Kodok Belentung
Kodok belentung, Kaloula baleata, dari Gunung Betung, Bandar Lampung, Lampung
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
K. baleata
Nama binomial
Kaloula baleata
(Müller in Oort and Müller, 1833)

Belentung atau belentuk adalah nama sejenis kodok kecil yang bersuara nyaring. Karena bunyi dengkungnya itu, banyak orang yang menyangka hewan ini bertubuh besar (lihat misalnya pada KBBI[1]). Orang Jakarta menyebutnya kodok blentung, sedangkan orang Jawa menamainya kintel. Beraneka nama disematkan dalam bahasa Inggris: Brown Bullfrog, Gamelan Frog (karena dengkungnya merdu bersahut-sahutan), Muller's Narrowmouth Toad, Smooth-fingered Narrow-mouthed Frog, Red Spotted Chubby Frog (merujuk pada ciri-ciri tubuhnya), atau Flower Pot Toad (karena kebiasaannya bersembunyi di pot bunga). Nama ilmiahnya adalah Kaloula baleata, dan termasuk ke dalam suku Microhylidae.

Pengenalan sunting

 

Kodok yang bertubuh kecil sedang, bulat (Jw., buntek) licin dengan kaki-kaki yang pendek. Hewan jantan dewasa dengan panjang tubuh dari moncong ke anus (SVL, snout-to-vent length) sampai sekitar 60 mm, yang betina lebih besar sedikit hingga 65–66 mm.[2][3] Kepala melebar, dengan moncong yang pendek. Timpanum (gendang telinga) tersembunyi di bawah kulit. Jari tangan panjang dan memipih datar di muka, serupa spatula, membentuk hurut T sempit. Ujung jari kaki menumpul. Selaput renang di kaki panjangnya hanya sekitar sepertiga jari, mencapai bintil subartikuler tengah di bawah jari kaki keempat.

 

Punggung (dorsal) berwarna cokelat, cokelat keemasan, cokelat kehitaman atau keabu-abuan gelap; kadang-kadang dengan pola-pola simetris. Di ketiak tungkai depan dan belakang terdapat noktah berwarna jingga, merah atau merah jambu mencolok, yang dalam posisi normal biasanya tidak tampak karena tertutupi oleh lipatan kulit. Sisi bawah tubuh (ventral) licin, cokelat keunguan dengan bercak-bercak keputihan, atau sebaliknya, abu-abu keputihan bebercak gelap kehitaman. Kulit berbintil halus namun lunak, tidak kasar bila diraba, sedikit berkerut merut dan kendur. Terasa licin, kodok belentung mudah menggelincir apabila digenggam, dan meninggalkan sekret berupa mukus (lendir) yang lengket di tangan. Sering pula kodok ini menggembungkan badannya apabila merasa terganggu.

Kebiasaan dan penyebaran sunting

 
Sepasang bintik jingga di ketiak kaki belakang

Seperti halnya bangkong kolong, kodok belentung hanya bisa melompat pendek-pendek. Akan tetapi hewan ini pandai memanjat pohon atau perdu. Untuk keperluan itu, jari-jari kaki depannya dan beberapa di kaki belakangnya dilengkapi dengan bantalan pelekat. Merayap dengan perlahan-lahan, kintel dapat mencapai lekukan dahan atau lubang kayu yang lembap hingga sekitar 2 m di atas tanah, di mana ia menyembunyikan diri. Pada siang hari kodok ini tidak aktif dan tidur di lubangnya di pohon, rekahan tanah atau di balik tumpukan serasah yang lembap.

Habitat alaminya termasuk hutan primer, hutan sekunder dan lahan bekas tebangan. Di Jawa, kodok belentung banyak ditemukan di sekitar kebun pekarangan, terutama dekat parit dan belumbang, sampai ketinggian sekitar 1.000 m dpl.[3] Meski demikian, kodok ini tidak menyebar merata, melainkan melimpah pada daerah tertentu dan tidak didapati pada daerah lainnya. Tidak jarang kodok ini bersembunyi di bawah atau di dalam pot bunga di halaman atau beranda rumah.

Pada hari-hari hujan, kodok belentung ramai berbunyi nyaring di sore hari, bahkan sebelum hari gelap, khususnya jika hujan deras turun di siang harinya. Bersuara merdu, beberapa kodok jantan biasanya mendengkung bersahut-sahutan sambil mengapung berdekatan di genangan air yang dangkal, kolam, atau saluran air yang tersumbat. Bunyinya: “them.. dung, them.. dung” (bunyi pertama terdengar seperti them, phem, atau bleen.. disahuti dengan thung, atau dung dari individu yang lain); agaknya dari sinilah kodok ini memperoleh namanya. Kodok-kodok ini menggembungkan perutnya sambil berenang terapung, lalu memompakan sebagian udara di perutnya itu ke kantung suara di lehernya untuk mendapatkan bunyi dengkung yang nyaring dan keras.

Belentung menyebar luas mulai dari Thailand selatan, Kep. Andaman, Semenanjung Malaya, Sumatra, Borneo, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi.

Jenis yang berkerabat sunting

Belentung kembang, Kaloula pulchra, dibedakan melalui:

  • Warna tubuh – K. pulchra memiliki pita atau jalur lebar berwarna cerah atau jingga pucat di sisi samping (lateral) tubuhnya, yang menjadikannya tampak cantik. Pada K. baleata, pita ini tidak ada atau kalaupun ada kabur bentuknya, tersisa berupa deretan noktah cokelat pucat yang kurang beraturan.
  • Selaput jari kaki – K. baleata berselaput renang hingga sepertiga jari, di mana pada sisi dalam jari keempat selaput mencapai bintil sub-artikular tengah; dan tiga ruas teratas pada jari keempat ini bebas selaput. Pada K. pulchra selaput ini jauh menyusut, tidak melewati bintil sub-artikular pertama, sehingga jari kaki keempatnya memiliki empat ruas yang bebas selaput.[2]

Rujukan sunting

  1. ^ Pusat Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Balai Pustaka, Jakarta. Hal 126
  2. ^ a b Inger, R.F. 1966. The Systematics and zoogeography of the amphibia of Borneo. Fieldiana (Zool.) 52:1-402
  3. ^ a b Iskandar, D.T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali. Puslitbang Biologi LIPI, Bogor. hal. 54-55

Pranala luar sunting