Kopi arabika

variasi jenis kopi di Etiopia
(Dialihkan dari Arabika)

Kopi arabika (Coffea arabica), juga dikenal sebagai kopi Arab, kopi semak Arab, atau kopi gunung, adalah spesies dari genus Coffea. Spesies ini diyakini sebagai spesies kopi pertama yang dibudidayakan, dan merupakan kultivar dominan, mewakili sekitar 60% dari produksi kopi global.[1] Jenis kopi lain yang banyak dibudidayakan adalah kopi robusta (C. canephora) (kurang asam, lebih pahit, dan lebih berkafein tinggi dibanding kopi arabika). Kopi arabika berasal dari Ethiopia. Kopi ini tercatat pertama kali dibudidayakan di Yaman, dan didokumentasikan pada abad ke-12.[2][3] Coffea arabica disebut ‏بُنّ‎ (būnn) dalam bahasa Arab, yang diambil dari bahasa Oromo "Buna".

Kopi arabika
Coffea arabica

Bunga Coffea arabica
Buah Coffea arabica
Tumbuhan
Jenis buahBuah beri
Status konservasi
Genting
IUCN18289789
Taksonomi
DivisiTracheophyta
SubdivisiSpermatophytes
KladAngiospermae
Kladmesangiosperms
Kladeudicots
Kladcore eudicots
Kladasterids
Kladlamiids
OrdoGentianales
FamiliRubiaceae
SubfamiliIxoroideae
TribusCoffeeae
GenusCoffea
SpesiesCoffea arabica
Linnaeus, 1753

Taksonomi sunting

Coffea arabica pertama kali dideskripsikan secara ilmiah oleh Antoine de Jussieu, yang menamainya Jasminum arabicum setelah mempelajari spesimen dari Kebun Raya Amsterdam. Linnaeus menempatkannya dalam genusnya sendiri Coffea pada tahun 1737.[4]

Ciri fisik sunting

Tumbuhan Coffea arabica liar tumbuh setinggi antara 9 dan 12 m (30 dan 39 kaki), dan memiliki sistem percabangan terbuka; daunnya berseberangan, elips-bulat telur sederhana hingga lonjong, dengan panjang 6–12 cm (2,5–4,5 inci) dan lebar 4–8 cm (1,5–3 inci), berwarna hijau tua mengkilap. Bunganya berwarna putih, berdiameter 10–15 mm, dan tumbuh di ketiak daun. Benihnya terkandung dalam buah berbiji (biasa disebut "ceri") dengan diameter 10–15 mm, berwarna merah cerah hingga ungu dan biasanya mengandung dua biji, yang sering disebut sebagai biji kopi.

Varietas di Indonesia sunting

Di Indonesia, perkebunan kopi arabika banyak ditemui di daerah pegunungan toraja, Sumatera Utara, Aceh dan di beberapa daerah di pulau Jawa. Beberapa varietas kopi arabika yang dikembangkan di Indonesia antara lain kopi arabica jenis Abesinia, arabika jenis Pasumah, Marago, Typica dan kopi arabika Congensis.[butuh rujukan]

Typica sunting

Varietas biji kopi arabica jenis Typica ini merupakan varietas pertama yang masuk ke Indonesia. Pertama kali dibawa oleh Belanda ketika datang ke Indonesia. Namun varietas asli Typica yang dibawa oleh Belanda ini kemudian punah ketika Coffee Leaf Rust menyerang Indonesia. Untungnya tidak semua punah, karena masih ada varietas Typica lokal yaitu Bergendal dan Sidikalang yang banyak di temui di dataran tinggi seperti Sumatera, Sulawesi, dan Flores. Biasa berkolasi di perkebunan yang berada di daerah terpencil. Di Papua Varietas Typica ini masih dijumpai di Kampoung Modio, Distrik Mapiha Tengah, Kabupaten Dogiyai, Papua yang di bawa misionaris Belanda.

Hybrido de Timor (HDT) sunting

Varietas Hybrido de Timor di Indonesia biasa disebut juga sebagai varietas “Tim Tim”, asal kata dari Timor Timur. Varietas ini adalah hasil dari persilangan alamiah antara Arabika dan Robusta. Varietas Tim Tim pertama kali mengalami masa panen di tempat asalnya yaitu Timor Timur pada tahun 1978. Karena kualitas nya yang bagus, kemudian varietas ini coba di tanam di daerah lain seperti Aceh dan Flores pada tahun 1980. Sekarang varietas Tim Tim juga telah dikenal dengan sebutan lain yaitu Varietas Churia.

Linie S sunting

Linie S adalah varietas kopi Arabika yang berasal dari India. Varietas Linie S kemudian di kembangkan menggunakan kultivar Bourbon. Jenis umum yang paling dikenal dari hasil pengembangan Linie S ini adalah S-288 dan S-795. Varietas ini banyak di temukan di daerah dataran tinggi seperti Aceh, Lintong, Jawa, Bali, Sulawesi, Flores dan Papua (di Papua banyak tersebar di Jayawijaya, Lanny Jaya, Kurima, Tangma).

Linie Ethiopia sunting

Varietas Kopi Arabika jenis Linie Ethiopia ini pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1928, dimana ketika itu pertama kali dibawa ke pulau Jawa. Daerah pertama yang mengembangkan varietas ini adalah Aceh. Varietas lain yang termasuk dalam keturunan Ethiopia adalah Rambung dan Abyssinia. Varietas Linie Ethiopia kemudian dikembangkan juga di Sumatera dan Flores, yang kemudian dikenal dengan nama “USDA”, dimana nama ini diambil dari proyek pemerintah Amerika Serikat kala itu pada tahun 1950 ketika berlangsung di Indonesia.

 
perempuan memilah kopi di pasar Ethiopia

Catura Cultivars sunting

Varietas kopi Arabika jenis ini merupakan hasil persilangan dari Kopi Bourbon yang berasal dari Brazil.

Lini Catimor sunting

Varietas Lini Catimor juga mirip dengan Tim Tim, sama-sama hasil persilangan dari Arabika dan Robusta. Namun varietas ini dikenal sebagai jenis varietas yang kurang baik, karena memiliki aroma dan rasa yang tidak sebaik kopi lain nya. Namun kini sedang dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai varietas ini, karena di daerah Aceh, varietas ini memiliki aroma dan rasa yang baik, biasa nya petani kopi Aceh menyebutkan dengan varietas “Ateng Jaluk“.

 
Petani Arabika Di sulawesi selatan
 
Buah Kopi Arabika

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ "Coffee: World Markets and Trade" (PDF). United States Department of AgricultureForeign Agricultural Service. 16 June 2017. Diakses tanggal 8 December 2017. 
  2. ^ Meyer, Frederick G. 1965. Notes on wild Coffea arabica from Southwestern Ethiopia, with some historical considerations. Economic Botany 19: 136–151.
  3. ^ Söndahl, M. R.; van der Vossen, H. A. M. (2005). "The plant: Origin, production and botany". Dalam Illy, Andrea; Viani, Rinantonio. Espresso Coffee: The Science of Quality (edisi ke-Second). Elsevier Academic Press. hlm. 21. ISBN 978-0-12-370371-2. 
  4. ^ Charrier, A.; Berthaud, J. (1985). "Botanical Classification of Coffee". Dalam Clifford, M. H.; Wilson, K. C. Coffee: Botany, Biochemistry and Production of Beans and Beverage. Westport, Connecticut: AVI Publishing. hlm. 14. ISBN 978-0-7099-0787-9. 

Bacaan lebih lanjut sunting

Pranala luar sunting