Beringin pencekik

(Dialihkan dari Ara pencekik)

Beringin pencekik (Ficus annulata) adalah salah satu tumbuhan khas Indonesia.[2] Tumbuhan ini dapat ditemui di Taman Nasional Ujung Kulon.[3] Beringin pencekik termasuk dalam ordo Rosales dan memiliki nama ilmiah Ficus annulata.[4] Beringin pencekik memiliki sinonim nama ilmiahnya yaitu Ficus balabacensis, Ficus flavescens, Ficus valida, Urostigma annulatum, dan Urostigma flavescens.[1] Selain dikenal sebagai beringin pencekik, tumbuhan ini juga dikenal dengan nama ara pencekik.[5] Masyarakat lokal Kalimantan menyebut tanaman ini dengan sebutan bulu atau ara susu.[4] Berbeda dengan masyarakat Kalimantan, orang Sunda menyebut beringin pencekik kiara bodas atau kiara oneng sedangkan orang Jawa menyebutnya grasak.[6]

Beringin pencekik
Ficus annulata
Taksonomi
DivisiTracheophyta
SubdivisiSpermatophytes
KladAngiospermae
Kladmesangiosperms
Kladeudicots
Kladcore eudicots
KladSuperrosidae
Kladrosids
Kladfabids
OrdoRosales
FamiliMoraceae
GenusFicus
SpesiesFicus annulata
Blume, 1825

Habitat dan persebaran sunting

Habitat beringin pencekik adalah di hutan tropis dengan ketinggian hingga 600 meter dari permukaan laut.[5] Beringin pencekik juga ditemukan di hutan dekat dengan sungai, lereng bukit serta daerah pegunungan.[5] Pohon ini dapat tumbuh baik di tanah berpasir maupun di daerah tanah liat.[5] Persebaran tanaman ini meliputi daerah Indo China, Semenanjung Malaysia, Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.[5] Ara pencekik juga dapat ditemukan di Pulau Peucang tepatnya di Taman Nasional Ujung Kulon.[5]

Batang sunting

Saat pohon beringin pencekik masih muda, tinggi batangnya kurang lebih antara lima sampai 10 meter.[6] Tumbuhan ini termasuk tumbuhan berkayu keras dengan struktur percabangan simpodial.[6] Batang beringin pencekik berbentuk silinder dan memiliki warna cokelat.[6] Batang beringin pencekik secara umum terdiri dari kulit dan kayu yang dalam istilah biologi disebut empulur.[6] Bagian kulit batang beringin pencekik bertekstur kasar.[6] Kulit yang kasar tersebut apabila tersayat maka akan muncul getah berwarna putih susu.[6] Bagian kayu dari pohon beringin pencekik berwarna putih dan berlendir pada bagian permukaan kayunya.[6] Bagian yang berlendir tersebut yang biasanya disebut dengan kambium.[6] Fungsi batang beringin pencekik seperti fungsi batang pada umumnya yaitu untuk menyokong berdirinya tanaman dan menyalurkan air dan nutrisi.[6] Ada satu hal yang menarik dari batang beringin pencekik yaitu pada habitat aslinya tanaman ini akan hidup menempel pada tanaman lain sehingga batangnya juga berfungsi turut serta membelit tanaman inang.[6]

Akar sunting

Beringin pencekik termasuk tanaman dikotil atau berbelah dua.[6] Seperti halnya tanaman dikotil lainnya, akar beringin pencekik juga termasuk dalam golongan akar tunggang dan memiliki warna cokelat.[6] Bagian akar terdiri dari tudung akar, jaringan epidermis, rambut akar, korteks, dan jaringan pengangkut.[6] Jaringan pengangkut pada tanaman ini terdiri dari xylem, floem, dan empulur atau stele.[6] Xilem dan floem adalah jaringan yang terletak di dalam empulur.[6] Struktur anatomi akar beringin pencekik memang hampir mirip dengan struktur anatomi batangnya, hanya bedanya secara kasatmata adalah pada akar ada rambut akar sedangkan pada batang tidak ada.[6] Rambut pada akar ini merupakan bagian dari modifikasi epidermis akar yang menunjang fungsi akar sebagai penyerap nutrisi dari tanah.[6]

Daun sunting

Daun beringin pencekik terdiri dari tangkai, tulang daun dan helaian daun.[6] Setiap satu tangkai daun hanya menyokong satu helai daun saja maka disebut dengan daun tunggal.[6] Daun tanaman ini terletak menyebar pada semua bagian pohon mulai dari dahan hingga ranting.[6] Daun beringin pencekik berbentuk jorong, dan berwarna hijau.[6] Bagian bawah helaian daun meskipun berwarna hijau tetapi agak keputih-putihan.[6] Helaian daun ini memiliki ukuran panjang antara 12 cm hingga 25 cm sedangkan lebarnya antara 5 cm hingga 10 cm.[6] Helaian daun terdiri dari permukaan daun, tepi daun, ujung daun serta pangkal daun.[6] Baik ujung daun maupun pangkal daun beringin pencekik berbentuk meruncing dan permukaan daunnya rata.[6] Bagian tepi daun turut menentukan bentuk helaian daun, tepi daun dari beringin pencekik adalah rata.[6] Tumbuhan ini memiliki struktur tulang daun menyirip.[6]

