Baning sulawesi

(Dialihkan dari Baning Sulawesi)
Baning sulawesi
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
I. forstenii
Nama binomial
Indotestudo forstenii
(Schlegel & Müller, 1844)
Sinonim
  • Testudo forstenii Schlegel & Müller, 1844[1]
  • Geochelone forsteni Pritchard, 1967

Sumber: The Reptile Database[2]

Baning sulawesi (Indotestudo forstenii) adalah sejenis kura-kura darat dari Sulawesi. Hewan ini menyebar cukup luas mulai dari wilayah perbukitan Lembah Palu sampai sekitar Gorontalo. Dalam bahasa Inggris kura-kura ini dikenal sebagai Forsten’s Tortoise atau Sulawesi Tortoise.

Status taksonomi dan konservasi sunting

Iskandar (2000)[3] menyebutkan bahwa jenis ini identik dengan kerabatnya dari India, Indotestudo travancorica. Oleh sebab itu sebagian pakar pada mulanya mengira bahwa baning ini merupakan jenis introduksi. Akan tetapi mengingat sebarannya yang cukup luas di Sulawesi, kura-kura ini bisa jadi merupakan jenis yang tersendiri. Belakangan, studi yang dilakukan oleh Iverson dkk. (2001)[4] membuktikan hal ini.

Meski demikian, dari segi kelestarian jenis, daerah sebaran seluas itu masih terhitung sempit. Habitat baning sulawesi adalah hutan musim dan pamah campuran. Habitatnya di perbukitan Lembah Palu dicirikan oleh adanya dominasi tumbuhan centong duri (Opuntia nigricans, Euphorbiaceae).

Ditambah dengan keadaan populasinya yang tidak seberapa, baning sulawesi dikategorikan mudah terancam punah. Terutama oleh ancaman eksploitasi yang berlebihan dan kehilangan habitat. Oleh sebab itu IUCN memasukkan baning sulawesi ke dalam status Endangered (EN, Genting),[5] dan CITES memasukkannya ke dalam Appendiks II.[6] Dalam pada itu hewan ini belum dilindungi oleh undang-undang RI, meskipun kerabat dekatnya, baning cokelat (Manouria emys) telah dilindungi.[7]

Catatan kaki sunting

  1. ^ Schlegel, H. & S. Müller. (1844). "Over de Schildpadden van den Indischen Archipel, en beschrijving eener nieuwe soort van Sumatra". In: C.J. Temminck. (1839-1847). Verhandelingen over de natuurlijke geschiedenis der Nederlandsche overzeesche bezittingen, Afd. 3 Zoologie, p. 30. Leiden :in commissie bij S. en J. Luchtmans en C.C. van der Hoek, 1839-1844.
  2. ^ The Reptile Database: Indotestudo forstenii (Schlegel & Müller, 1844); diakses 22/11/2020
  3. ^ Iskandar, D.T. (2000). Kura-kura dan Buaya Indonesia & Papua Nugini. Bandung: Penerbit ITB. ISBN 979-96100-0-1. Hal. 137.
  4. ^ Iverson, John B., Phillip Q. Spinks, H. Bradley Shaffer, William P. McCord & Indraneil Das. (2001). "Phylogenetic relationships among the Asian tortoises of the genus Indotestudo (Reptilia: Testudines: Testudinidae)". Hamadryad 26(2):271-4[pranala nonaktif permanen]
  5. ^ Asian Turtle Trade Working Group. (2000). Indotestudo forstenii. The IUCN Red List of Threatened Species 2000: e.T10825A3219524. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2000.RLTS.T10825A3219524.en. Diakses 22 November 2020.
  6. ^ CITES. (2020). Appendices I, II and III valid from 28 August 2020. p.45.
  7. ^ KLHK. (2018). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang "Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang Dilindungi". Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI[pranala nonaktif permanen]. Diakses 22 November 2020. (Lampiran hlm. 25 no. 718)

Bacaan lanjut sunting

Pranala luar sunting