Atas S. Danusubroto

Atas Danusubroto adalah nama asli dari Atas Sampurno. Akan tetapi, ia menambahkan nama kakeknya (Danusubroto) di belakang namanya sendiri sehingga menjadi menjadi Atas Danusubroto; dan ia sendiri sering menyingkatnya menjadi Atas S. Danusubroto. Ia lahir di Cilacap, tepatnya di mana dan kapan ia tidak tahu pasti karena waktu itu sedang dalam suasana revolusi fisik dan kedua orang tuadan keluarganya sedang dalam pengungsian, meninggal di Kabupaten Purworejo, 14 Juli 2021. Orang tua Ataas S. Danusubroto seorang guru,. keluarga orang tuanya sebenarnya masih memiliki alur darah biru.

Sebenarnya ia berhak menggunakan gelar Raden, tetapi atas kesepakatan keluarga penyematan gelar itu tidak pernah dilakukan. Ayah Atas meninggal ketika ia dan saudara saudaranya masih kecil. Ketiga saudaranya menjadi guru (SMP dan SMA), sedangkan Atas sendiri sejak kecil harus mengikuti kakeknya (Danusubroto) karena keadaan ekonomi ibunya amat buruk. Sebelum menyelesaikan SMP, kakeknya meninggal sehingga ia harus kembali pada ibunya. Keadaan ekonomi ibunya memaksanya bekerja untuk menyelesaikan biaya sekolah (SMP dan SMA di Cilacap). Ketika ia mencoba melanjutkan kuliah di sebuah akademi di Yogyakarta, ia berhenti karena kesuliatan biaya. Ia menyelesaikan kursus pembukuan ( Bond A1, Bond A2, Bond A3). Berikutnya Atas bekerja di sebuah perusahaan ban yang berada di Majapahit, Semarang. Ia ditempatkan sebagai kepala pembukuan namun akhirnya ia berhenti bekerja setelah itu ia melintang di dunia kewartawanan. Profesi ini diawali ketika mingguan pelopor (1976) pimpinan Jussac MR Wira Subrata dibuka di Semarang (berubah menjadi Harian Pelopor) dan Atas ditugasi menjadi redaktur pelaksana merangkap redaktur budaya, akan tetapi di Semarang pun harian pelopor hanya bertahan hanya 3 tahun (1997-1999).

Pada tahun itu Atas telah bergabung dengan BM Diah menjadi wartawan harian merdeka, kemudian pindah ke harian Buana Minggu edisi harian Jakarta dan sebagai wartawan harian Dharma edisi Semarang. Atas Dansubrorto juga mempunyai banyak pengalaman berorganisasi, termasuk organisasi kepengarangan di Yogyakarta. Atas mengaku bahwa sudah mulai menulis sejak SMA. hobi itu bukan pekerjaan selinhgan tetapi karena panggilan hati. Sebagai pengarang Jaawa ia mengikuti tradisi sastrawan Jawa yang menggunakan nama samaran Jawa. Pada tahun 2002 novelnya tembang kastreanan terpilih sebagai pemenang ketiga dalam lomba. Pada tahun 1972 Atas menikah dengan seorang gadis dari Bubutan, Purwodadi, Purworejo.[1]

Referensi sunting

  1. ^ Priyo., Prabowo, Dhanu (2010). Ensiklopedi sastra Jawa. Kementerian Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa, Balai Bahasa Yogyakarta. ISBN 9789791852357. OCLC 801810329.