Doa Tobat

doa yang umum digunakan dalam Sakramen Rekonsiliasi, tertulis di Puji Syukur no. 25-26

Doa tobat (Inggris: act of contrition, bahasa Latin: actus contritionis; arti harfiah: "tindakan penyesalan") adalah suatu jenis doa Kristiani yang mengekspresikan dukacita atau kesedihan karena dosa-dosa yang diperbuat. Doa tobat dapat digunakan dalam suatu ibadat liturgis ataupun digunakan secara pribadi, terutama sehubungan dengan pemeriksaan batin.

Rumusan khusus doa-doa tobat digunakan dalam Gereja Katolik, Anglikan, Lutheran, Metodis, dan Reformed.[1] Dalam Gereja Katolik sendiri dimungkinkan adanya perbedaan rumusan doa tobat antara Gereja Latin dan masing-masing Gereja Katolik Timur.

Gereja Katolik tidak membatasi istilah "doa tobat" pada suatu rumusan tertentu. Namun, dalam Enchiridion Indulgentiarum (Buku Panduan Indulgensi) disebutkan contoh-contoh rumusan resmi doa tobat yang telah disetujui penggunaannya seperti Pernyataan Tobat (Confiteor), Mazmur 130 (De Profundis), Mazmur 51 (Miserere), Nyanyian Ziarah, dan Mazmur Pertobatan. Enchiridion juga mengatur pemberian indulgensi sebagian bagi umat Katolik yang mendaraskan dengan kesalehan salah satu rumusan doa resmi tersebut, khususnya dalam rangka mempersiapkan diri untuk menerima Sakramen Tobat, sesuai persyaratan yang ditetapkan.[2]

Gereja Katolik sunting

Doa Tobat, sebagaimana tercantum dalam Puji Syukur, merupakan bagian dari Sakramen Tobat serta didoakan oleh peniten setelah imam menetapkan penitensi dan sebelum ia memberikan absolusi kepada peniten. Doa Tobat juga lazim didaraskan khususnya sebelum orang tidur pada malam hari.[3] Terdapat anggapan umum bahwa seseorang yang mendapati dirinya berada di ambang kematian mungkin memanfaatkan suatu Doa Tobat. Fulton J. Sheen menyampaikan sebuah kisah yang diceritakan oleh St. Yohanes Maria Vianney. Ketika seorang wanita yang baru saja menjadi janda meratapi kematian suaminya yang bunuh diri dengan melompat dari atas jembatan, sang pastor dari Ars mengatakan, "Jangan lupa Nyonya, terdapat sedikit jarak antara jembatan tersebut dan air." Dengan perkataan ini ia bermaksud menyampaikan bahwa suami sang janda memiliki waktu untuk mendaraskan suatu Doa Tobat.[4] Hal ini dapat dianalogikan dengan kutipan terkenal, "Antara sanggurdi dan tanah, sesuatu dicarinya dan sesuatu ditemukan," mengindikasikan bahwa belas kasih atau kerahiman tersedia apabila dicari. (Kutipan aslinya berasal dari seorang antikuaris Inggris dari abad ke-16 benama William Camden; versi yang lebih dikenal berasal dari novel tahun 1938 karya Graham Greene yang berjudul Brighton Rock.)

Doa ini mengungkapkan dalam kata-kata suatu "tindakan" (act) yang sangat personal yang melibatkan kehendak dan afeksi orang yang mendaraskannya. Ajaran Katolik menyatakan bahwa "penyesalan tidak sempurna" (imperfect contrition) adalah juga suatu anugerah dari Allah. Meski penyesalan sedemikian timbul karena ketakutan akan hukuman kekal atau siksaan lainnya, dan penyesalan itu saja belum cukup untuk mendapat pengampunan atas dosa berat, tetapi cukup untuk menggugah hati demi mendaraskan suatu Doa Tobat yang sah dan menerima pengampunan dalam Sakramen Tobat.[5] Terdapat beragam versi Doa Tobat, tetapi secara umum semuanya meliputi ungkapan kesedihan, pengakuan atas kesalahan yang dilakukan, serta janji untuk mengubah hidup dan menghindari dosa.

Suatu rumusan Latin dan versi-versi Indonesia sunting

Dalam Gereja Katolik, istilah "doa tobat" sering kali diterapkan pada salah satu rumusan tertentu, yang tidak tercantum secara eksplisit dalam Enchiridion Indulgentiarum (Buku Panduan Indulgensi).

