Cyathus dalam kingdom fungi sering disebut sebagai Jamur Sarang Burung, memiliki bentuk menyerupai mangkuk kecil dengan warna kecokelatan dan termasuk kedalam Filum Basidiomycota.[1] Secara umum istilah Cyathus berasal dari bahasa Yunani yang berawalan kyath-yang berarti berbentuk cangkir (seperti piala).[1]

Jamur Sarang Burung
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Cyathus

Deskripsi sunting

Cyathus adalah salah satu genus jamur di Nidulariaceae, merupakan keluarga yang secara keseluruhan dikenal sebagai Jamur Sarang Burung. pemberian istilah tersebut dikarenakan bentuk jamur ini menyerupai sarang burung kecil yang berisi beberapa "telur". Penelitian saat ini mengungkapkan bahwa telur tersebut berfungsi sebagai struktur reproduksi yang mengandung spora . "Telur", atau peridiole , melekat kuat pada permukaan bagian dalam tubuh buah ini dengan tali elastis miselia yang dikenal sebagai funiculus. Secara umum, jamur sarang burung ini tidak lazim dijadikan sebagai sumber pangan karena terlalu keras dan kecil.[2] Belum pernah ditemukan dalam catatan bahan makanan atau bahkan tidak ditemukan dalam resep makanan masakan manapun[1]

pada genus Cyathus, peridium terdiri dari tiga lapisan berbeda, lapisan pertama ditutup oleh epifhragma tipis berwarna putih yang menutupi mulut, berkurang karena pecahnya membran/ lapisan ini secara tidak teratur.[3] Peridiola lentikular, berwarna gelap, terdiri dari tudung putih bagian luar dengan lapisan yang sangat tipis. korteks dengan tekstur yang keras, dan sebuah lapisan selaput dara bagian dalam, melekat pada dinding bagian dalam peridium oleh funiculus kompleks. Basidiospora hialin, bentuk dan ukurannya bervariasi.[4]

Ekologi & Habitat sunting

Jamur saprobik ini tersebar di daerah tropis dan subtropis, 2 paling sering ditemukan berkelompok di dalam kayu yang sudah mati - terutama kayu lunak - di hutan terbuka dan di tepi hutan, tetapi Cyathus juga tumbuh pada puing-puing/ potongan kayu yang telah digunakan sebagai mulsa di taman dan kebun atau dapat ditemukan juga diatas tanah. Kayu basah yang busuk adalah makanan pokok dari jamur Sarang Burung. beberapa spesies dapat terlihat serupa namun memiliki karakteristik tersendiri.[3]

Jamur Sarang Burung dapat tumbuh hanya pada musim-musim tertentu, yaitu antara Mei hingga November di Inggris dan Irlandia, tetapi tubuh buahnya terkadang dapat bertahan hingga akhir Desember. Mungkin cukup umum dan tersebar luas di seluruh Inggris dan Irlandia tetapi jarang dilaporkan karena mereka sangat kecil dan tidak begitu mencolok dan karena habitatnya yang gelap, hutan yang lembap.[1]

Persebaran Jamur Sarang Burung dapat ditemukan di seluruh bagian beriklim dunia lainnya termasuk daratan Eropa dan Asia serta di Benua Australia dan Selandia Baru.[1][4]

Struktur Dan Karakteristik sunting

Jamur sarang burung yang mencolok ini mudah dikenali karena bagian luar dan bagian dalamnya yang berbulu dan memiliki motif berlekuk. Pada dasar struktur kerucut yang dikenal sebagai peridium, 'telur' adalah struktur berbentuk lensa yang dikenal sebagai peridiol, dan permukaan bagian dalam dinding masing-masing peridium dilapisi dengan basidia di mana spora berkembang.[3] Sekitar 45 spesies tersebar luas di seluruh dunia dan beberapa ditemukan di sebagian besar negara. di Selandia Baru, terdapat lima spesies Cyathus yang pernah diteliti oleh ilmuwan, Cyathus novae-zelandie, Cyathus colensoi, Cyathus hookeri,Cyathus olla, dam Cyathus stercoreus.[4]

