Bahasa Gāndhārī

bahasa dari India

Bahasa Gāndhārī adalah bahasa yang berasal dari abad ke-3 SM hingga 4-SM dan ditemukan pada wilayah barat laut Gandhāra. Bahasa ini mempergunakan aksara Kharoṣṭhi. Nama Gāndhārī sendiri merupakan nama modern yang pertama kali digunakan oleh ilmuwan Harold Walter Bailey tahun 1946. Bahasa Gandhari juga digunakan di Asia Tengah dan ditemukan juga pada beberapa prasasti di Luoyang dan Anyang. Bahasa Gandhari merupakan turunan atau kerabat dekat dari bahasa Sanskerta Weda.

Bahasa Gandhari
WilayahGandhāra
Era+ abad 1 M
Kharoṣṭhī
Kode bahasa
ISO 639-3pgd
GlottologTidak ada
QIDQ3124623
Status konservasi
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
ICHEL Red Book: Extinct

Gandhari diklasifikasikan sebagai bahasa yang telah punah (EX) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan

Referensi: [1][2]
 Portal Bahasa
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B • PW
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Pahatan batu dengan aksara Kharosthi di bagian bawahnya yang ditemukan di Gandhara, Pakistan.

Bahasa Prakerta Gandhari muncul di uang logam, pahatan, dan naskah seperti Naskah Buddhis Gandhāra. Bahasa ini dikenal di penutur bahasa Prakerta dengan fonologi kunonya, dari isolasinya terhadap pengaruh Timur Dekat kuno dan wilayah Laut Tengah, serta penggunaan aksara Kharosthi yang merupakan kerabat dari aksara Brahmi.

Bahasa Gandhari merupakan sebuah bahasa dari rumpun bahasa Indo-Arya zaman pertengahan akhir. Bahasa Gandhari merupakan bahasa Prakerta dengan ciri khas tertentu yang membedakannya dari bahasa Prakerta lainnya. Secara fonetis, bahasa Gandhari masih membedakan bunyi-bunyi desis s, ś, dan ṣ yang hanya diwakili oleh [s] di bahasa Prakerta lainnya. Perubahan tersebut dinilai merupakan salah satu perubahan paling awal di bahasa Indo-Arya Pertengahan.[3] Gandhari juga mempertahankan beberapa gugus konsonan di bahasa Indo-Arya Lama, terutama gugus konsonan yang memiliki v dan r.[4] Selain itu, konsonan intervokal dari bahasa Indo-Arya Lama th dan dh pada awalnya ditulis dengan huruf khusus (ditulis oleh ilmuwan sebagai s dengan garis bawah) yang digunakan bergantian dengan s, menunjukkan adanya perubahan suara yang kemungkinan adalah konsonan desis gigi bersuara ð dan perubahan kembali menjadi z lalu s.[5] Aksara Kharosthi tidak membedakan antara bunyi vokal panjang dan pendek sehingga rincian dari bunyi tersebut tidak diketahui di bahasa Gandhari.[6]

Fonologi sunting

Secara umum, bahasa Gandhari merupakan bahasa Prakerta Pertengahan dari rumpun bahasa Indo-Arya. Bahasa Gandhari baru memunculkan ciri bahasa Prakerta Akhir pada abad pertama Masehi.[7] Karakteristik fonetis bahasa Prakerta Pertengahan adalah melemahnya konsonan intervokal dengan pemendekan bunyi vokal dan penyuaraan konsonan seperti berubahnya k menjadi g. Bunyi yang hilang paling cepat adalah bunyi konsonan gigi yang mulai hilang seluruhnya bahkan sebelum periode akhir dengan perubahan t > 0 seperti pada *pitar > piu. Sebaliknya, konsonan retrofleks dipertahankan.[8] Terdapat pula hilangnya pembedaan antara konsonan henti aspiratif dan biasa yang merupakan hal yang tidak umum di bahasa Indo-Arya.[9]

Tata bahasa sunting

Tata bahasa Gandhari sulit untuk dianalisis. Bagian akhir dari kata menjadi tidak jelas bukan hanya karena hilangnya konsonan akhir dan penyederhanaan gugus bunyi namun juga dengan melemahnya bunyi vokal akhir seperti disebutkan oleh Barnard (1999), "hingga hal tersebut tidak dibedakan sama sekali".[10] Terdapat pula sistem kasus yang belum sempurna.[11]

Naskah agama Buddha dalam bahasa Gāndhāri sunting

Hingga tahun 1994, naskah bahasa Gāndhāri yang tersedia bagi para ilmuwan hanyalah sebuah naskah kulit kayu keagamaan Buddha yaitu Dharmapāda. Naskah tersebut ditemukan di Kohmāri Mazār di dekat Hotan, Xinjiang pada tahun 1893. Mulai tahun 1994, sejumlah besar 70 serpihan naskah Buddha,[12] ditemukan di daerah Afganistan dan Pakistan. Penemuan tersebut mencakup:[13]

  • 29 serpihan gulungan kulit kayu yang berisi bagian-bagian Dharmapada, Anavatapta Gāthā, Sūtra Badak, Sangitiparyaya dan beberapa sutra Ekottara Āgama, kini koleksi British Library.
  • 129 serpihan naskah daun lontar koleksi Schøyen, 27 serpihan naskah lontar koleksi Hirayama, dan 18 serpihan naskah koleksi Hayashidera yang berisi Mahāyāna Mahāparinirvāṇa Sūtra dan Bhadrakalpikā Sūtra.
  • 24 gulungan kulit kayu dari koleksi Senior berisi beberapa sutra dan Anavatapta Gāthā.
  • 8 serpihan naskah gulungan kulit kayu dan 2 serpihan kecil dari gulungan lain koleksi University of Washington kemungknan berisi naskah Abhidharma.

Referensi sunting

  1. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  2. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  3. ^ Masica 1993, hlm. 169.
  4. ^ Barnard 1999, hlm. 110.
  5. ^ Barnard 1999, hlm. 121.
  6. ^ Barnard 1999, hlm. 124.
  7. ^ Barnard 1999, hlm. 125.
  8. ^ Barnard 1999, hlm. 125-6.
  9. ^ Barnard 1999, hlm. 127.
  10. ^ Barnard 1999, hlm. 130.
  11. ^ Barnard 1999, hlm. 132.
  12. ^ http://ebmp.org/ The Early Buddhist Manuscripts Project
  13. ^ Salomon 2006.

Bacaan lebih lanjut sunting

  • Yu. V. Gankovsky, The Peoples of Pakistan: An Ethnic History. Diterjemahkan oleh Igor Gavrilov (Lahore: Peoples' Publishing House, 1964)
  • The Gāndhārī Dharmapada

Lihat pula sunting