Energi berkelanjutan

Energi berkelanjutan adalah penyediaan energi yang berkelanjutan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.[1]

Teknologi yang mempromosikan energi berkelanjutan yang termasuk sumber energi terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga air, energi surya, energi angin, tenaga ombak, energi panas bumi, fotosintesis buatan, dan tenaga pasang surut, dan juga teknologi yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi energi.

Evolusi Sistem Energi sunting

Berdasarkan pada sudut pandang masyarakat, energi bukanlah energi itu sendiri. Sistem energi dibuat untuk mempertemukan antara permintaan pelayanan seperti memasak, penerangan, iklim dalam ruangan yang nyaman, transportasi, informasi, dan barang konsumsi.

Sebuah sistem energi terdiri dari sektor penyuplai energi dan teknologi penggunaan akhir untuk menyediakan jasa atau pelayanan energi. Sektor penyuplai energi termasuk ke dalam proses kompleks untuk mengekstraksi sumber daya energi (seperti batu bara, dan minyak), untuk mengonversinya menjadi bentuk energi yang lebih dibutuhkan dan sesuai.

Energi Terbarukan sunting

Energi Biomassa sunting

Biomassa adalah energi terbarukan yang berasal dari hewan dan tumbuhan[2] termasuk juga di dalamnya aliran limbah organik, serta residu produk pertanian dan kehutanan.[3] Secara keseluruhan, potensi limbah biomassa di Indonesia adalah sekitar 49.807,43 MW, dan hanya 178 MW yang saat ini telah terpasang atau sekitar 0.36% dari potensi yang tersedia (Hendrison, 2003; Agustina, 2004).[4] Biomassa tidak hanya dapat menghasilkan listrik atau panas melalui pembakaran, tetapi juga dapat dikonversi secara efisien menjadi bahan bakar baik dalam bentuk gas maupun cair.[2] Sejak tahun 1900 energi biomassa telah banyak menarik perhatian dunia. Hal tersebut disebabkan oleh biomassa menghasilkan karbon alami apabila diproduksi secara terus menerus, serta menghasilkan energi yang bersih dan nyaman digunakan.[3] Saat ini, teknologi biomassa telah mengalami banyak perkembangan. Energi ini memegang peranan yang penting dalam menyediakan ketersediaan energi di bumi serta kelestarian alam, yang mana biomassa dapat menjadi salah satu alternatif energi pengganti energi fossil.[4] Penggunaan bahan dasar biomassa pada setiap negara dapat berbeda. Di Amerika, jagung digunakan sebagai bahan dasar pembuatan etanol, sedangkan brazil menggunakan bahan dasar tebu untuk pembuatannya, yang mana keduanya kemudian dicampurkan dengan bensin yang digunakan sebagai otomobil.[2] Di Indonesia sendiri, bahan baku biomassa yang paling umum digunakan adalah limbah kelapa sawit dan persawahan, sedangkan limbah perkebunan lain seperti jagung, tebu, dan lainnya sebagainya masih kurang dimanfaatkan.[5]

Energi Angin sunting

Energi angin merupakan energi terbarukan yang berasal dari matahari. Setiap Energi matahari yang diterima oleh bumi, 1 - 2% nya diubah menjadi angin. Angin terbentuk akibat adanya rotasi bumi yang menghasilkan aliran udara dari kutub utara dan selatan ke khatulistiwa, serta adanya perbedaan temperatur antara panas dan dingin di bumi. Pemanfaatan energi angin dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yakni pemanfaatan secara mekanik dan pembangkit listrik tenaga angin. Berdasarkan data WWEA (World Wind Energy Assosiation) sampai tahun 2007, pembangkit listrik tenaga angin telah mencapai 93,85 GigaWatts, atau 1% dari total sumber energi listrik global. Potensi listrik tenaga angin di Indonesia baru termanfaatkan sekitar 0,0005 GW dari potensi sekitar 9,29 GW. Beberapa wilayah yang memiliki potensi pembangkit listrik tenaga angin adalah Pantai Selatan Jawa, pantai barat Sumatera, dan Wilayah Indonesia Timur yang memiliki kecepatan angin rata rata diatas 6 m/s.[6]