  1. Cyathus novae-zelandiae (ditemukan oleh Tulasne, 1844). Ciri-cirinya adalah Peridia berbentuk corong atau menyerupai kerucut dengan tinggi berkisar antara 12–14 mm. lebar di permukaan mulut 5–7 mm, perlahan-lahan meruncing ke pangkal menjadi panjang sekitar 2 mm, dan tebal 1 mm.; bagain luar berwarna cokelat gelap, ditutupi dengan serabut/ rambut lebat, bagian dalam membujur sekitar setengah putaran bercorak lurik, tepian rata dengan margin. Peridiola berwarna hitam, berbentuk cembung ganda/ lentikular, berdiameter 2,3–3 mm, dengan selaput tipis. Spora berbentuk bulat panjang/ eliptikal, agak runcing dikedua ujungnya, berukuran 11-13 x 5–6 mm. Habitat = tumbuh pada gumpalan rumput padat pada kayu yang telah lapuk. Yang membedaan spesies ini dari spesies lain pada habitatnya adalah adanya striae (motif lurik) secara longitudinal di bagian atas peridium.
  2. Cyathus colensoi (ditemukan oleh Berkeley, 1855). Karakteristiknya adalah Peridia berbentuk lonceng dengan tinggi mencapai 7 mm, lebar permukaan mulut 6 mm; meruncing menjadi lebih pendek dan ramping berdiameter 1mm; bagian luar berwarna abu-abu pucat hingga cokelat tua, tertutupi dengan filamen padat yang halus. bagian dalam berwarna timah, halus,dan sedikit bersinar; Mulut tegak. tepian rata dengan margin. Peridiola berwarna hitam dengan bentuk lentikular berdiameter 2 mm, memiliki selaput tipis berwarna putih. Bentuk dan ukuran spora bervariasi, ada yang eliptikal dengan ukuran 10–12 mm x 8–10 mm dan subglobose (berbentuk tidak terlalu bulat) berdiameter 9–12 mm. Habitat = tumbuh secara berlembar-lembar atau bergumpal pada kayu yang telah mati di tanah. Spesies ini sedikt mirip dengan Cyathus olla, hanya memiliki perbedaan pada bentuk peridia yag lebih kecil dan bentuk sporanya yang lebih subglobose.
  3. Cyathus hookeri (ditemukan oleh Berkeley, 1854). Ciri-crinya adalah Peridia berbentuk lonceng dengan ketinggian 14 mm, lebar permukaan mulut 10 mm, semakin ke pangkal semakin menyempit menjadi garis pendek berukuran 2–3 mm dan tebal 2 mm; bagian luar berwarna coklat muda berfilamen sangat padat. Bagian dalam berwarna coklat tua kusam, mulut terbuka lebar, berbentuk lobus melengkung. Peridiola berbentuk lentikular berdiameter 2-2,5 mm. korteks berwarna hitam, memiliki selaput tipis berwarna putih kusam. Spora berbentuk eliptikal, bulat dikedua ujungnya berukuran 8-11 x 6–8 mm. Habitat = tumbuh secara soliter atau bergumpal pada ranting pinus yang telah membusuk/ lapuk di tanah.
  4.  
    Cyathus olla
    Cyathus olla (ditemukan oleh Persoon, 1801) memiliki karakteristik pada mulanya berbentuk seperti buyung (menyerupai kendi)[5] kemudian menjadi seperti lonceng dengan tinggi sekitar 15 mm dan lebar mulut 6–12 mm. bentuknya semakin ke dasar substrat semakin meruncing kuat permanen. Bagian luar berwarna abu-abu kekuningan dan semakin memucat-kekuningan seiring bertambah tua, Tertutupi dengan pertumbuhan rambut. Bagian dalam sedikit terkonsentrasi, berwarna timah-kusam dan bersinar, bagian mulut sangat melebar. Peridiola berbentuk lentikular, cukup lebar dengan diameter 2-3.5 mm, berwarna cokelat gelap atau seperti warna timah, permukaan halus dan mengeriput ketika kering, memiliki selaput tipis dengan warna putih kusam, merekat dengan erat (adnate).[6] Spora berbentuk eliptikal atau bulat lonjong 8–15 mm x 6–10 mm. ujung/ puncaknya membulat sedangkan dasarnya menunjuk dengan tajam. Habitat = tumbuh secara soliter atau bergumpal diatas tanah atau pada tangkai tanaman yang membusuk. ciri khas dari spesies ini adalah Peridia yang lebar, halus dan menyerupai lonceng dan peridiola yang besar. Spesies ini menjadi spesies Cyiathus yang paling umum.
  5.  
    Cyathus stercoreus
    Cyathus stercoreus (ditemukan oleh de Toni, 1888). Karakteristiknya adalah awalnya peridia berbentuk menyerupai kendi, kemudian berubah menjadi kerucut terbalik atau menyerupai lonceng dengan tinggi 5–15 mm dan lebar 4–8 mm, meruncing secara perlahan menjadi ramping dan pendek serta melekat kuat ke bagian dasarnya. Bagian luar berwarna cokelat kekuningan, pada awalnya berbulu panjang kemudian menjadi halus dan pendek seiring bertambah tua. Bagian dalam, halus, berwarna timah besinar; mulut tegak atau mengembang, dan bertepi menyeluruh. Peridiola berbentuk lenticular berdiameter 2 mm, halus dan bersinar, berwarna hitam; dan tidak terlalu banyak selaput. Spora berbentuk subgloboset berdiameter 2–4 mm, dinding spora (epispora) tebal berdiameter 3 mm. Habitat = tumbuh secara soliter atau bergumpal pada pupuk, kayu yang membusuk, atau pada tanah, dan kotak-kotak pada rumah kaca.[4]

