Diabetes insipidus

Diabetes insipidus (DI) adalah suatu penyakit dengan simtoma poliuria dan polidipsia. Jenis DI yang paling sering dijumpai adalah DI sentral, yang disebabkan oleh defisiensi arginina pada hormon AVP. Jenis kedua adalah DI nefrogenis yang disebabkan oleh kurang pekanya ginjal terhadap hormon dengan sifat anti-diuretik, seperti AVP.

Penyebab sunting

Diabetes insipidus sentral disebabkan kerusakan pada hipofisis sehingga mengganggu penyimpanan dan pelepasan hormon APV. Keusakan hipofisis dapat disebakan oleh kecelakaan, pembedahan saraf, atau kelainan genetik.

Diabetes insipidus nefrogenis disebabkan ketidakmampuan ginjal merespon hormon APV. Kemapuan ginjal merespon hormon APV dapat terganggu akibat penggunaan obat seperti litium, antifungi, atau antibiotik maupun penyakit kronik seperti penyakit ginjal polikistik, anemia sel sabit , gagal ginjal, penyumbatan parsial uterus, hipokalemia dan penyakit genetik turunan[1].

Epidemiologi sunting

Kasus diabets insipidus jarang ditemukan dengan prefelesi 1:25.000[2]. Penyakit ini umum terjadi pada pasien yang mendapatkan bedah saraf seperti bedah kelenjar pituitari, Pendarahan subarachnoid, dan cedera otak traumatik.

Patogenesis sunting

Diabetes insipidus disebabkan gangguan pada pelepasan atau sensitivitas terhadap hormon APV yang dihasilkan pada kelenjar pituitari prosterior. Hormon APV berperan dalam regulasi keseimbangan cairan tubuh. Pada pasien diabetes isipidus akan terjadi ketidakseimbangan elektrolit, kekurangan air disertai oleh perubahan osmolalitas pada serum dan urin.

Gejala sunting

Gejala umum yang timbul pada pasien dengan diabetes insipidus adalah:

  • Sering buang air kecil pada siang dan malam hari
  • Peningkatan volume urin
  • Urin berwarna terang
  • Mudah merasa haus dan peningkatan kosumsi air[3]

Pemeriksaan sunting

Ada beberapa pemeriksaan pada Diabetes Insipidus, antara lain: Pemeriksaan yang paling sederhana dan paling dapat dipercaya untuk diabetes insipidus adalah water deprivation test. Selama menjalani pemeriksaan ini penderita tidak boleh minum dan bisa terjadi dehidrasi berat. Oleh karena itu pemeriksaan ini harus dilakukan di rumah sakit atau tempat praktik dokter. Pembentukan air kemih, kadar elektrolit darah (natrium) dan berat badan diukur secara rutin selama beberapa jam. Segera setelah tekanan darah turun atau denyut jantung meningkat atau terjadi penurunan berat badan lebih dari 5%, maka tes ini dihentikan dan diberikan suntikan hormon antidiuretik. Diagnosis diabetes insipidus semakin kuat jika sebagai respon terhadap hormon antidiuretik:

  • pembuangan air kemih yang berlebihan berhenti
  • tekanan darah naik
  • denyut jantung kembali normal.

Apapun pemeriksaannya, prinsipnya adalah untuk mengetahui volume, berat jenis, atau konsentrasi urin. Sedangkan untuk mengetahui jenisnya, dapat dengan memberikan vasopresin sintetis, pada Diabetes Insipidus Sentral akan terjadi penurunan jumlah urin, dan pada Diabetes Insipidus Nefrogenik tidak terjadi apa-apa.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ Hui, Channing; Myra, Khan; Jared, M. Radbel (16 Juni 2021). "Diabetes Insipidus". NCBI. Diakses tanggal 7 Februari 2022. 
  2. ^ Di lorgi, Nataschia (2012). "Diabetes Insipidus: Diagnosis and Management". Hormone Research in Paediatrics. 77 (2): 69–84. doi:10.1159/000336333. 
  3. ^ Levy, Miles; John, Wass (28 Februari 2019). "Diabetes Insipidus". BMJ. doi:10.1136/bmj.l321.