Bahasa Sunda Tangerang

dialek bahasa Sunda

Bahasa Sunda Tangerang adalah salah satu varietas bahasa Sunda yang umumnya dituturkan di sebagian wilayah Kabupaten Tangerang. Bahasa ini memiliki beberapa karakteristik tersendiri bila dibandingkan dengan bahasa Sunda lulugu (baku). Meskipun begitu, secara umum, perbedaan bahasa Sunda Tangerang dengan bahasa Sunda baku hanya sebatas perbedaan kosakata.[5] Pada umumnya, bahasa Sunda Tangerang tidak mengenal tingkatan berbahasa.[6]

Bahasa Sunda Tangerang
Bahasa Sunda Tangerang
ᮘᮠᮞ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮒᮍᮨᮛᮀ
Sampul buku Struktur Bahasa Sunda Dialek Tangerang, terbitan 1989.
Pengucapanbahasa sʊnda taŋəraŋ/taŋgəraŋ
Dituturkan diIndonesia
Wilayah
EtnisSunda Banten
Tionghoa Benteng
Penutur
Kode bahasa
ISO 639-3
Glottologtang1385
QIDQ65300071
Status konservasi
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
ICHEL Red Book: Vulnerable

Sunda Tangerang diklasifikasikan sebagai bahasa rentan (VU) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan

Referensi: [3][4]

Lokasi penuturan
Peta distribusi bahasa Sunda Tangerang per-kecamatan di wilayah Tangerang Raya dengan legenda:
Dialek Tangerang sebagai mayoritas
Dialek Tangerang sebagai minoritas
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
 Portal Bahasa
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B • PW
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Klasifikasi dan persebaran sunting

Bahasa Sunda Tangerang secara geografis dapat dikelompokkan sebagai bahasa Sunda Pesisir Utara.[2] Daerah pakai bahasa Sunda di Tangerang Raya meliputi desa Bugel, Babakanasem, Rawa Boni, Karet, Keroncong, Binong, Panunggangan Barat, Kademangan, Keranggan, Pakulonan, Lengkong Karya, Lengkong Wetan, Lengkong Gudang, Cilenggang, Dangdang, Suradita, Malang Nengah, Pagedangan, Bojongnangka, Ranca Kalapa, Peusar, Pasir Gadung, Sindangsih, Kotabumi, Sindangpanon, Sukatani, Rajeg, Rawa Kidang, Kemiri, Jengkol, Buniayu, Dangdeur, Carenang, Cisereh, Sodong, Taban, Bantarpanjang, Cikasungka, dan Cikuya.[7]

Fonologi sunting

Dalam bidang fonologi atau tata bunyi. Bahasa Sunda Tangerang tidak jauh berbeda dengan bahasa Sunda baku. Unsur yang berbeda menyangkut fonem suprasegmental berupa intonasi panjang pada akhir kata. Fonem segmental berupa vokal, konsonan, dan gugus konsonan sama dengan bahasa Sunda baku. Hal yang berbeda dengan bahasa Sunda baku menyangkut perubahan vokal /ɨ/ ⟨eu⟩ pada beberapa kosakata bahasa Sunda baku menjadi /a/ pada bahasa Sunda Tangerang seperti pada kata berikut.[8]

  1. ceukcak 'berkata'

Vokal /u/ berubah menjadi /o/ seperti pada kata:

  1. daundaon 'daun'

Perubahan juga terjadi pada konsonan /d/, /k/, /n/ menjadi /dʒ/ ⟨j⟩, /h/, /ɲ/ ⟨ny⟩ pada kata:

  1. daja 'ternyata, karena'
  2. kajeunhajeun 'masa bodoh'
  3. neuleunyeuleu 'melihat'

Perbedaan lain juga menyangkut penambahan konsonan /h/ pada akhir kata pada kata:

  1. (o)géh 'juga'
  2. seuneuseuneuh 'api'

Penambahan konsonan /d/ pada kata:

  1. coétcodét 'wadah dari batu untuk menggiling cabai, sambal, dan lain-lain.'

