Dalam istilah militer, desersi adalah pengingkaran tugas atau jabatan tanpa permisi (pergi, bebas atau meninggalkan) dan dilakukan dengan niat untuk tidak kembali. Hal ini berseberangan dengan absensi tak terotoritasi (bahasa Inggris: unauthorized absence, UA) atau absensi tanpa izin (bahasa Inggris: absence without leave, AS AWOL; Persemakmuran: AWL) yang merujuk kepada absensi temporer.

Sang Pembangkang, karya Octav Băncilă, 1906
Deserteur (Дезертир), karya Ilya Repin, 1917
Para prajurit Armenia pada 1919, dengan para deserter sebagai tahanan

Desersi versus absen tanpa izin

sunting

Di Angkatan Darat AS,[1] Angkatan Udara AS, Angkatan Bersenjata Britania Raya, Angkatan Pertahanan Australia, Angkatan Pertahanan Selandia Baru, Angkatan Bersenjata Singapura, dan Angkatan Bersenjata Kanada, personel militer dianggap AWOL (Absent Without Leave — tidak hadir tanpa izin) jika mereka absen dari pos mereka tanpa surat izin resmi, libur, atau cuti yang sah. Di Korps Marinir AS, Angkatan Laut AS, dan Penjaga Pantai AS, kondisi ini umumnya disebut sebagai unauthorized absence (ketidakhadiran tanpa izin resmi).

Jika seseorang absen selama lebih dari 30 hari, namanya akan dihapus dari daftar unit dan diklasifikasikan sebagai desersi. Namun, menurut hukum militer AS, desersi tidak semata-mata ditentukan oleh lamanya waktu absen, tetapi lebih pada:

  • meninggalkan atau tetap tidak hadir dari unit, organisasi, atau tempat tugasnya dengan niat untuk tidak kembali;
  • jika niat tersebut ditentukan sebagai upaya untuk menghindari tugas berbahaya atau mengelak dari kewajiban kontraktual;
  • jika seseorang mendaftar atau menerima jabatan di cabang militer yang sama atau berbeda tanpa menyatakan bahwa ia belum dipisahkan secara sah dari dinas sebelumnya.[2]

Orang yang absen lebih dari 30 hari tetapi kembali secara sukarela atau menunjukkan niat yang dapat dipercaya untuk kembali, masih dapat dianggap sebagai AWOL, bukan desersi. Sebaliknya, seseorang yang absen kurang dari 30 hari, tetapi terbukti tidak memiliki niat untuk kembali (seperti bergabung ke militer negara lain), tetap dapat diadili atas tuduhan desersi. Dalam kasus yang sangat jarang, jika ada bukti yang cukup, mereka juga bisa diadili atas tuduhan pengkhianatan (treason).

Ada juga beberapa konsep lain yang mirip dengan desersi:

  • Missing movement: saat seorang personel gagal hadir di waktu dan tempat yang telah ditentukan untuk berangkat bersama unit, kapal, atau pesawat yang ditugaskan. Dalam militer AS, ini merupakan pelanggaran terhadap Pasal 87 dalam Uniform Code of Military Justice (UCMJ). Pelanggaran ini serupa dengan AWOL namun bisa dikenai hukuman yang lebih berat.[3]
  • Failure to repair: kegagalan untuk hadir dalam apel/pertemuan atau gagal berada di tempat dan waktu yang diperintahkan. Ini dianggap pelanggaran lebih ringan dan termasuk dalam Pasal 86 UCMJ.[4]

Pada tahun 2020, militer AS memperkenalkan kode status tugas tambahan yang disebut absent-unknown (AUN). Kode ini digunakan untuk memicu respons unit dan investigasi kepolisian dalam 48 jam pertama sejak seorang personel militer dilaporkan hilang.[5]

sunting

Amerika Serikat

sunting

Tingkat desersi tentara Amerika dalam Perang 1812 adalah 12,7%, menurut catatan dinas yang tersedia. Selama Perang Meksiko-Amerika, tingkat desersi di Angkatan Darat AS adalah 8,3% (9.200 dari 111.000). Selama Perang Saudara Amerika, sekitar 200.000 Tentara Serikat melakukan desersi, dan lebih dari 100.000 Tentara Konfederasi yang melakukan desersi.[6]

Antara 6 April 1917 dan 31 Desember 1918, Pasukan Ekspedisi Amerika (AEF) mendakwa 5.584 prajurit dan menghukum 2.657 prajurit karena desersi. Selama Perang Dunia II, lebih dari 20.000 prajurit Amerika diadili dan dijatuhi hukuman karena desersi.[7] Sejumlah 49 prajurit dijatuhi hukuman mati, meskipun 48 dari hukuman mati ini kemudian diringankan. Hanya satu prajurit, Prajurit Eddie Slovik, yang dieksekusi karena desersi.[8]

Jerman

sunting

Selama Perang Dunia I, hanya 18 tentara Jerman yang membelot yang dieksekusi.[9] Namun, Jerman mengeksekusi 15.000 tentara yang membelot dari Wehrmacht selama Perang Dunia II.