Bunga sunting

Bunga beringin pencekik termasuk bunga majemuk.[6] Kuntum bunganya tersusun dalam sebuah malai yang terletak pada ujung ranting pohon beringin pencekik.[6] Bagian bunga beringin pencekik terdiri dari mahkota bunga yang berwarna kuning, tangkai, kelopak, benang sari, dan putik.[7] Kelopak bunga tanaman ini berbentuk jorong dan bercangap.[6] Mahkota bunga tumbuhan pencekik ini berwarna kuning terang dan bentuknya bulat.[7] Melalui bunga inilah nantinya beringin pencekik akan memiliki biji dari buah sebagai alat perkembangbiakannya.[7] Setiap pohon beringin pencekik memiliki bunga jantang dan bunga betina sehingga dapat melakukan penyerbukan sendiri.[7]

Buah dan biji sunting

Buah beringin pencekik berbentuk bulat dan berwarna hijau.[8] Buah ini tumbuh dari bunga sehingga letaknya juga mengelompok pada bagian ujung-ujung dahan seperti bunganya.[8] Buah beringin pencekik memiliki ukuran diameter antara 2 cm hingga 4 cm.[8] Buah beringin pencekik ini termasuk dalam kategori buah buni.[8] Pada bagian dalam buah beringin pencekik terdapat biji berwarna cokelat.[8] Biji inilah yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan beringin pencekik.[8] Biji akan dimakan oleh burung, kelelawar atau monyet dan sering kali jatuh ke pohon lalu kemudian tumbuh.[8] Biji dari tumbuhan epifit ini berbentuk unik seperti gasing serta agak keras.[6]

Keunikan sunting

Beringin pencekik hidup secara epifit yaitu menempel pada tanaman lain.[6] Tanaman yang ditumpangi oleh beringin pencekik biasa disebut dengan istilah tanaman inang atau pohon inang.[9] Kehidupan beringin pencekik pada pohon berawal dari biji yang dibawa oleh burung atau monyet sehingga jatuh ke pohon inang.[10] Biji yang jatuh pada dahan atau cabang pohon inang akan tumbuh sehingga menempel pada tanaman inang hingga dewasa.[9] Keberadaan beringin pencekik yag menempel pada dahan tanaman inang ternyata tidak hanya menempel, beringin pencekik makin lama tumbuh melilit tanaman inangnya, bahkan dapat melilit mengelilingi batang tanaman inang secara rapat.[9] Pohon beringin terkenal memiliki akar unik yang berupa sulur.[10] Sulur tersebut seiring bertambahnya usia juga akan tumbuh menuju ke bawah ikut menyerap nutrisi dari tanah.[9] Jadi selain melilit beringin pencekik juga mengambil nutrisi.[9] Akar sulur ini dapat tumbuh menjadi besar dan turut melilit tanaman inang.[9] Beringin yang makin besar akar sulurnya akan menghambat pertumbuhan tanaman inang karena tercekik, akan merebut nutrisi tanaman inang, dan akan menghalangi sinar matahari diterima oleh tanaman inang.[9] Hal tersebut membuat tanaman inang mati secara perlahan.[9] Fenomena inilah yang membuat beringin ini dinamakan beringin pencekik, karena memang seolah-olah mencekik hingga tanaman inangnya mati.[9] Pohon inang yang mati akan hilang karena membusuk sehingga daerah bekas batang tanaman inang akan terlihat berongga.[9] Rongga inilah yang menjadi keunikan bentuk beringin pencekik.[9]

Manfaat sunting

Mendengar namanya memang terkesan mengerikan, tetapi ternyata beringin pencekik juga memiliki manfaat bagi kehidupan manusia.[6] Daun dari tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk mengatasi demam sedangkan akarnya dapat digunakan untuk obat sakit lepra.[6] Cara membuat ramuan obat dari daun beringin pencekik ini adalah dengan merebus 15 gram daun menggunakan air kurang lebih 15 menit.[6] Air rebusan daun beringin pencekik tersebut kemudian diminumkan pada penderita demam.[6]

Referensi sunting

  1. ^ a b "Ficus annulata Blume". The Plant List. 2010. Diakses tanggal 10 Mei 2014. 
  2. ^ "Ficus annulata Blume". JSTOR Global Plant. 2009. Diakses tanggal 10 Mei 2014. 
  3. ^ Purwaningsih, Riana Musarofah Titin (2009). Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 126. ISBN 978-979-068-834-6. 
  4. ^ a b "Bulu". Plantamor. 2012. Diakses tanggal 10 Mei 2014. 
  5. ^ a b c d e f "Ficus annulata Blume". Asian Plant. Diakses tanggal 10 Mei 2014. 
  6. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak "Ficus annulata BL" (PDF). Warintek. Diakses tanggal 10 Mei 2014. [pranala nonaktif permanen]
  7. ^ a b c d "Ficus annulata". Journal of E Flora. 2010. hlm. 42. Diakses tanggal 10 Mei 2014. 
  8. ^ a b c d e f g "Ficus annulata". Flora Republicae Popularis Sinicae. 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-17. Diakses tanggal 10 Mei 2014. 
  9. ^ a b c d e f g h i j k "Strangler Figs". Blue Planet Biomes. Diakses tanggal 17 Mei 2014. 
  10. ^ a b "Moli & Telsi" (PDF). Conservation International Indonesia. 2004. hlm. 10. Diakses tanggal 17 Mei 2014. [pranala nonaktif permanen]