Penambahan (e)n di awal kata:

  1. deukendeuk 'akan'

Penghilangan konsonan /h/ pada kata:

  1. henteuenteu 'tidak'

Selain perubahan, perbedaan, penambahan dan penghilangan, ditemukan pula penyingkatan kata (kontraksi) seperti pada kata:

  1. kawaskos
  2. lebahbah

Morfologi sunting

Dalam bidang morfologi atau tata bentuk, bahasa Sunda Tangerang sama dengan bahasa Sunda baku. Dari segi afiks (imbuhan) dalam bahasa Sunda Tangerang ditemukan pula prefiks (awalan) sebagai berikut.[9]

Prefiks sunting

N- contoh: N- + deuleu nyeuleu 'melihat'
nga- contoh: nga- + dahar ngadahar 'memakan'
nyang- contoh: nyang- + hareup nyanghareup 'menghadap'
ba- contoh: ba- + labuh balabuh 'berlabuh'
pa- contoh: pa- + tani patani 'petani'
sa- contoh: sa- + modél samodél 'seperti'
di- contoh: di- + ala diala 'dipetik'
ka- contoh: ka- + rasa karasa 'terasa'

Infiks sunting

-ar-/-al- contoh: -ar- + wani warani 'berani' ('jamak')
-al- + lumpat lalumpat 'berlari' (jamak)

Sufiks sunting

-an contoh: dagang + -an dagangan 'dagangan'
-eun contoh: sieun + -eun sieuneun 'merasa takut'
-keun contoh: carita + -keun caritakeun 'ceritakan'
-(a)na contoh: tahap + -(a)na tahapana 'tahapannya'

Konfiks sunting

nga- + -an contoh: nga- + boga + -an ngabogaan 'mempunyai'
nga- + -na contoh: nga- + bagi + -na ngabagina 'membaginya'
nga- + -eun contoh: nga- + jarah + -eun ngajaraheun 'menziarahi'
nga- + -keun contoh: nga- + kawin + -keun ngawinkeun 'menikahkan'
nga- + -keun(a)na contoh: nga- + ragag -keun(a)na ngaragagkeunana 'menjatuhkannya'
di- + -an contoh: di- + beuleum + -an dibeuleuman 'dibakar (jamak)'
di- + -keun contoh: di- + jadi + -keun dijadikeun ‘dijadikan'
ka- + -an contoh: ka- + sieun + -an kasieunan 'ketakutan'
pa- + -an contoh: pa- + sawah + -an pasawahan 'pesawahan'
pang- + -na contoh: pang- + kolot + -na pangkolotna 'pangkolotna'

Reduplikasi sunting

Demikian pula dalam hal reduplikasi (pengulangan), dalam bahasa Sunda Tangerang ditemukan reduplikasi berupa:

dwimurni contoh: korsi 'kursi' korsi-korsi 'kursi'
dwireka contoh: balik ‘pulang’ bulak-balik 'pulang-pergi'
dwipurwa contoh: kolot ‘tua’ kokolot 'yang dituakan'
dwipurma bertafiks contoh: ilu 'ikut’ pipilueun 'ikut-ikutan'

Sintaksis sunting

Dalam bidang sintaksis, bahasa Sunda Tangerang juga menunjukkan kesamaan dengan bahasa Sunda baku. Sebuah penelitian memperoleh data struktur frasa dengan inti di depan dan pewatas mengikutinya, seperti:[10]

di dinya 'di situ'
nu asli 'yang asli'
tilu urang 'tiga orang'

Kata depan (preposisi) di 'di', relator nu 'yang', dan kata bilangan (numeralia) tilu 'tiga' masing-masing sebagai inti. Struktur ini dapat memberikan gambaran umum struktur yang lebih luas, yaitu klausa dan kalimat.[10]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

Catatan kaki sunting

  1. ^ Hammarström, Forkel & Haspelmath (2023).
  2. ^ a b Sobarna et al. (2022), hlm. 51.
  3. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  4. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  5. ^ Sobarna et al. (2022), hlm. 48-49.
  6. ^ Sobarna et al. (2022), hlm. 51-52.
  7. ^ Sobarna et al. (2022), hlm. 49-50.
  8. ^ Sobarna et al. (2022), hlm. 52-53.
  9. ^ Sobarna et al. (2022), hlm. 53-54.
  10. ^ a b Sobarna et al. (2022), hlm. 54.

Daftar pustaka sunting

Pranala luar sunting