Fotovoltaik Energi Surya sunting

Fotovoltaik merupakan teknologi perubahan energi surya langsung menjadi energi listrik. Hal ini data dilakukan dengan menggunakan pelat dan sistem konsentrator yang merupakan komponen penting dalam sistem sel surya.[3] Energi photon yang cukup besar dapat melepaskan elektron pada daerah bebas muatan, sehingga terjadi elektron bebas,[7] elektron inilah yang kemudian menghasilkan listrik.[3]

Energi Panas Surya sunting

Radiasi matahari dapat memproduksi panas dengan temperatur tinggi yang dapat menghasilkan listrik. Teknologi panas matahari yang paling penting untuk memproduksi listrik adalah dengan menggunakan iradiasi langsung. Pada daerah dengan intensitas matahari yang tinggi, energi ini dapat menjadi salah satu energi terbarukan yang dapat menyediakan energi untuk masa depan.[3]

Energi Surya Temperatur Rendah sunting

Aplikasi yang paling mudah dan langsung dari penggunaan energi surya adalah konversi langsung sinar matahari menjadi pemanas bertemperatur rendah hingga temperatur 100oC. Umumnya dua cara yang dapat digunakan untuk mengonversi energi ini adalah aktif dan pasif. Pada konversi aktif, terdapat sebuah kolektor surya, dan panas ditransportasikan melalui medium. Sedangkan konversi pasif adalah ketika konversi energi terjadi tidak melalui komponen energi aktif.

Energi Panas Bumi sunting

Energi panas bumi merupakan energi panas yang berasal dari batuan di bawah permukaan bumi.[8] Rata - rata temperatur di bawah permukaan meningkat sekitar 30oC/km. Hal ini disebabkan oleh adanya pembebasan panas oleh isotop radioaktif di dalam perut bumi. Kuantitas energi panas bumi ini diestimasi ada sekitar 180 Triliun kilowatt jam per tahun. Jumlah ini memiliki kuantitas lebih dari konsumsi total listrik yang ada di seluruh dunia.[9] Indonesia memiliki potensi panas bumi 29.308 MW, dan hingga saat ini masih terpakai sekitar 1.196 MW atau 4% dari total sumber daya yang tersedia. Potensi ini tersebar hampir di seluruh wilayah di Indonesia, khususnya yang dilalui oleh jalur vulkanik, terbentang mulai dari pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku.[8]

Hidroelektrik sunting

Pembangkit listrik tenaga Air adalah suatu pembangkitan yang diperoleh dengan mengonversi energi potensial air menjadi energi mekanik oleh turbin, kemudian diubah kembali menjadi energi listrik oleh generator. Total pembangkit listrik tenaga air yang dimiliki oleh Indonesia saat ini adalah 3.529 MW atau 6% dari 70.000 MW potensi listrik yang tersedia.[10] Hidroelektrik menyediakan sekitar 5% suplai energi dunia.

Referensi sunting

  1. ^ "Glossary of Terms in Sustainable Energy Regulation" (PDF). www.reeep.org. hlm. 10. Diakses tanggal 26 Desember 2020. 
  2. ^ a b c Kamimoto, Masayuki (July 2006). "Biomass Energy" (PDF). Diakses tanggal 13 November 2019. 
  3. ^ a b c d e Energy and the challenge of sustainability. New York: United nations Development Programme. 2000. ISBN 92-1-126-126 Periksa nilai: length |isbn= (bantuan). 
  4. ^ a b Purwanto, RH. › jikfkt › article › download "Biomassa" Periksa nilai |url= (bantuan). Jurnal UGM. 
  5. ^ Tajalli, Arief (2015). Panduan penilaian potensi biomassa sebagai sumber energi alternatif di Indonesia. Penabulu Alliance. 
  6. ^ "Energi Angin". 
  7. ^ Utomo, Teguh (2009). "Kajian kelayakan sistem photovoltaik sebagai pembangkit daya listrik skala rumah tangga (studi kasus di geudng VEDC Malang)" (PDF). Jurnal EECCIS. Vol III no.1. 
  8. ^ a b Setiawan, Sigit. "Energi panas Bumi dalam kerangka MP3EI: Analisis terhadap Prospek, Kendalan, dan dukungan kebijakan" (PDF). Kementrian Keuangan. 
  9. ^ Energy and The Environment. 
  10. ^ "Konversi Energi Air" (PDF). Diakses tanggal 14 November 2019.