Prancis

sunting

Pada masa Perang Dunia I, sekitar 600 prajurit Prancis dieksekusi atas dakwaan desersi.[9]

Uni Soviet dan Rusia

sunting

Perintah No. 270 oleh Josef Stalin mengharuskan atasan untuk menembak pembelot di tempat.[10] Perintah No. 227 memerintahkan bahwa setiap pasukan harus membentuk "detasemen pemblokiran" (pasukan penghalang) yang akan menembak "pengecut" dan pasukan yang melarikan diri di garis belakang. Selama Perang Dunia II, Uni Soviet mengeksekusi 158.000 tentara karena desersi.[11]

Banyak tentara Soviet yang membelot dari Perang Soviet-Afganistan menjelaskan alasan mereka membelot sebagai alasan politik dan sebagai respons terhadap disorganisasi internal dan kekecewaan mengenai posisi mereka dalam perang.[12]

Media independen Rusia Mediazona melaporkan bahwa pengadilan militer telah menerima ribuan kasus AWOL sejak mobilisasi Rusia tahun 2022.[13] Menurut dokumen Rusia yang bocor, lebih dari 50.000 tentara Rusia membelot selama invasi Rusia ke Ukraina, sebagian besar pada tahun 2023 dan 2024.[14]

Referensi

sunting
  1. ^ "Article 86—Absence without leave" (PDF). Manual for Courts-Martial United States (Edisi 2012).
  2. ^ "Article 85—Desertion" (PDF). Manual for Courts-Martial United States (Edisi 2012).
  3. ^ "Article 87—Missing Movement" (PDF). Manual for Courts-Martial United States (Edisi 2012).
  4. ^ Anderson, Wayne (1989). "Unauthorized Absences" (PDF). The Army Lawyer (Department of the Army Pamphlet 27-50-198).
  5. ^ "Senior leaders announce results of Fort Hood review". www.army.mil (dalam bahasa Inggris). 2020-12-08. Diakses tanggal 2025-06-22.
  6. ^ "Desertion In The Civil War Armies". civilwarhome.com. Diakses tanggal 2025-06-22.
  7. ^ Wills, Matthew (2015-05-01). "On Military Desertion and Executions". JSTOR Daily (dalam bahasa American English). Diakses tanggal 2025-06-22.
  8. ^ Kimmelman, Benedict B. (September—Oktober 1987). The Example of Private Slovik. American Heritage. hlm. 97–104. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  9. ^ a b "Shot at Dawn". The Heritage of the Great War. Diakses tanggal 22 July 2014.
  10. ^ "М. Валентинов "О приказе № 270"". stalinism.ru. Diakses tanggal 2025-06-22.
  11. ^ Sheehan, Paul (2007-08-13). "Patriots ignore greatest brutality". The Sydney Morning Herald (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-06-22.
  12. ^ Borovik, Artyom (1990). The Hidden War. New York: Atlantic Monthly Press. hlm. 175–8. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  13. ^ Topol, Sarah A. (2024-09-22). "The Heavy Toll of Desertion From the Russian Army". The New York Times (dalam bahasa American English). ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 2025-06-22.
  14. ^ Axe, David. "50,000 Russian Troops Have Deserted". Forbes (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-06-22.

Karya yang dikutip

sunting
  • Manual for Courts-Martial United States (2012 Edition) (PDF). US Government Printing Office. Diakses tanggal 13 December 2012.
  • Peter S. Bearman; "Desertion as Localism: Army Unit Solidarity and Group Norms in the U.S Civil War", Social Forces, Vol. 70, 1991
  • Ella Lonn; Desertion during the Civil War University of Nebraska Press, 1928 (reprinted 1998)
  • Aaron W. Marrs; "Desertion and Loyalty in the South Carolina Infantry, 1861–1865", Civil War History, Vol. 50, 2004
  • Mark A. Weitz; A Higher Duty: Desertion among Georgia Troops during the Civil War, University of Nebraska Press, 2000
  • Mark A. Weitz; "Preparing for the Prodigal Sons: The Development of the Union Desertion Policy during the Civil War", Civil War History, Vol. 45, 1999

Bacaan tambahan

sunting
  • Charles Glass; Deserter: The Last Untold Story of the Second World War, Harperpress, 2013.
  • Maria Fritsche, Proving One’s Manliness. Masculine Self-perceptions of Austrian Deserters in the Second World War. Gender & History, 24/1 (2012), 35–55.
  • Kevin Linch, ‘Desertion from the British Army during the Napoleonic Wars’, Journal of Social History Vol. 49, No. 4 (Summer 2016), pp. 808–828,

Pranala luar

sunting