Tanpa anak

(Dialihkan dari Childfree)

Tanpa anak atau bebas anak (Inggris: childfree) adalah sebuah keputusan atau pilihan hidup untuk tidak memiliki anak, baik itu anak kandung, anak tiri, ataupun anak angkat.

Wanita joging dengan anjing di pantai Carcavelos, Portugal. Beberapa orang lebih suka hewan peliharaan daripada anak-anak. Wanita lajang tanpa anak cukup bahagia.[1]

Penggunaan istilah Childfree untuk menyebut orang-orang yang memilih untuk tidak memiliki anak ini mulai muncul di akhir abad 20.

Bagi kebanyakan masyarakat dan dalam sejarah manusia pada umumnya, keputusan untuk menjadi childfree sangatlah sulit dan tidak diharapkan. Ketersediaan alat kontrasepsi yang tepercaya sejalan dengan persiapan matang untuk kehidupan pada hari tua membuat childfree menjadi pilihan di berbagai negara maju meskipun keputusan ini mendapatkan penilaian negatif bagi sebagian masyarakat.

Sejarah sunting

Istilah Childfree dibuat dalam bahasa Inggris di akhir abad ke 20.[2]

St. Augustine sebagai pengikut kepercayaan Maniisme, percaya bahwa membuat anak adalah suatu sikap tidak bermoral, dan dengan demikian (sesuai sistem kepercayaannya) menjebak jiwa-jiwa dalam tubuh yang tidak kekal.[3] Untuk mencegahnya, mereka mempraktikkan penggunaan kontrasepsi dengan sistem kalender.[3]

Keyakinan Umum sunting

Para pendukung gaya hidup childfree (e.g. Corinne Maier, Penulis asal Paris dalam bukunya "No Kids: 40 Reasons For Not Having Children") mengutip beragam alasan[4] dalam pandangan mereka:

  • sudah banyak tanggung jawab sosial dan keluarga, seperti menjadi perawat atau pengasuh utama dari orang tua, saudara atau pasangan yang disabilitas.
  • masalah keuangan[5].
  • kurangnya akses untuk mendukung jaringan dan sumber daya.
  • untuk kesejahteraan pribadi.
  • adanya masalah kesehatan, termasuk kelainan genetik.[6]
  • ketakutan bahwa aktivitas seksual akan berkurang.[7]
  • beragam ketakutan (misalnya, pengalaman disekap atau kekecewaan) sama seperti ketakutan bagi seorang anak.
  • kerusakan atau masalah dalam suatu hubungan.
  • ketakutan akan perubahan fisik akibat kehamilan, pengalaman melahirkan,[8] dan masa pemulihan.

(misalnya berkurangnya daya tarik fisik)

  • keyakinan bahwa seseorang bisa memberikan kontribusi besar pada kemanusiaan lewat usahanya, bukan lewat cara membuat anak.
  • kesadaran akan ketidakmampuannya untuk menjadi orang tua yang sabar dan bertanggungjawab.
  • pandangan bahwa keinginan untuk membuat anak adalah suatu bentuk Narsisisme.
  • tidak ada pasangan yang cocok.
  • keyakinan bahwa adalah suatu tindakkan yang kurang tepat untuk membawa seorang anak yang tidak diinginkan ke dunia ini.
  • keyakinan bahwa adalah suatu tindakan yang kurang tepat untuk sengaja membuat anak sementara di luar ada banyak anak yang butuh diadopsi.
  • kepedulian akan dampak negatif pada lingkungan yang bisa mengancam seperti overpopulasi, pencemaran, dan kelangkaan sumber daya alam.
  • antinatalisme, keyakinan bahwa membuat manusia-manusia baru ke dalam dunia adalah suatu sikap immoral yang dilakukan turun termurun.
  • keyakinan akan kondisi bumi yang terus memburuk ke arah negatif sehingga menolak untuk membawa seorang anak ke dalam situasi yang kian memburuk tersebut (efek pemanasan global, perang, kelaparan), segala peristiwa buruk tersebut dapat membawa anak hidup dalam penderitaan hingga kematian.
  • keyakianan bahwa manusia cenderung memiliki anak karena alasan yang salah. (misalnya, ketakutan, tekanan sosial dari norma atau aturan budaya)
  • mengikuti ajaran agama yang menolak memiliki anak.[9]
  • tidak suka pada anak-anak.
  • ketidakyakinan akan stabilitas hubungan orang tua.
  • tidak tertarik.
  • keyakinan bahwa mereka terlalu tua untuk punya anak
  • orientasi karier.