Katekismus Gereja Katolik mencatat bahwa: "Di antara tindakan-tindakan peniten, penyesalan menempati tempat pertama. Penyesalan adalah 'dukacita jiwa dan kejijikan atas dosa yang dilakukan, bersamaan dengan niat untuk tidak berbuat dosa lagi'. Kalau penyesalan itu timbul dari suatu cinta yang melaluinya Allah dicintai di atas segala sesuatu, maka disebut 'sempurna' (penyesalan dari cinta). Penyesalan sedemikian mengampuni dosa-dosa ringan; penyesalan ini juga mendapat pengampunan dosa-dosa berat apabila mengandung niat yang teguh untuk memanfaatkan pengakuan sakramental sesegera mungkin" (KGK 1451–1452).[6][7]

Bahasa Indonesia sunting

Rumusan Doa Tobat sesuai yang tertulis dalam buku Puji Syukur no. 25-26:[8]

Doa Tobat (1) sunting
Allah yang maharahim, aku menyesal atas dosa-dosaku.
Aku sungguh patut Engkau hukum,
terutama karena aku telah tidak setia kepada Engkau
yang mahapengasih dan mahabaik bagiku.
Aku benci akan segala dosaku,
dan berjanji dengan pertolongan rahmat-Mu
hendak memperbaiki hidupku dan tidak akan berbuat dosa lagi.
Allah yang mahamurah, ampunilah aku, orang berdosa.
Amin.
Doa Tobat (2) sunting
Ya Allahku, Engkaulah yang harus kukasihi lebih dari segala sesuatu.
Aku menyesal sungguh atas dosa-dosaku.
Dengan sengaja aku berbuat salah dan tidak mau berbuat baik.
Aku telah berdosa terhadap Engkau.
Dengan pertolongan rahmat-Mu, aku berniat teguh untuk bertobat,
dan untuk tidak berdosa lagi.
Berilah aku kekuatan
untuk menghindari apa saja yang menjerumuskan aku ke dalam dosa.
Ya Allah, kasihanilah aku,
dalam nama Yesus Kristus, Juruselamatku,
yang telah menderita sengsara dan wafat bagiku.
Amin.

Bahasa Latin sunting

Actus Contritionis[9]

Deus meus, ex toto corde paenitet me omnium meorum peccatorum,
eaque detestor, quia peccando,
non solum poenas a te iuste statutas promeritus sum,
sed praesertim quia offendi Te,
summum bonum, ac dignum qui super omnia diligaris.
Ideo firmiter propono,
adiuvante gratia Tua,
de cetero me non peccaturum peccandique occasiones proximas fugiturum.
Amen.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ (Inggris) Bowden, John; Bowden, John Stephen (2005). Christianity: The Complete Guide (dalam bahasa English). Continuum. ISBN 9780826459374. Diakses tanggal 14 July 2015. Forms for the reconciliation of a penitent may also be found in contemporary prayer books of Anglican, Lutheran, Methodist and Reformed Churches. 
  2. ^ (Latin) "Enchiridion Indulgentiarum" (edisi ke-16 iulii 1999 - Quarta editio). Libreria Editrice Vaticana. 1999. 
  3. ^ (Inggris) Dohogne, David J., "Act of Contrition can be very personal", Roman Catholic Diocese of Springfield-Cape Girardeau Diarsipkan 2016-11-16 di Wayback Machine.
  4. ^ (Inggris) Sheen, Fulton. Life is Worth Living, Ignatius Press, 1999 ISBN 9780898706116
  5. ^ (Inggris) "Paragraph 1453", Catechism of the Catholic Church, Second Edition, Libreria Editrice Vaticana, 2012 
  6. ^ (Inggris) "Paragraphs 1451–1452", Catechism of the Catholic Church, Second Edition, Libreria Editrice Vaticana, 2012 
  7. ^ (Inggris) What if he has serious sin to confess but has no access to a priest in Iraq?, Catholic Answers, August 05, 2011 
  8. ^ Komisi Liturgi KWI. Puji Syukur (edisi ke-2010). Jakarta: Penerbit OBOR. hlm. 21. ISBN 978-979-565-009-6. 
  9. ^ (Latin)(Inggris) "Thesaurus Precum Latinarum - Actus Contritionis". Preces-latinae.org. Diakses tanggal 2012-03-17.