Aversi adalah perasaan tidak senang, tidak suka terhadap benda orang, tingkah laku orang atau situasi tertentu, baik yang sungguh-sungguh pernah dilihat atau didengar, maupun yang hanya ada dalam khayalan. Perasaan ini dinyatakan keluar dan disertai dengan usaha untuk selalu menghindari hal yang tidak disukai tersebut.[1]

Dalam psikoterapi, aversi sering digunakan untuk terapi tingkah laku, yakni untuk menghilangkan tingkah laku tertentu yang tidak dikehendaki, misalnya alkoholisme, kelainan seksual, dan lain sebagainya. Prinsip yang digunakan dalam teknik terapi aversi adalah menghubungkan tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan situasi yang tidak menyenangkan. Terapi dilakukan dengan menghadirkan situasi yang tidak menyenangkan setiap kali tingkah laku yang tidak dikehendaki muncul. Terapi ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga seseorang akan menyakini bahwa situasi yang tidak menyenangkan merupakan akibat dari tingkahlaku yang tidak dikehendaki. Melalui terapi aversi, diharapkan seseorang berusaha untuk menghilangkan tingkah laku yang tidak dikehendaki agar situasi yang tidak menyenangkan menghilang juga.[1]

Teknik terapi aversi didasarkan pada teori pengondisian klasik yang dikemukakan oleh Ivan Petrovich Pavlov. Pada mulanya, terapi aversi ini langsung menghubungkan tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan situasi (konkret) yang tidak menyenangkan. Dalam perkembangannya, teknik terapi ini dilakukan dengan kesadaran, yakni orang yang bersangkutan diminta (dengan kesadaran) untuk membayangkan situasi yang tidak menyenangkan yang mungkin timbul akibat dari tingkah lakunya yang tidak dikehendaki.[1]

Referensi sunting

  1. ^ a b c Shadily, Hasan (1980). Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru. hlm. 333.