Badak NGL

perusahaan asal Indonesia

PT Badak NGL (berbisnis dengan nama Badak LNG) adalah anak usaha dari Pertamina Hulu Energi yang bergerak di bidang produksi LNG dan LPG. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, perusahaan ini memiliki kilang di Bontang dan kantor perwakilan di Balikpapan.[3][4]

PT Badak NGL
Badak LNG
Perseroan terbatas
IndustriGas alam
Didirikan26 November 1974; 49 tahun lalu (1974-11-26)
Kantor
pusat
Jakarta Pusat, DKI Jakarta
Wilayah operasi
Indonesia
Tokoh
kunci
Achmad Khoiruddin[1]
(Direktur Utama)
Daniel S. Purba[2]
(Komisaris Utama)
ProdukLNG dan LPG
PendapatanPenurunan US$ 10,632 juta (2022)[3]
Kenaikan US$ 1,655 juta (2022)[3]
Total asetPenurunan US$ 47,739 juta (2022)[3]
Total ekuitasKenaikan US$ 4,433 juta (2022)[3]
PemilikPertamina Hulu Energi (55%)
VICO Indonesia (20%)
Pertamina Pedeve (15%)
Total E&P Indonesie (10%)
Karyawan
Penurunan 661 (2022)[3]
Anak
usaha
Badak Chiyoda Enerproco LLC.
Situs webwww.badaklng.com

Kilang milik perusahaan ini di Bontang memiliki 8 train yang dirancang dapat memproduksi LNG sebanyak 22,5 juta metrik ton per tahun, sehingga menjadikan perusahaan ini sebagai produsen LNG terbesar di Indonesia.

Sejarah sunting

Awal mula sunting

Perusahaan ini memulai sejarahnya pada bulan Februari 1972, saat Huffco (kini VICO Indonesia), sebuah perusahaan kontraktor migas yang menjalin PSC dengan Pertamina, berhasil menemukan cadangan gas alam raksasa di Lapangan Muara Badak, Kalimantan Timur. Sebelumnya juga berhasil ditemukan cadangan gas alam raksasa serupa di Lapangan Arun, Aceh oleh ExxonMobil.[4] Sebelum ditemukan di Arun dan Badak, cadangan gas alam juga berhasil ditemukan di Pulau Bunyu dan di dekat Palembang, tetapi jumlah cadangannya tidak memadai untuk dieksploitasi lebih lanjut.

Saat itu, bisnis LNG belum banyak dikenal dan baru ada empat kilang LNG di seluruh dunia yang masing-masing baru beroperasi selama 3-4 tahun. Walau tanpa pengalaman sebelumnya di bidang LNG, Pertamina dan Huffco kemudian sepakat untuk mengembangkan proyek ini agar dapat mengekspor LNG dalam jumlah besar. Pertamina, Mobil Oil, dan Huffco lalu berusaha menawarkan produk potensial dari proyek ini kepada konsumen LNG potensial, penyandang dana potensial, dan mitra potensial di seluruh dunia. Upaya tersebut akhirnya membuahkan hasil dengan disepakatinya kontrak penjualan LNG selama 20 tahun dengan lima perusahaan asal Jepang, yakni Chubu Electric, Kansai Electric Power, Kyushu Electric Power, Nippon Steel, dan Osaka Gas pada tanggal 5 Desember 1973. Kontrak tersebut pun dikenal dengan nama “The 1973 Contract”.[5]

Pendirian sunting

 
Kilang di Bontang

Perusahaan ini kemudian didirikan oleh Pertamina, VICO Indonesia, dan JILCO pada tanggal 26 November 1974 untuk mengelola Kilang LNG Badak. Nama perusahaan ini diambil dari nama daerah tempat ditemukannya cadangan gas alam raksasa, yakni Muara Badak. Kilang lalu diputuskan dibangun di Teluk Bontang bagian selatan, karena daerah tersebut merupakan pelabuhan alami yang dapat disandari kapal tanker LNG dan berlokasi paling dekat dengan sumber gas di Muara Badak.

