Aremania

Kelompok suporter sepak bola


Aremania adalah sebutan untuk kelompok suporter klub sepak bola Arema. Aremania tidak termasuk dalam struktur organisasi klub Arema Malang melainkan berdiri sendiri sebagai simpatisan pendukung klub Arema Malang. Oleh karena itu Aremania selalu mandiri dalam segala urusan dan pembiayaannya.[1] Tidak pasti kapan Aremania dibentuk, namun nama Aremania pertama kali muncul pada 4 September 1994 melalui jaket yang dikenakan salah satu pendiri Arema, Ovan Tobing.[2]

Aremania
Sejak1994
JenisKelompok suporter
Klub kebanggaanArema Indonesia & Arema FC
SloganSalam Satu Jiwa, AREMA!
MarkasMalang, Jawa Timur
Stadion
TribunSemua Tribun
Tokoh penting
  • Yuli Sumpil
  • Sukarno (Cak No)
  • El Kepet
  • Ovan Tobing
Warna KebesaranBiru
Afiliasi

Sebelumnya pendukung Arema pernah berada dalam "masa kelam" di mana setiap kesebelasannya bertemu dengan tim lain hampir dipastikan akan terjadi kerusuhan. Setelah timbul kesadaran untuk menunjukkan bahwa mendukung kesebelasan kesayangnnya tak harus dengan pandangan sempit (chauvinisme lokal), Aremania mulai berbenah diri dan mulai mengubah imejnya, tidak hanya damai, sportif, loyal, tetapi juga atraktif. Pada masa berdirinya, Aremania berhasil menyingkirkan komunitas pendukung yang pernah dibentuk oleh klub pada awal klub dibentuk dan secara mandiri membentuk kelompok pendukung tanpa pemimpin yang bernama Aremania.

Aremania salah satu suporter paling loyal di Indonesia. Di setiap pertandingan, entah di Malang maupun di luar kota Malang, Aremania selalu mendukung tim kesayangannya. Mereka tidak pernah peduli timnya menang atau kalah, yang penting mereka mendukung tim kesayangan mereka dengan cara yang sportif, atraktif dan simpatik.

Penghargaan yang pernah diraih oleh Aremania antara lain adalah The Best Suporter pada Ligina VI tahun 2000 Oleh Ketum Agum Gumelar. dan The Best Suporter pada Copa Indonesia II tahun 2006.[3]

Aremania dan Kota Malang

 
Patung singa di Kota Malang

Dari catatan Kompas, sebelum Arema lahir sebagian kawula muda Kota Malang tersekat dalam pelbagai geng. Misalnya, Argom (Armada Gombal), Prem (Persatuan Residivis Malang), Saga (Sumbersari Anak Ganas), Van Halen (Vederasi Anak Nakal Halangan Enteng), Arpanja (Arek Panjaitan), Arnak (Armada Nakal ), Anker (Anak Keras), GAS (Gabungan Anak Setan), Aregrek (Arek Gang Gereja Kayutangan), Ermera, Arpol.[4]

Kegiatan geng-geng ini cenderung pada hal-hal negatif. Misalnya kubam (mabuk-mabukan), ngisruh (membuat kerusuhan), nggelek (narkoba), tawuran, kriminalitas. Sebagian geng juga dimanfaatkan untuk kepentingan politik tertentu. Hingga kini, masih dikenang nama-nama tokoh geng legendaris seperti Fauzi alias Gozi, Si Nyawa Rangkap Tamin, Hanafi, Joni Mangi, Mariso, Birowo. Sebagian dari mereka hilang saat musim penembakan misterius (petrus) pada tahun 1980-an. Setelah lahir Arema, kawula muda itu mulai berimpun dalam Aremania dan meninggalkan kehidupan geng. Dengan jargon "salam satu jiwa Arema", mereka membangun persaudaraan.[5]

Aremania saat ini

Aremania benar-benar atraktif, sportif dan kreatif. Pertandingan Arema itu telah aman dan nyaman untuk ditonton oleh semua kalangan. bahkan dengan kaum hawa yang dulunya takut untuk menonton pertandingan bola, sekarang mereka telah dengan aktif untuk turut serta memberikan dukungan kepada Arema kala bertanding. Kaum hawa telah membentuk kelompok supporter sendiri dalam mendukung Arema, yaitu Aremanita. Dan hal ini pula yang menjadikan Arema sebagai volunteer yang mempunyai kelompok supporter dari kalangan kaum hawa. Aremania sekarang menjadi sesuatu yang khas dari Malang. Walaupun Aremania meniru sesuatu yang telah ada di Amerika Latin, peniruan itu telah disesuaikan dengan konteks mereka sendiri.

