Es batu
Es batu adalah sebuah potongan es (air beku) yang biasanya digunakan untuk minuman dingin. Es batu terkadang merujuk kepada es yang dihancurkan karena lebih lama mencair; es tersebut biasanya digunakan untuk minuman campuran yang menggunakan es. (Citta, 2023)
Asal muasal
suntingFisikawan dan humanitarian Amerika John Gorrie membuat sebuah kulkas pada 1844 dengan perlengkapan pendinginan udara. Kulkasnya menghasilkan es. Gorrie dapat dianggap pembuat es batu, tetapi es batu buatannya tidak untuk minuman dingin: ia menggunakan es tersebut untuk menurunkan temperatur ruangan.
Metode pembuatan
suntingEs batu diproduksi secara domestik dengan mengisi tempat es batu dengan air dan meletakkannya di sebuah freezer. Beberapa freezer juga dilengkapi dengan sebuah pembuat es, yang membuat es batu secara otomatis dan meletakkannya dalam sebuah tempat yang dari sana es tersebut dapat dituangkan secara langsung ke dalam gelas.
Tempat es batu
suntingTempat es batu dirancang untuk membagi penempatan air, yang kemudian ditempatkan di dalam sebuah freezer sampai air tersebut membeku menjadi es, menghasilkan es batu. Tempatan tersebut biasanya freksibel, sehingga es batu yang membeku dapat dengan mudah dipisahkan dari tempatan yang freksibel tersebut.
Tempat es batu kayu pertama ditemukan oleh Lloyd Groff Copeman.[1]
Tempat es batu yang terbuat dari baja yang freksibel pertama dibuat oleh Guy L. Tinkham pada 1933.
Es batu masuk ke Indonesia pada tanggal 18 November 1846. Kedatangan es batu pada saat itu menghebohkan masyarakat Indonesia heboh. Es batu pertama kali dibawa oleh kapal besar dari Boston, Amerika Serikat yang dipesan oleh Roselie En Co. Es batu hanya dapat dinikmati pada kaum elit Belanda yang berada di kawasan Batavia, sekarang Jakarta. Bahkan, orang-orang Belanda biasa tidak bisa menikmati minuman yang dicampur dengan es batu saat itu. Pada acara penting Belanda, minuman dengan es batu sering disuguhkan sebagai suguhan untuk orang-orang kaya. Es batu merupakan hidangan yang mewah pada masanya. 500 gram es batu pada saat itu harganya sekitar 10 sen Gulden, atau setara dengan 87.000 Rupiah. Pada tahun 1870, Indonesia tidak mengimpor es batu lagi dari Amerika Serikat, karena sudah ada pabrik es batu di Batavia, sekarang Jakarta yang dipelopori oleh Kwa Wan Hong. Dengan meningkatnya peminat es batu, Hong mulai meluaskan produksi pabrik es nya di berbagai daerah yang ada di Indonesia, salah satunya di Semarang pada tahun 1895. Pada abad ke-20 hingga abad ke-21, es batu bisa dinikmati oleh semua orang dan dapat dibuat sendiri.