Konstruksi kilang pun dimulai pada tanggal 26 November 1974 dan dapat diselesaikan 36 bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 5 Juli 1977, dengan mulai dioperasikannya dua train LNG (train A dan B) yang ditandai dengan tetesan LNG perdana. Kilang LNG Badak kemudian diresmikan pada tanggal 1 Agustus 1977 dan pengapalan LNG pertama dilakukan pada 9 Agustus 1977 ke Senboku, Jepang melalui kapal tanker LNG Aquarius. Pada tahun 1981, perusahaan ini meningkatkan kapasitas train A dan B, sehingga total kapasitas terpasangnya menjadi 4,6 juta ton LNG per tahun. Pada tahun 1983, perusahaan ini mulai mengoperasikan train C dan D, sehingga total kapasitas terpasang dari Kilang LNG Badak menjadi 9,2 juta ton LNG per tahun. Pada tahun 1986, perusahaan ini juga mulai mengoperasikan kilang LPG.

Pada tahun 1989, perusahaan ini mulai mengoperasikan train E dengan kapasitas terpasang sebesar 3,5 juta ton LNG per tahun. Pada tahun 1993, perusahaan ini juga mulai mengoperasikan train F dengan kapasitas terpasang sebesar 3,5 juta ton LNG per tahun. Pada tahun 1998, perusahaan ini mulai mengoperasikan train G dengan kapasitas terpasang sebesar 3,5 juta ton LNG per tahun. Pada tahun 1999, perusahaan ini juga mulai mengoperasikan train H dengan kapasitas terpasang sebesar 3,7 juta ton LNG per tahun.

Pada awal abad ke-21, perusahaan ini pun menjadi produsen LNG terbesar di dunia, karena jika delapan train milik perusahaan ini dioperasikan pada kapasitas penuh, maka perusahaan ini dapat dapat memproduksi rata-rata 140.000 ton meter kubik gas alam per hari, sehingga perusahaan ini dapat memproduksi lebih dari 22 juta ton LNG dan 1,2 juta ton LPG per tahun.

Perusahaan ini juga telah memiliki empat jalur pipa paralel berukuran 36 inci dan 42 inci untuk mengirim gas alam dari ladang-ladang gas di Muara Badak ke kilang milik perusahaan ini di Bontang.

Penurunan sunting

Sejak tahun 2003, produksi LNG dari perusahaan ini terus menurun, karena berkurangnya pasokan gas dari ladang-ladang gas di Muara Badak, terutama dari ladang gas yang dikelola oleh Total E&P Indonesie, yang menyumbang 81% dari total pasokan gas ke perusahaan ini. Walaupun begitu, hingga tahun 2018, perusahaan ini masih merupakan produsen LNG terbesar di Indonesia. Pada tahun 2018 juga, perusahaan ini mulai mengoperasikan stasiun pengisian LNG pertama di Indonesia, untuk memungkinkan distribusi LNG menggunakan truk.[6][7]

Hingga tahun 2019, dari delapan train yang ada, perusahaan ini hanya mengoperasikan tiga train. Dengan dua train lain memasuki proses decomissioning sebelum dikembalikan ke Lembaga Manajemen Aset Negara, satu train lain dalam proses Long Term Idle (LTI). Selain itu, dua train lain dalam posisi idle (siaga), tetapi tetap siap untuk dioperasikan sewaktu-waktu jika ada masalah pada tiga train yang aktif beroperasi.[8]

Pada tahun 2020, "The 1973 Contract" yang berakhir pada bulan Desember 2020 tidak diperpanjang. Hanya Kyushu Electric yang melanjutkan kontrak penjualan gas dengan perusahaan ini hingga tahun 2022 melalui kontrak yang berbeda.[9]

Sumber gas sunting

Perusahaan ini merupakan perusahaan pengolah gas alam, bukan penghasil gas alam. Gas alam yang diolah oleh perusahaan ini berasal dari sumur-sumur gas alam di Blok Mahakam yang dikelola oleh sejumlah perusahaan, yakni Pertamina Hulu Mahakam[10],Pertamina Hulu Kalimantan Timur[11], Pertamina Hulu Sanga - Sanga[12], dan ENI Indonesia Ltd.[13]

Kerja sama pendidikan sunting

 
Badak LNG Learning Centre yang juga menjadi kampus LNG Academy

Pada tahun 2011, perusahaan ini berniat untuk memberikan warisan yang berarti untuk dunia LNG di Indonesia, khususnya pada bidang pendidikan. Perusahaan ini kemudian membentuk sebuah gugus tugas untuk menyusun program beasiswa melalui kerja sama dengan Politeknik Negeri Jakarta. Kerja sama tersebut lalu menghasilkan program yang diberi nama LNG Academy.[14]

Selain itu, perusahaan ini juga menjalin kerja sama untuk meningkatkan pendidikan dari para pekerjanya melalui kelas magister dan kelas ahli madya. Kelas magister diadakan melalui kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung untuk jurusan teknik mesin dan manajemen bisnis, sementara kelas ahli madya diadakan melalui kerja sama dengan Politeknik Negeri Samarinda.

