Bangau
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Subkelas:
Infrakelas:
Superordo:
Ordo:
Ciconiiformes
Famili:
Ciconiidae

Gray, 1840
Genera

Anastomus
Ciconia
Ephippiorhynchus
Jabiru
Leptoptilos
Mycteria

Bangau atau disebut juga bango adalah sebutan untuk burung dari keluarga Ciconiidae.[1] Badan berukuran besar, berkaki panjang, berleher panjang namun lebih pendek dari burung Kuntul yang mempunyai paruh yang besar, kuat dan tebal.

Bangau bisa dijumpai di daerah beriklim hangat. Habitat di daerah yang lebih kering dibandingkan burung Kuntul dan Ibis. Makanan berupa Katak, ikan, serangga, cacing, burung kecil dan mamalia kecil dari lahan basah dan pantai.

Bangau tidak memiliki organ suara syrinx sehingga tidak bersuara. Paruh yang diadu dengan pasangannya merupakan cara berkomunikasi menggantikan suara panggilan.

Bangau merupakan burung pantai migran, terbang jauh dengan cara melayang memanfaatkan arus udara panas sehingga dapat menghemat tenaga. Foto burung Bangau yang sedang terbang oleh Ottomar Anschütz (1884) menjadi inspirasi Otto Lilienthal untuk membuat glider yang digunakan untuk terbang layang pada akhir abad ke-19.

Bangau merupakan burung yang berat dengan rentang sayap yang lebar. Spesies Leptoptilos crumeniferus dari Afrika mempunyai rantang sayap 3,2 meter, sehingga dijuluki sebagai "burung darat dengan rentang sayap terpanjang di dunia" bersaingan dengan burung Kondor dari Pegunungan Andes

Sarang digunakan untuk beberapa tahun, berukuran sangat besar, diameter hingga 2 meter. dan kedalaman sarang 3 meter. Bangau pernah dikira monogami, tetapi ternyata tidak selalu benar. Bangau cenderung setia pada sarang dan pasangannya, tetapi mungkin juga berganti pasangan sehabis migrasi atau pergi bermigrasi tanpa ditemani pasangannya.

Badan yang berukuran besar, bersifat monogami, dan kesetiaan pada tempat bersarang menjadikan burung Bangau sering dijadikan simbol pembawa kebahagiaan di dalam banyak kebudayaan dan mitologi.

Morfologi sunting

Ukuran bangau bervariasi, mulai dari marabou yang memiliki tinggi 152 cm dan berat 8,9 kg hingga bangau Abdim, yang tingginya hanya 75 cm dengan berat hanya 1,3 kg. Hewan ini juga memiliki dimorfisme seksual dalam ukuran, dimana jantan lebih besar hingga 15% dari betina di beberapa spesies (misalnya bangau paruh pelana), namun hampir tidak ada perbedaan dalam bentuk fisik. Perbedaannya hanya terdapat pada warna iris mata kedua spesies pada genus Ephippiorhynchus.[2]

Spesies sunting

Simbolisme sunting

Bangau berwarna putih (Ciconia ciconia) adalah lambang kota Den Haag di Belanda dan lambang tidak resmi negara Polandia yang memiliki 25 persen dari keseluruhan jenis Bangau.

Dalam kebudayaan Barat, burung Bangau digunakan sebagai lambang kelahiran bayi. Cerita tentang kelahiran bayi yang dibawa oleh burung bangau merupakan dongeng sebelum tidur dari negeri Belanda dan Jerman sebelah utara. Bangau yang bersarang di atap rumah dipercaya sebagai keberuntungan dan penghuninya akan diberkahi kebahagiaan.

Di zaman Victoria, di saat perbincangan mengenai fungsi reproduksi masih dianggap tabu, pertanyaan anak kecil tentang asal usul kelahiran bayi dijawab dengan dongeng kedatangan bayi yang dibawa burung Bangau.

Dalam kebudayaan populer, burung Bangau sering digambarkan terbang membawa bayi beralaskan sehelai kain yang ujung-ujungnya terikat dan digantung pada paruh. Di bibir atas, kelopak mata atas, dan bagian tengkuk bayi yang baru dilahirkan sering dijumpai bercak berwarna merah jambu kemerahan yang dipercaya sebagai bekas jepitan paruh burung Bangau. Bercak ini disebut salmon patch yang merupakan tanda lahir vaskuler yang akan hilang sendiri.

Galeri sunting

Pranala luar sunting


Referensi sunting

  1. ^ Parker, Sybil, P (1984). McGraw-Hill Dictionary of Biology. McGraw-Hill Company. 
  2. ^ Del Hoyo, Josep (1992). Handbook of the Birds of the World – Volume 1: Ostrich to Ducks. Lynx Edicions. ISBN ISBN 84-87334-10-5. Periksa nilai: invalid character |isbn= (bantuan).