Dicky Senda (lahir 22 Desember 1986[1] dengan nama Christianto Senda, nama pena Christian Dicky Senda[2]) adalah seorang sastrawan[1] dan wiraswastawan Indonesia.[3]

Dicky menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta.[4] Ia pernah terlibat aktif dalam Komunitas Sastra Dusun Flobamora, Solidaritas Giovanni Paolo, dan Forum SoE Peduli.[5] Ia juga dikenal sebagai penggagas Lakoat.Kujawas, sebuah proyek kewirausahaan sosial dalam bidang seni budaya.[6]

Kehidupan pribadi sunting

Dicky Senda lahir 22 Desember 1986 di Kapan, Timor. Orang tuanya adalah Ignasius Senda, seorang polisi bertingkatan rendah, dan Ferderika Kamlasi, ibu rumah tangga. Semasa kecilnya, keluarga Dicky hidup sederhana. Namun demikian, keluarga besarnya adalah pencerita yang baik, suatu sifat yang Dicky rasa ada pada semua orang Mollo.[7]

Karier sunting

Semasa kecilnya, keluarga Dicky hidup sederhana. Ia tidak memiliki banyak akses untuk membaca buku. Salah satu aksesnya adalah dari gereja setempat. Ia mulai mendapatkan akses literasi yang lebih baik saat mengenyam pendidikan sekolah menengah atas misionaris di Ende, Flores. Perpustakaan di sekolah itu besar dan pastor dan suster yang ada di sekolah itu senang mengumpulkan buku.[7]

Ia menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana, Yogyakarta.[4] Setelah selesai dari universitas, ia sempat menjadi guru di Kupang selama enam tahun. Awalnya, ia pulang kampung untuk kepentingan menulis novel yang akan berlatar belakang kampungnya. Namun, setelah kembali ke kampung, ia merasa melihat kampungnya dengan cara yang lain: ia melihat banyak potensi, tetapi juga banyak masalah, terutama dalam hal pendidikan.[7] Berlatar belakang hal ini, bersama beberapa teman, Dicky memutuskan untuk mendirikan komunitas Lakoat.Kujawas pada tahun 2016.

Lakoat.Kujawas dan kewirausahaan sosial sunting

Lakoat.Kujawas didirikan dengan berfokus pada literasi dan kebudayaan. Mereka mendirikan perpustakaan masyarakat. Seiring jalannya waktu, komunitas ini juga bergerak ke arah perintisan ekowisata dan homestay yang menjual produk asli Mollo. Lakoat.Kujawas juga aktif dalam melakukan pengarsipan tradisi pangan dan kuliner di Mollo.[8] Dalam hal literasi, Lakoat.Kujawas meluncurkan inisiatif Skol Tamolok, sebuah ruang belajar warga yang cakupannya berhubungan dengan realitas lokal masyarakat Mollo.[9]

Kerja sastra sunting

Kerja sastra Dicky dapat ditarik balik ke masa kecilnya. Sifat keluarga besarnya yang merupakan pencerita yang baik, begitu pun dengan ibunya yang senang bercerita lisan, menumbuhkan imajinasi Dicky. Banyak karyanya yang ditulis dengan mengingat pengalaman menerima cerita-cerita lisan ini.[7]

Dicky pernah aktif dalam Komunitas Sastra Dusun Flobamora. Dengan rekan-rekannya di Flobamora, ia pernah mendirikan sebuah jurnal sastra berjudul Santarang (Sabana Lontar Karang).[10] Selain itu, ia juga pernah aktif di Solidaritas Giovanni Paolo dan Forum SoE Peduli.[5]

Ia memiliki beberapa karya yang sudah terbit, antara lain: kumpulan puisi berjudul Cerah Hati (2011), kumpulan cerpen Kanuku Leon (2013) dan Hau Kamelin dan Tuan Kamelasi (2015), serta Sai Rai (2017).[11]

Ia pun pernah diundang untuk hadir dalam beberapa festival: Makassar International Writers Festival (Festival Penulis Internasional Makassar – 2013), Bienal Sastra Salihara (2015), Festival Sastra Asean (2016), Ubud Writers & Readers Festival (Festival Penulis & Pembaca Ubud – 2017) dan Melbourne Writers Festival (Festival Penulis Melbourne – 2018).[11]

Referensi sunting

  1. ^ a b Sape, Agustinus (2016-07-22). "Orang NTT di Panggung Sastra". Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-04. Diakses tanggal 2018-07-01. 
  2. ^ "Christian Dicky Senda : Sastrawan dan Pendidik Muda dari Negeri diatas Awan Mollo, NTT". Basodara.id. 2014-11-29. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-04. Diakses tanggal 2021-10-04. 
  3. ^ Putra (2018-06-29). "Drivers for Change: Catatan Inspiratif Anak Muda Mollo dari Inggris (1)". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2018-07-01. 
  4. ^ a b Pello, Hermina (2018-12-21). "Sastrawan Ini Memutuskan Kembali ke Kampungnya, Apa Yang dibuat Dicky Senda Di Sana?". Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-04. Diakses tanggal 2021-10-04. 
  5. ^ a b Pankratia, Maria (2017-11-20). "Dicky Senda dan Tanggung Jawab Sosial Orang Mollo". BaleBengong.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-04. Diakses tanggal 2021-10-04. 
  6. ^ Putra (2017-08-14). "Komunitas Ini Ada di Pedalaman Timor, Penggagasnya Anak Muda Hebat, Aktivitas Mereka Menakjubkan". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2018-07-01. 
  7. ^ a b c d Manning, Iven. "Dicky Senda". Centre for Stories (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-04. Diakses tanggal 2021-10-04. 
  8. ^ Pradana, Bagus (2020-06-04). "Dicky Senda Merawat dan Merevitalisasi Tradisi". mediaindonesia.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-04. Diakses tanggal 2021-10-04. 
  9. ^ Senda, Christian (Senin, 06 Januari 2020). "lakoat.kujawas: Skol Tamolok, Terbaru dari Komunitas Lakoat.Kujawas". lakoat.kujawas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-04. Diakses tanggal 2021-10-04. 
  10. ^ "Dicky Senda". IDWRITERS (dalam bahasa Inggris). 2015-05-31. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-04. Diakses tanggal 2021-10-04. 
  11. ^ a b "Dicky Senda". Framer Framed (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-04. Diakses tanggal 2021-10-04.