Bhanu adalah nama seorang pemimpin Wangsa Sailendra yang berkuasa di Jawa Tengah. Beberapa literatur menyebut tahun pemerintahannya adalah 752775. Namun, rentang waktu ini hanya bersifat dugaan yang kebenarannya perlu pembuktian.

Kisah Hidup sunting

Nama Bhanu ditemukan dalam Prasasti Plumpungan sebagai seorang pemimpin yang memberikan tanah perdikan di desa Hampran, di daerah Trigramwyama (sekarang Salatiga) pada tanggal 24 Juli 750. Penganugerahan ini dilakukan demi kebaktian terhadap Sang Isa, dengan persetujuan dari Sang Siddhadewi. Prasasti tersebut ditemukan di desa plumpungan, Salatiga.

Pada masa pemerintahan Bhanu terdapat tokoh lain, yang mungkin hidup sezaman, yaitu Sanjaya raja pertama Kerajaan Medang periode Jawa Tengah (atau lazim disebut Kerajaan Mataram Kuno). Tokoh ini mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732. Menurut teori Slamet Muljana, seorang anggota Wangsa Sailendra bernama Rakai Panangkaran akhirnya berhasil merebut takhta Kerajaan Medang dan mengalahkan Wangsa Sanjaya.

Apabila teori ini benar, maka dapat diperkirakan adanya hubungan kekerabatan antara Bhanu dengan Rakai Panangkaran. Bisa jadi mereka adalah ayah dan anak, atau mungkin kakak dan adik. Rakai Panangkaran sendiri memiliki nama asli Dyah Pancapana sehingga kecil kemungkinannya kalau ia identik dengan Bhanu.

Tahun Pemerintahan sunting

Pada umumnya, Bhanu dianggap sebagai raja pertama Wangsa Sailendra yang memerintah pada tahun 752775. Padahal prasasti itu sama sekali tidak menyebut Bhanu sebagai raja. Kemungkinan besar, Bhanu hanya menjabat sebagai penguasa daerah bawahan pada pemerintahan Sanjaya.

Prasasti Plumpungan yang dikeluarkan Bhanu merupakan prasasti bertuliskan aksara Jawa Kuno tertua yang pernah ditemukan. Sementara itu ditemukan pula prasasti Sojomerto yang menyebut adanya nama Dapunta Selendra yang juga diduga kuat merupakan cikal bakal Wangsa Sailendra. Prasasti tersebut berbahasa Melayu Kuno. Tidak jelas apakah tokoh Dapunta Selendra ini identik dengan Bhanu.

Sementara itu tahun pemerintahan Bhanu yang secara populer dianggap berlangsung pada 752 – 775 masih merupakan dugaan dan belum jelas kebenarannya.

Alasan pertama ialah, tahun 752 merupakan tahun dikeluarkannya Prasasti Plumpungan. Tidak ada bukti kuat bahwa prasasti ini adalah prasasti pertama yang dikeluarkan oleh Bhanu. Mungkin saja Bhanu sudah memerintah sebelum tahun 752.

Alasan kedua ialah, tahun 775 adalah tahun dikeluarkannya prasasti Ligor oleh Maharaja Wisnu yang dianggap sebagai pengganti Bhanu. Dengan alasan yang sama, belum tentu Wisnu naik takhta pada tahun tersebut.

Alasan ketiga ialah, tidak ada bukti yang kuat kalau Wisnu adalah pengganti Bhanu. Mungkin saja ada raja lain yang memerintah di antara mereka, yang sampai saat ini belum ditemukan prasastinya.

Slamet Muljana berpendapat, anggota Wangsa Sailendra pertama yang berhasil menjadi raja ialah Rakai Panangkaran, bukan Bhanu. Menurut teorinya, Rakai Panangkaran berhasil mengalahkan keluarga Sanjaya dan merebut takhta Kerajaan Medang. Rakai Panangkaran kemudian digantikan Dharanindra yang juga dijuluki sebagai Maharaja Wisnu.

Kepustakaan sunting

  • Poesponegoro & Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka
  • Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
  • Slamet Muljana. 2006. Sriwijaya (terbitan ulang 1960). Yogyakarta: LKIS
Didahului oleh:
-
Raja Mataram (Wangsa Syailendra)
752—775?
Diteruskan oleh:
Wisnu