana IX. Panggung Festival Kotagede tidak hanya ada satu, tetapi ada banyak panggung lain sekitar belasan panggung yang terletak di deretan jalan utama, yaitu Jalan Mondorakan dan Jalan Kemasan.[1] Selain itu, pentas seni Festival Kotagede diadakan juga di Kelurahan Jagalan dan nantinya digelar di Bangsal Dondongan yang letaknya di dekat komplek Makam Raja-raja Mataram Kotagede. Pentas seni juga diadakan di Kelurahan Rejowinangun, tepatnya di kantor kementrian Hukum dan HAM, Jalan Gedongkuning Selatan dan di Balai Desa Singosaren. Rangkaian acara Festival Kotagede juga ada yang diselenggarakan di pendopo Jogjatorium. Acara yang diselenggarakan di Jogjatorium adalah sarasehan dan dialog budaya.[5]

Referensi sunting

  1. ^ a b c d Ensiklopedi Kotagede. Yogyakarta: Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta. 2009. 
  2. ^ setiawan, Kodrat (2012-09-06). "Festival Budaya Kotagede Digelar Akhir Pekan Ini". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-20. Diakses tanggal 2020-04-28. 
  3. ^ a b c Media, Harian Jogja Digital (2019-11-26). "Festival Budaya Kotagede Edukasikan soal Warisan dan Cagar Budaya". Harianjogja.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-07. Diakses tanggal 2020-04-18. 
  4. ^ "Festival Budaya Kotagede Dengan Kemasan Kejayaan Sultan Agung - Berita | Portal Pemda DIY". jogjaprov.go.id. Diakses tanggal 2020-04-18. [pranala nonaktif permanen]
  5. ^ "Festival Budaya Kotagede 2017 - JOGJA TV" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-08. Diakses tanggal 2020-05-01.