Data Statistik dan penelitian sunting

Berdasarkan pakar ekonomi David Foot dari University of Toronto, tingkat pendidikan seorang wanita adalah faktor paling penting dalam menentukan apakah dia memutuskan mau punya anak: makin tinggi tingkat pendidikan, makin sedikit keinginan untuk memiliki anak. (atau, jika dia mau, makin sedikit jumlah anak yang ingin dimiliki), secara keseluruhan, para peneliti telah mengobservasi bahwa para pasangan yang childfree lebih berpendidikan, dan mungkin karena hal ini, mereka cenderung ingin dipekerjakan dalam bidang manajemen dan profesional, pada kedua belah pihak atau pasangan untuk mendapatkan penghasilan yang tinggi dan untuk tinggal di area urban. Mereka juga cenderung kurang religius, dan tidak mengikuti aturan peran gender umum yang konvensional.[10]

Pendidikan sunting

Di antara wanita berusia 35 - 44, wanita childfree yang tidak pernah menikah (82.5%) sedangkan wanita childfree menikah (12.9%). Ketika kelompok yang sama dianalisis berdasarkan tingkat pendidikan, meningkatnya level pendidikan berkorelasi dengan meningkatnya keinginan childfree: tidak lulus SMA (13.5%), lulus SMA (14.3%), pendidikan tinggi tanpa gelar (24.7%), Associate Degree (11.4%), S1 (18.2%) dan S2/S3 (27.6%).[11][12]

Budaya Populer sunting

  • Novel Olive (2020) karya Emma Gannon menyertakan beberapa karakter yang tidak memiliki anak secara sukarela.[13][14]
  • Salah satu karakter dari serial televisi True Detective (2014 - 2019) menjunjung tinggi filosofi anti natalis.[15]

Referensi sunting

  1. ^ Oppenheim, Mayha (May 29, 2019). "Unmarried, childless women are happiest people of all, says expert". The Independent. Diakses tanggal May 5, 2023. 
  2. ^ "Definition of CHILD-FREE". www.merriam-webster.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-03-25. 
  3. ^ a b Saint, Bishop of Hippo Augustine (1887). "Chapter 18.—Of the Symbol of the Breast, and of the Shameful Mysteries of the Manichæans". Dalam Philip Schaff. A Select Library of the Nicene and Post-Nicene Fathers of the Christian Church, Volume IV. Grand Rapids, MI: WM. B. Eerdmans Publishing Co. 
  4. ^ Saunders, Doug (2007-09-29). "I really regret it. I really regret having children". The Globe and Mail. Toronto. 
  5. ^ agnesann (2022-05-03). "Pilihan Hidup Childfree? Kesepiankah?". Agnes Ann Luisa (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-19. Diakses tanggal 2022-07-19. 
  6. ^ The Daily Mail: Mail Online, The curse wiping out all my family: Killer disease hits last of widow's five children, Andrew Levy, quote: "Most of her children decided against having families of their own to avoid passing on the disease.
  7. ^ The investigation of voluntarily childless married couples and marital satisfaction.[pranala nonaktif permanen]
  8. ^ Hofberg; Brockington (2000). "Tokophobia: an unreasoning dread of childbirth". British Journal of Psychiatry. 176: 83–85. doi:10.1192/bjp.176.1.83. 
  9. ^ Kent, S.A. "Scientology -- Is this a Religion?". Marburg Journal of Religion. 4 (1): 1999. 
  10. ^ Park, Kristin (August 2005). "Choosing Childlessness: Weber's Typology of Action and Motives of the Voluntarily Childless". Sociological Inquiry. Doi. 75 (3): 372–402. doi:10.1111/j.1475-682X.2005.00127.x. Diakses tanggal 2006-12-12. 
  11. ^ "Children Ever Born per 1,000 Women, Percent Childless, and Women Who Had a Child in the Last Year by Race, Hispanic Origin, Nativity". 2004. 
  12. ^ Basten, S. (2009).
  13. ^ Hampson, Laura (2020-07-23). "Emma Gannon: 'Writing Olive is the hardest thing I've ever done'". Evening Standard (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-03-25. 
  14. ^ "BBC Radio 4 - Woman's Hour - Emma Gannon: I'm made to feel guilty for not having children". BBC (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-03-25. 
  15. ^ "You Didn't Ask To Be Here: Adventures In Antinatalism". Connecticut Public (dalam bahasa Inggris). 2020-07-09. Diakses tanggal 2023-03-25.