Sistem Reproduksi sunting

Proses penyebaran spora Jamur Sarang Burung memiliki keunikan tersendiri. Ketika hujan turun, air genangan hujan yang mengenai dinding cangkir bagian dalam mampu mengeluarkan peridiole/ telur tersebut dari cangkir. Setiap peridium terhubung dengan permukaan bagian dalam (interior) cangkir dengan funiculus, yang merupakan tabung berlubang atau selubung di sekeliling tali hifa yang saling terjalin. Ketika peridiole dikeluarkan dari cangkir/ sarang, selubung tali kut keluar, sehingga peridiole membawa di belakangnya tali panjang dan halus yang melekat pada massa lengket benang hifa yang dikenal sebagai hapteron. Sebelum peridiole menyentuh tanah, hapteron dapat bertabrakan dengan ranting sehingga hifa yang digerakkan oleh tali tersebut akan melingkari ranting, menyebabkan peridiole berputar di sekitar ranting hingga sepenuhnya dililit. Dengan cara alami seperti ini, peridiole yang diisi spora dihubungkan dengan sumber makanan potensial untuk miselium baru. Agar spesies jamur ini dapat bereproduksi, dua miselia yang kompatibel harus melakukan kontak; 'perkawinan' sehingga kemudian dapat menghasilkan koloni baru. Namun hanya sedikit sekali spora yang dapat bereproduksi secara seksual. Proses ini dapat menghasilkan dalam peridiol yang terlepasl tidak terlalu jauh dari cangkir induknya, tetapi karena dinding peridiole rusak, sehingga spora di dalamnya ikut hanyut terbawa arus kecil oleh hujan, dan akibatnya akan lebih banyak puing-puing kayu yang terinfeksi oleh miselium Cyathus.[1]

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e f "Cyathus striatus, Fluted Bird's Nest, identification". www.first-nature.com. Diakses tanggal 2020-01-27. 
  2. ^ Stevens, Michael Wood & Fred. "California Fungi: Cyathus olla". www.mykoweb.com. Diakses tanggal 2020-02-02. 
  3. ^ a b c "Cyathus striatus (MushroomExpert.Com)". www.mushroomexpert.com. Diakses tanggal 2020-02-04. 
  4. ^ a b c d G. H., Cunningham (26 Mei 1924). "A Revision of The New Zealand Nidulariales, or "Birds-nest Fungi"". TRANS. N.Z. INST. 55: 64–66. 
  5. ^ Paul, M. Kirk (2008). DICTIONARY of the Fungi 10th Edition. Wallingford: CABI Europe-UK. hlm. 714. ISBN 9780851998268. 
  6. ^ Paul, M. Kirk (2008). DICTIONARY of the Fungi 10th Edition. Wallingford: CABI Europe-UK. hlm. 10. ISBN 9780851998268.