Kontroversi

Kerusuhan pada 8 Besar Liga Indonesia 2007

Pada babak 8 Besar Divisi Utama Liga Indonesia 2007, Aremania bertindak anarkis, kala Arema bertanding melawan Persiwa Wamena pada 16 Januari 2008. Pertandingan harus dihentikan pada menit ke-71 saat Persiwa unggul 2-1 dari Arema. Para Aremania yang tidak puas dengan kepemimpinan wasit turun ke lapangan dan merusak Stadion Brawijaya. Akibatnya Aremania dihukum pelarangan mengenakan atribut saat mendukung Arema selama dua tahun dan dilarang medukung Arema ketika di luar kandang. Hukuman ini diterima oleh semua Aremania dan dapat dipatuhi selama dua tahun. Selama dua tahun tersebut Aremania hanya memakai baju hitam dan bendera merah putih selama menonton pertandingan.[6][7]

Rekor tur terbanyak

Setelah hukuman Aremania selesai, Aremania turut membawa Arema juara pada Indonesian Super League 2010. Pada Indonesian Super League 2010, Aremania menjadi supporter yang melakukan tur dengan jumlah paling besar. sekitar 50.000 Aremania yang datang ke Jakarta. Sebagian besar di antaranya menggunakan moda angkutan berupa kereta api, bus, dan kendaraan pribadi. Ini masih ditambah sekitar 7000-10000 Aremania yang tersebar di wilayah Jabodetabek. sekitar 40.000 Aremania berhasil memasuki stadion dengan memegang tiket yang telah dibeli sebelumnya, ribuan Aremania lain terpaksa berada di shuttle ban bahkan ribuan lainnya berada di luar stadion karena tidak dapat masuk stadion. Aremania menempati sektor 13 sampai 24 stadion utama Gelora Bung Karno sementara pendukung tuan rumah The Jakmania berada di sektor 1 sampai 12.[butuh rujukan]

Bentangan bendera raksasa

Pada 25 Mei 2014, saat berhadapan dengan Persib Bandung, kelompok suporter ini membentangkan bendera raksasa sebesar 15000m² dan menutupi seluruh area tribun Stadion Kanjuruhan.[8]

Pada pertengahan Oktober 2023, satu tahun pasca Tragedi Stadion Kanjuruhan, pemegang bendera raksasa membakar bendera tersebut sebagai bentuk protes kepada klub atas ketidakberpihakan pada korban tragedi.[9]

Tragedi Stadion Kanjuruhan

Pada 1 Oktober 2022, kerusuhan setelah Arema dikalahkan Persebaya dalam Derbi Super Jawa Timur. Pendukung yang tidak menerima kekalahan memanjat pagar dan masuk ke area lapangan pertandingan. Tindakan gegabah polisi dengan menembakkan gas air mata ke tribun yang masih penuh pendukung disinyalir menjadi penyebab utama kematian dari kurang lebih 135 orang disana.[10][11] Banyak pendukung kehabisan nafas dan saling injak akibat penggunaan gas air mata.[11]

Referensi

  1. ^ Bola.com. "Arek Malang Nonton Bola Lagi! Aremania Merahkan Kanjuruhan dengan Flare dalam Uji Coba Arema Vs PSIS". bola.com. Diakses tanggal 2022-06-05. 
  2. ^ "Sejarah Aremania, Berawal dari Jaket Ovan Tobing". wearemania.net. 4 September 2020. Diakses tanggal 13 September 2022. 
  3. ^ "6 Kelompok Suporter Fanatik Klub Sepak Bola Indonesia". Bola.net (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-05. 
  4. ^ Suprihadi, Marcus, ed. (2011-08-24). "Jangan Sampai Hidupkan Geng-gengan Lagi". Kompas.com. Diakses tanggal 2022-06-05. 
  5. ^ "Jangan Sampai Hidupkan Geng-gengan Lagi". Kompas.com. Diakses tanggal 2022-06-05. 
  6. ^ BINTARIADI, BIBIN (16 Januari 2010). "Aremania Gelar Konvoi Sambut Berakhirnya Sangsi Atribut". Tempo.Co. Diakses tanggal 21 Desember 2022. 
  7. ^ krs/, din (04 Februari 2008). "Komding Hanya Hukum Atribut, Bukan Aremania". sport.detik.com. Diakses tanggal 21 Desember 2022. 
  8. ^ "Arema Malang - Persib Bandung 25.05.2014". 
  9. ^ @arema_98 (12 Oktober 2023). "Kami Mengambil Sikap. Kami undur diri dari semua kreativitas tribun. Kami tetap berjuang bersama keluarga 135++ untuk keadilan. RIP #ONEFLAGONEPRIDE" (Tweet) – via Twitter. 
  10. ^ M Bagus Ibrahim (24 Oktober 2022). "Korban Tewas Tragedi Kanjuruhan Bertambah 1, Total Jadi 135 Orang" [The number of fatalities in the Kanjuruhan disasater rises by 1, bringing the total to 135 people.]. Detik.com. Diakses tanggal 24 Oktober 2022. 
  11. ^ a b "Dilarang FIFA, Kenapa Ada Tembakan Gas Air Mata di Stadion Kanjuruhan?". CNN Indonesia. 2 Oktober 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Oktober 2022. Diakses tanggal 2 Oktober 2022. 

Pranala luar