Pengembangan bisnis[15] sunting

Dalam satu dekade terakhir. perusahaan ini menyadari bahwa memiliki pengalaman mengoperasikan kilang selama empat dekade merupakan pengalaman berharga. Melalui divisi yang baru dibentuk, yakni Marketing and Business (M&B), perusahaan ini mulai membagikan pengalaman tersebut melalui pelatihan, asistensi operator lapangan, asistensi "start-up" kilang, dan asistensi teknis bagi klien domestik maupun klien intenasional. Untuk masyarakat umum, perusahaan ini juga menyediakan public training yang terdiri dari Basic Knowledge of LNG, dan Basic Corrosion & Cathodic Protection.

Klien domestik yang menggunakan jasa perusahaan ini antara lain Pertamina Gas, Pertagas Niaga, Tangguh LNG, dan Donggi-Senoro LNG, sementara klien internasional yang menggunakan jasa perusahaan ini antara lain Angola LNG, Cameron LNG, Mozambique LNG, Yemen LNG, Mitsui, Chiyoda, dan Dominion Cove Point LNG

Presiden Direktur sunting

sunting

Referensi sunting

  1. ^ "Dewan Direksi". PT Badak NGL. Diakses tanggal 25 November 2023. 
  2. ^ "Dewan Komisaris". PT Badak NGL. Diakses tanggal 25 November 2023. 
  3. ^ a b c d e f "Laporan Tahunan 2022" (PDF). PT Badak NGL. Diakses tanggal 25 November 2023. 
  4. ^ a b "Sekilas Perusahaan". PT Badak NGL. Diakses tanggal 25 November 2023. 
  5. ^ Kartiyoso, Sayogyo (1999). Pelangi di Belantara Kaltim. Bontang: PT Badak Natural Gas Liquefaction. Jakarta: Badak LNG. 
  6. ^ SINERGY Edisi 38. Bontang: Badak LNG. 2018. hlm. 10. 
  7. ^ SINERGY Edisi 43. Bontang: Badak LNG. 2019. hlm. 11. 
  8. ^ 2019 Laporan Tahunan - Komitmen Mempertahankan Keunggulan (PDF). Bontang: Badak NGL. 2020. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-04-26. Diakses tanggal 2021-04-26. 
  9. ^ Agung, Filemon (25 September 2020). ., Handoyo, ed. "Pembeli Jepang tak lanjutkan kontrak, bagaimana nasib industri LNG tanah air?". Kontan.co.id. Diakses tanggal 26 April 2021. 
  10. ^ Aliev, Andi (1 Januari 2018). "1 Januari 2018, Pertamina Hulu Mahakam Resmi Kelola Blok Mahakam". Warta Ekonomi. Diakses tanggal 7 Mei 2020. 
  11. ^ Arvirianty, Anastasia (25 Oktober 2018). "Pertamina Resmi Kelola Blok East Kalimantan Bekas Chevron". CNBC Indonesia. Diakses tanggal 7 Mei 2020. 
  12. ^ Movanita, Ambaranie Nadia Kemala (08 Agustus 2018). Jatmiko, Bambang Priyo, ed. "Resmi, Blok Sanga Sanga Kini Dikelola Pertamina Hulu". Kompas.com. Diakses tanggal 7 Mei 2020. 
  13. ^ Wicaksono, Pebrianto Eko (4 Desember 2018). Putra, Idris Rusadi, ed. "Eni Indonesia Jadi Perusahaan Eksplorasi Pertama Ubah Kontrak Jadi Gross Split". Merdeka.com. Diakses tanggal 7 Mei 2020. 
  14. ^ "Penerimaan LNG Academy". Politeknik Negeri Jakarta. 30 April 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-26. Diakses tanggal 7 Mei 2020. 
  15. ^ "Solutions Badak LNG". Badak LNG. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-26. Diakses tanggal 26 April 2021. 

Lihat pula sunting

Pranala luar sunting