Conference of the New Emerging Forces (CONEFO) adalah upaya Presiden Soekarno dari Indonesia untuk menciptakan blok baru "negara-negara berkembang" yang akan menjadi pusat kekuatan alternatif bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan "negara-negara mapan"—sebuah kategori di mana Soekarno memasukkan Amerika Serikat dan Uni Soviet ke dalamnya.[1] Konferensi ini dimaksudkan untuk melanjutkan warisan Konferensi Bandung 1955 dan menegaskan kepentingan Dunia Ketiga dan sikap netral terhadap Perang Dingin.

Konferensi Negara-Negara Berkembang

Conference of the New Emerging Forces  (Inggris)
Member states and observers of CONEFO
  Negara anggota
  Negara pengamat
Markas besarJakarta, Indonesia
TipeOrganisasi internasional
Keanggotaan4 negara anggota
4 negara pengamat
Pendirian
• Didirikan
7 Januari 1965; 60 tahun lalu (1965-01-07)
• Dibubarkan
11 Agustus 1966; 58 tahun lalu (1966-08-11)
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Untuk menjadi tuan rumah CONEFO, Indonesia membangun sebuah kompleks gedung baru di Jakarta dengan bantuan keuangan dari Republik Rakyat Tiongkok.[2] Karena CONEFO tidak pernah bertemu, kompleks ini – yang sekarang disebut gedung MPR/DPR/DPD – menjadi tempat kedudukan parlemen nasional Indonesia.[3]

CONEFO secara resmi didirikan pada tanggal 7 Januari 1965, setelah pemerintah Soekarno menolak Malaysia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada saat Indonesia mendeklarasikan konflik tingkat rendah yang disebut Konfrontasi terhadap Malaysia. Soekarno yang marah mengeluarkan Indonesia dari PBB dan membentuk organisasi dunia tandingan.[3] Ia telah mengambil langkah serupa pada tahun 1963 ketika ia menciptakan Games of the New Emerging Forces (GANEFO) sebagai alternatif dari Olimpiade.

CONEFO dibubarkan pada tanggal 11 Agustus 1966 oleh Jenderal Soeharto, yang telah menggulingkan Soekarno dari kekuasaan.

Negara anggota CONEFO

sunting

Anggota

sunting

Pengamat

sunting

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Redfern 2010, hlm. 372.
  2. ^ JakartaGreater 2015.
  3. ^ a b Redfern 2010, hlm. 379.