Farha Ciciek (lahir tanggal 26 Juni 1963) adalah aktivis perempuan berasal dari Ambon dan masih berdarah Arab dan Jawa.[1]

Ia melakukan pendampingan perempuan dan anak desa, kebanyakan buruh migran dan keluarganya, dalam peningkatan kepemimpinan, kewirausahaan, dan kemampuan di Tanoker Ledokombo dan PKBM Madani Jember. Tanoker berasal dari Bahasa Madura yang berarti kepompong, dalam hal ini lembaga Tanoker diasosiakan sebagai tempat transit untuk mencapai tahapan yang lebih baik. Bahasa Madura sendiri adalah bahasa yang lazim digunakan warga Ledokombo, Jember.[2] Farha juga melakukan pendampingan proses pengorganisasian para korban bom (Jakarta dan Bali) di Aliansi Indonesia Damai (AIDA).[3]

Pendidikan sunting

Farha Ciciek menamatkan studi filsafat di Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga.[4] Farha juga menempuh S2 di Pasca Sarjana UGM dan pendidikan non degree di Australian National University (ANU) selama setahun pada tahun 2005.[1]

Referensi sunting

  1. ^ a b Post, The Jakarta. "Suporahardjo and Farha Ciciek: Salt of the earth". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-24. Diakses tanggal 2016-12-08. 
  2. ^ "Tanoker Ajarkan Anak Berkarakter Lewat Permainan". www.antarajatim.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-12-21. Diakses tanggal 2016-12-08. 
  3. ^ "Farha Ciciek | Ashoka Indonesia". indonesia.ashoka.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-12-20. Diakses tanggal 2016-12-08. 
  4. ^ "Farha Ciciek: Menyikapi Fundamentalisme: Membaca Perempuan Bukan Sebagai Korban". Jurnal Perempuan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-23. Diakses tanggal 2016-12-08.