Endog Lewo

salah satu jenis roti


Endog Lewo adalah nama lain dari emplod.[1] Sejenis makanan terbuat dari singkong.[1] Semacam dengan comro dan guik yang juga terbuat dari singkong, dan sama-sama digoreng.[1] Disebut endog Lewo, karena bentuk makanan itu, bulat-bulat seperti telur (endog).[1] Hanya diproduksi di kawasan Lewo.[1] Tepatnya di Kp.Cicadas, Desa Sukajaya, Kecamatan Malangbong, Kab.Garut.[1]

Asal usul sunting

Seperti namanya, makanan yang disebut endog lewo bentuknya memang mirip endog (telur).[2] Makanan khas ini dinamai endog lewo karena asl-usulnya berasal dari Kampung Lewo di Kecamtana Malambong, Garut. Namun di Kampung Lewo makanan ini lebih dikenal dengan sebutan emplod.[2] Endog lewo makanan khas Garut terbuat dari singkong. H.Amin (60), salah seorang pengusaha emplod, menerangkan, pembuatan makanan populer tersebut, awal tahun 1980-an. Semula hanya coba-coba, untuk memanfaatkan singkong yang tak terserap oleh pabrik tapioka.[1] Ternyata mendapat pasaran yang cukup baik. Walaupun sudah banyak jenis makanan lain yang berbahan baku singkong, emplod berhasil meraih peminat.[1] Mungkin karena kering namun tidak begitu keras.[1] Rangu kata orang Sunda.[1] Sehingga dianggap cocok sebagai makanan ringan yang dapat dimakan di sembarang tempat.[1] Berbeda dengan comro dan guik yang terkesan formal, karena ukurannya terbilang agak besar, juga agak basah berminyak, emplod berukuran sebesar ujung jari dan tidak tampak berminyak, walaupun sama-sama digoreng.[1] Bahkan bumbunya pun nyaris sama dengan comro dan guik itu.[1] Maka emplod cukup praktis untuk dibawa ke mana-mana.[1] Mungkin sama dengan sukro.[1] Hanya beda bahan dan rasa.[1] Selain di Lewo dan Garut, popularitas emplod sudah merambah ke beberapa kota lain di Jawa Barat.[1] Masyarakat penggemar makanan ringan sudah menerima kehadiran emplod, "kata H. Amin pula, yang dua kali semingu memasarkan produksinya ke beberapa kota di luar kota Garut, rata-rata 5 kuintal.[1]

Cara Pembuatan sunting

Resep makanan ini sangat sederhana. Bahan utama adalah tepung singkong, yng kemudian diberi garam dan dibumbui dengan bawang putih serta bahan-bahan lainnya.[2] Mengenai bahan baku singkong sekarang ada jenis singkong hibrida yang usianya cuma 8 bulan.[1] Lebih cepat 3 atau 4 bulan daripada usia singkong biasa yang rata-rata mencapai 11-12 bulan sejak ditanam hingga dipanen.[1] Jenis singkong hibrida yang dijadikan bahan baku emplod disebut singkong jantung.[1] Empuk namun kental, sehingga mudah diparut untuk dibuat adonan bahan mentah emplod.[1] Sebelum ada singkong jantung, bahan baku menggunakan singkong manihot atau maleho, dan singkong gambir.[1] Tapi sekarang, jenis-jenis singkong yang gurih itu, sudah jarang.[1] Mungkin terdesak oleh jenis hibrida tadi. Jenis singkong tradisional yang masih ada, antara lain singkong karihkil dan sampeu ''hideung'' yang banyak diserap oleh pabrik tapioka.[1]

Pemasaran sunting

Kini pemasaran endog lewo sudah menyebar ke beberapa kota besar di Jawa Barat, seperti Tasikmalaya, Subang, Sumedang dan Bandung.[2] Saingan juga muncul dari jenis makanan lokal lain, yang semakin bervariasi.[1] Ketika pertama kali muncul jenis makanan cimol (aci digemol), pasaran emplod agak menyurut.[1] Makanan lokal emplod alias endog Lewo yang mampu bertahan selama seperempat abad di tengah persaingan aneka ragam makanan ringan, patut disyukuri, paling tidak kehadirannya menambah khazanah kekayaan makanan lokal Garut yang sudah lebih dulu terkenal.[1] Seperti dodol Garut, ladu Malangbong, opak Cipeujeuh, dan lain-lain.[1]

catatan sunting

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac [1][pranala nonaktif permanen]
  2. ^ a b c d Darpan, Suhardiman, Budi.2007.SEPUTAR GARUT.Garut:Komunitas Srimanganti.