Anselmus, Uskup Agung Canterbury, lahir di Aosta, Italia, sekitar tahun 1033. Ia menolak keinginan ayahnya agar ia meniti karier di bidang politik dan mengembara keliling Eropa untuk beberapa tahun lamanya. Seperti anak-anak muda lainnya yang cerdas dan bergejolak, ia bergabung ke biara. Di biara Bec, Normandia, di bawah asuhan seorang guru yang hebat, Lanfranc, Anselmus memulai karier yang patut dicatat. Karyanya yang terkenal adalah Cur Deus Homo dan Proslogion.

Anselmus dari Canterbury
Uskup Agung dari Canterbury
Provinsi gerejawi
Canterbury
KeuskupanKeuskupan Canterbury
TakhtaUskup Agung Canterbury
Awal masa jabatan
tidak diketahui
Masa jabatan berakhir
21 April 1109
PendahuluLanfranc
PenerusRalph d'Escures
Imamat
Tahbisan uskup
4 Desember 1093
Informasi pribadi
Nama lahirAnselmo d'Aosta
Lahir1033
Aosta, Kerajaan Bourgogne
Wafat21 April 1109(1109-04-21) (umur 75)
Canterbury, Kent, Inggris
MakamKatedral Canterbury
DenominasiKatolik Roma
Orang tuaGundulf de Candia
Ermenberga of Geneva
Orang kudus
Hari heringatan21 April
VenerasiGereja Katolik, Komuni Anglikan, Lutheranisme
AtributPortrayed with a ship, representing the spiritual independence of the Church.
Lukisan engraving Anselmus karya George Glover.

Riwayat Hidup sunting

Pada tahun 1066 William dari Normandia menaklukkan Inggris. Pada tahun-tahun berikutnya, raja baru ini membawa banyak guru-guru Normandia beserta biarawan ke Inggris. Di antara mereka terdapat Lanfranc, yang menjadi Uskup Agung Canterbury pada tahun 1070. Anselmus mengambil tempat penasihat sebagai kepala biara Bec.

Pada tahun 1093, William II, putra sang penakluk, mengangkat Anselmus sebagai Uskup Agung Canterbury. Namun itu bukanlah langkah yang meningkatkan hubungan gereja dan negara. Raja yang keras kepala dan agresif itu mengambil hak penempatan para pastor di kerajaannya. Anselmus, seorang yang sederhana yang ingin melindungi Gereja, tanah serta dananya dari cengkeraman para raja yang tamak, menolak hal itu. Untuk sementara waktu Uskup Agung tersebut hidup dalam pengasingan di Italia. William menyita semua dana yang disalurkan ke Canterbury.

Ketika William mangkat, saudaranya Henry I menggantikannya. Meskipun ia meminta Anselmus kembali, "pertempuran" antara gereja dan negara tidak kunjung usai. Henry sama jahatnya dengan saudaranya, dan sekali lagi Anselmus hidup di pengasingan.

Selama ia di Inggris, Anselmus telah membuktikan bahwa ia adalah gembala berhati lembut dan seorang pengatur yang mahir. Ketika berada dalam pengasingan, ia telah membuktikan bahwa ia seorang teolog besar, karena pada saat itulah ia menulis karya-karyanya yang hebat.

Pemikiran Anselmus sunting

Pemikiran Anselmus tentang Iman sunting

Anselmus adalah salah seorang "terpelajar", seorang ahli Kristen yang mencoba memasukkan logika dalam pelayanan iman. Meskipun Anselmus mengetahui Alkitab dengan baik, tetapi ia ingin menguji kekuatan logika manusia dalam upayanya membuktikan doktrinnya. Namun selalu imanlah yang mendasari semua itu. Dalam karyanya Proslogion, yang pada awalnya berjudul Iman Mencari Pengertian (Fides Quaerens Intellectum), Anselmus berpegang pada motto yang juga dipegang Agustinus, "Saya percaya maka saya ada" (credo ergo sum). Yang ia maksudkan dengan pernyataan itu adalah bahwa tanpa wahyu, tidak ada kebenaran karena itu mereka yang mencari kebenaran harus beriman dahulu pada wahyu tersebut. Ia mengemukakan argumentasi ontologi (informasi yang dapat mengarah ke penemuan sesuatu yang penting) untuk percaya kepada Allah. Singkatnya, ia menyatakan bahwa rasio manusia membutuhkan ide mengenai suatu Pribadi yang sempurna (Allah), oleh sebab itu Pribadi tersebut harus ada. Ide ini telah menawan hati banyak filsuf dan teolog sepanjang masa.

Pemikiran Anselmus tentang Penebusan Kristus sunting

Dalam bukunya "Mengapa Allah Menjadi Manusia" (bahasa Latin: Cur Deus Homo) yang diterbitkan pada tahun 1908, Anselmus menuliskan teori tentang bagaimana kematian Kristus di kayu salib, yang mendamaikan manusia dengan Allah. Menurut Anselmus, Allah adalah Tuhan alam semesta, yang kemuliaan-Nya dinodai oleh dosa manusia. Meskipun Ia ingin mengampuni manusia, agar ketertiban moral pulih kembali di jagat raya, Ia tak dapat begitu saja "menutup mata" atas dosa. Harus diadakan pengorbanan, sesuatu yang setimpal dengan pelanggaran itu. Menurut Anselmus, Karena dosa itu berasal dari manusia, pengorbanan itu juga harus dilakukan oleh manusia. Namun manusia tidak dapat mempersembahkan pengorbanan setimpal oleh karena dosa yang membuat manusia tidak mungkin berdamai dengan Allah. Oleh karena itu, Kristus Yang Sempurna dan taat sampai mati menjadi penebus dengan mati di kayu salib. Kematian Kristus sangat peting untuk memenuhi kemuliaan Allah yang telah dinodai oleh dosa manusia. Dosa manusia juga merusak tatanan keteraturan dunia oleh karena itu, kematian Kristus juga memulihkan tatanan dunia yang sudah berantakan.[1]

Ide Anselmus ini dikenal sebagai "Teori Pengorbanan" bagi penebusan. Sampai saat ini, teori tersebut merupakan penjelasan teologi terkenal tentang karya penebusan Kristus. Ia memiliki sumber-sumber Alkitabiah seperti: "Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka ..." (2 Korintus 5:19).

Referensi sunting

  1. ^ J.Denny Weaver, "Violence in Christian Theology" dalam Cross Currents. (Summer, 2001), 151-152.

Pustaka tambahan sunting

  • A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang & Randy Petersen, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, Immanuel, 1999. Dapat dibaca di sini